Pantun bahasa Bali adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang kaya dan menarik. Sebagai salah satu bentuk sastra lisan/tulisan, pantun Bali memiliki keunikan tersendiri dalam penuturannya.
Tidak hanya sekedar berisi kata-kata indah, pantun Bali juga seringkali mengandung makna filosofis yang mendalam. Dalam artikel ini, kita akan mengetahui ragam pantun bahasa Bali, mulai dari makna hingga contohnya.
Berbagai Pantun Bahasa Bali Singkat
Secara umum, pantun dalam bahasa Bali merujuk ke wewangsalan dan peparikan. Dijelaskan salah satu Jurnal Sastra Agama dan Pendidikan Bahasa Bali (2020) oleh Apriani dalam stahnmpukuturan.ac.id, jika ditinjau dari asal katanya, wewangsalan berasal dari kata dasar "wangsal", yang artinya penggambaran tingkah laku manusia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wewangsalan dibentuk oleh dua kalimat, yakni satu sampiran dan satu isi. Di mana, antara kalimat sampiran dengan isi memiliki persamaan sajak.
Sementara, peparikan merupakan bentuk pantun bahasa Bali yang dibangun oleh empat kalimat. Kalimat pertama dan kedua sebagai sampiran, sedangkan kalimat ketiga dan keempat sebagai isinya.
Sajak yang digunakan dalam peparikan yaitu a- b, a-b. Sama dengan wewangsalan, isi peparikan juga menjadi wujud sindiran terhadap perilaku manusia.
Dikutip dari e-paper id.scribd.com unggahan Ibu Sunarsih dan jurnal dalam stahnmpukuturan.ac.id, berikut adalah beberapa contoh pantun bahasa Bali lengkap dengan artinya.
Pantun 1 (Wewangsalan)
Ngalih sampi galang bulan
Ngalih bati ilang kemulan
Terjemahan/arti:
Mencari berputar-putar di terang bulan
Mencari untung (malah) hilang permodalan
Makna: Kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
Pantun 2 (Wewangsalan)
Ada tengeh masui kaput
Ada keneh mamunyi takut
Terjemahan/arti:
Ada mengkudu dalam selimut
Ada hati yang merasa takut
Makna: kesulitan menjelaskan atau membicarakan perasaan dalam hati.
Pantun 3 (Wewangsalan)
Tai belek tai blenget
Suba jelek mare inget
Terjemahan:
Kotoran ayam kotoran bau
Sudah (berperilaku) jelek, baru tahu/ingat
Makna: sindiran untuk yang berperilaku jelek tapi baru tahu (ingat), ketika ada yang memberitahukan.
Pantun 4 (Wewangsalan)
Tiing ampel bukune liu
Jegeg ngontel kutune liu
Terjemahan/arti
Pohon bambu di banyak buku
Cantik gemulai (tapi) banyak kutu
Makna: sindiran untuk yang kurang menjaga kebersihan dan hanya mementingkan penampilan.
Pantun 5 (Wewangsalan)
Buangit kali gangsa
Megae lengit ngamah gasa
Terjemahan/arti:
Buang air berkali-kali
Malas kerja, makan (malah) sering
Makna: bentuk peringatan bagi yang malas bekerja dan hanya mementingkan nafsu.
Pantun 6 (Peparikan)
Be curik mabasa manis
Bungkung pendok sedeng di tujuh
Bajang cerik kenyungne manis
Selat tembok makita nyujuh
Terjemahan:
Burung jalak bersiul manis
Cincin seperti rumah kura-kura pas di telunjuk
Gadis remaja senyumnya manis
Dipisah dinding tetap ingin dijangkau
Makna: Senyum manis seorang gadis, membuat orang yang melihatnya ingin dekat walau harus menembus tembok.
Pantun 7 (Peparikan)
Bangsing di Banjar
Bedeg majemuh di baleran
Langsing buin lanjar
Jegeg buin lemuh magoleran
Terjemahan/arti:
Akar beringin di banjar
Tikar bambu untuk menjemur di baleran
Langsing lagi tinggi semampai
Cantik lagi lemah gemulai
Makna: pantun yang menggambarkan keadaan fisik gadis yang disebut cantik.
Pantun 8 (Peparikan)
Doyan liang ngandong kanji
Depang tiang ngaba pitu
Yan tiang ngelong janji
Apang tiang kena tantu
Terjemahan/arti:
Suka sekali menggendong kanji
Bolehkan saya membawanya tujuh
Jika saya melanggar janji
Tentu saya kena kutuk
Makna: pantun yang berisi keyakinan untuk memegang janji dan risiko jika melanggarnya.
Selain kaya akan keunikan dan keindahannya, pantun Bali juga sarat dengan nilai-nilai filosofis yang bisa dijadikan acuan atau menginspirasi kita dalam memaknai kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita tak boleh lupa dengan keberadaan pantun bahasa Bali, sehingga generasi muda dapat mengenal dan mencintai kekayaan sastra lisan yang dimiliki oleh bangsa.
Semoga dengan mengetahui beberapa contoh dan penjelasanya artikel ini bisa memberikan wawasan detikers, dalam mempelajari dan mengapresiasi pantun bahasa Bali.
(khq/fds)