Mengenal Konsep dan Keunikan Arsitektur Tradisional Bali

Mengenal Konsep dan Keunikan Arsitektur Tradisional Bali

Kholida Qothrunnada - detikBali
Senin, 20 Feb 2023 13:21 WIB
Pura Beji di Dusun Beji, Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali, tampak megah. Arsitektur dan ukirannya memanjakan mata.
Foto: Made Wijaya Kusuma/detikBali
-

Arsitektur Bali adalah salah satu seni bangunan tradisional yang dipengaruhi oleh budaya Hindu dan Bali, serta memadukan elemen-elemen alam yang ada di sekitarnya. Ciri khas dari arsitektur Bali adalah atap rumah yang bertingkat dan bergelombang dengan dekorasi ornamen-ornamen indah.

Selain itu, arsitektur Bali juga sangat terkenal dengan penggunaan bahan alami seperti kayu dan batu, serta seni ukir yang sangat detail. Dalam hal desain, arsitektur Bali mempertimbangkan banyak faktor, seperti iklim, lingkungan.

Sehingga menciptakan rumah-rumah yang sejuk dan nyaman di tengah-tengah alam. Simak filosofi dan faktor yang mempengaruhi desain arsitektur Bali di bawah ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Filosofi Desain Arsitektur Bali

Arsitektur Bali memiliki filosofi yang dalam. Dirangkum laman belajar student-activity.binus.ac.id, berikut adalah beberapa filosofi arsitektur Bali:

Tri Hita Karana (Keseimbangan)

Konsep Tri Hita Karana adalah konsep desain arsitektur Bali yang memiliki filosofi keseimbangan antara manusia, dewa, dan alam. Selain itu, Filosofi Tri Hita Karana juga bermakna sebagai tiga penyebab kesejahteraan dalam kehidupan.

ADVERTISEMENT

Dalam hal ini, unsur paduan keharmonisannya yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhannya (Khaya), manusia pada lingkungan alamnya (Angga), serta manusia pada sesamanya (Atma).

Tri Mandala

Tri Mandala adalah konsep pembagian ruang dalam arsitektur Bali yang menggambarkan tiga wilayah alam, yakni Bhuwah (alam manusia), Bwah (alam bawah) dan Swah (alam dewa).

Dalam pembangunan rumah, konsep Tri Mandala ini mengatur tata letak ruangan dengan posisi tertentu, di antaranya:

  1. Nista Mandala (sisi depan), merupakan bagian depan untuk kegiatan sehari-hari.
  2. Madya Mandala (bagian tengah), untuk ruang keluarga dan ruang makan.
  3. Utama Mandala (bagian belakang), untuk ruang ibadah dan tempat penyimpanan barang berharga.

Sanga Mandala

Sanga Mandala adalah konsep arsitektur Bali yang menggambarkan sembilan arah mata angin. Konsepsi berupa Kaja-Kelod (gunung-laut) serta Kangin-Kauh (matahari terbit-matahari terbenam).

Konsep ini menjadi acuan sakral dalam penentuan letak pura dan posisi arsitektur Bali. Filosofi Sanga Mandala juga memperhatikan konsep empat pancadhatu, yaitu bumi, air, api, dan udara dalam penataan ruang.

Tri Angga dan Tri Loka

Filosofi Tri Angga menggambarkan tiga bagian tubuh manusia, yang berkaitan dengan 3 nilai badan fisik yaitu kepala (utama), badan (tengah) dan kaki (bawah). Di mana, konsepsinya mengatur hirarki tentang mengenai mikrokosmos, wilayah tengah, dan makrokosmos.

Sedangkan Tri Loka menggambarkan tiga loka (alam), yaitu alam bawah (pati), alam tengah (buwah), dan alam atas (swah). Dengan skala wilayah bumi berupa, gunung (utama), daratan (madya) dan lautan (nista).Kedua konsep ini telah menjadi acuan dalam pemilihan bahan dan ornamen arsitektur Bali.

Asta Kosala Kosali

Filosofi Asta Kosala Kosali adalah aturan-aturan dalam arsitektur Bali yang meliputi delapan aspek, mengenai bentuk, ukuran, letak, arah, susunan, warna, ornamen, dan penggunaan bahan.

Berdasarkan konsep ini, pedoman dalam penataan terhadap bangunan akan menggunakan anatomi tubuh manusia yakni pemilik atau penghuninya. Aturan-aturan tersebut harus diperhatikan dalam pembangunan rumah atau pura di Bali untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan dewa.

Arga Segara (Kaja-Kelod)

Arga Segara (Kaja-Kelod) merupakan konsep penataan arsitektur Bali berdasarkan arah mata angin. Arga Segara berarti dari gunung ke laut, sedangkan Kaja-Kelod mengacu pada arah Utara-Selatan.

Gunung sebagai parahyangan (tempat tinggal dewa atau hyang), wilayah dataran dianggap sebagai dunia manusia, dan laut sebagai dunia monster laut atau makhluk jahat. Konsep ini penting dalam pemilihan lokasi dan arah bangunan, karena dianggap dapat mempengaruhi energi dan keseimbangan alam.

Faktor yang Mempengaruhi Desain Arsitektur Bali

Dalam jurnal Arsitektur Nusantara Mempengaruhi Bentuk Bangunan Yang Berkembang Di Indonesia (2015) karya Sitti Wardiningsih, secara umum, beberapa hal yang dapat mempengaruhi bentuk/wujud bangunan arsitektur Bali, diantaranya agama, budaya dan adat istiadat (tradisi sehari-hari), filosofi dan cara pandang hidup dari tiap suku, serta Iklim.

Lebih lanjut, berikut adalah penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi desain arsitektur Bali:

Agama

Suandra (1991) dalam jurnal tahun 2011 oleh I Wayan Parwata, dalam konsep Hindu dan penataan rumah, masyarakat Bali menerapkan nilai-nilai tradisional. Di antaranya konsep Tri Hita Karana untuk keselarasan hubungan antara lingkungan, manusia dan tuhannya, dan konsepsi Tri Semaya (masa lalu,sekarang dan masa yang akan datang).

Dalam hal ini, konsep agama Hindu dalam kehidupan sangat menyadari perubahan. Di mana, perubahan itu juga dipandang sebagai suatu Rta atau hukum abadi alam semesta.

Budaya

Selain agama, budaya juga sangat mempengaruhi desain arsitektur Bali.Tata ruang arsitektur Bali menggunakan falsafah, bahwa manusia adalah unsur dari alam semesta (kosmos).

Pembangunan bangunan dalam kebudayaan Hindu, dalil-dalilnya tersusun dalam kitab-kitab keagamaan seperti yang aslinya di India yakni Cilpa Sastra.

Lingkungan

Lingkungan juga masuk dalam daftar faktor yang mempengaruhi arsitektur di Bali. Pasalnya, umumnya konsep penataan rumah tinggal di Bali itu mengikuti aturan tata letak dan tata
nilai tradisional yang berlaku pada tata ruang kawasan di sana.

Menurut Gelebet (1985), aturan-aturan tradisi maupun modern sudah banyak membicarakan masalah lingkungan. Dalam alam tradisi Bali juga sudah dikenal pengelompokkan tata guna tanah yang tercermin pada Tri Angga (kepala, badan, kaki), dan tata letak bangunan seperti pada lontar Asta Gumi.

Sejarah

Dalam jurnal tahun 2020 oleh I Kadek Dwi Noorwatha dari ISI Denpasar, menuliskan bahwa sejarah perkembangan arsitektur Bali berperan dalam memberikan gambaran, dan perubahan periode yang juga tidak menghilangkan periode sebelumnya.

Misalnya, arsitektur era Bali kuno khas dengan arsitektur Bali Aga dan Bali Mula masih eksis pada periode Bali Arya, bahkan sampai era modern ini. Hal ini membuktikan bahwa interior arsitektur Bali termasuk adaptif terhadap perkembangan dan mampu untuk berdampingan dalam keberagaman (pluralitas).

Kebutuhan

Arsitektur Bali juga termasuk perwujudan dalam upaya pemenuhan kebutuhan ruang. Mulai dari untuk wadah kegiatan sosial, budaya dan ekonomi. Sebagai sebuah bagian dari budaya unggulan, arsitektur tradisional Bali tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakatnya.

Perkembangan Teknologi

Dikutip dari salah satu travel agency, perkembangan teknologi juga mempengaruhi desain arsitektur Bali. Dalam pembangunan rumah modern di Bali, teknologi dan bahan-bahan modern, seperti beton dan baja, mulai digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat modern. Namun, tetap dipertahankan ornamen-ornamen dan filosofi arsitektur Bali sebagai ciri khas dari arsitektur Bali.

Iklim Tropis

Iklim tropis yang terdapat di Bali mempengaruhi desain arsitektur Bali. Rumah-rumah tradisional Bali dibangun dengan ventilasi yang baik dan menggunakan bahan-bahan alami, seperti kayu dan bambu, untuk menjaga kesejukan di dalam rumah.

Arsitektur Bali juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin melihat keindahan seni bangunan Indonesia. Perlu diketahui juga, sebutan untuk arsitek atau perancang dari rumah adat Bali disebut sebagai Undagi atau dikenal undagi Bali.

Undagi adalah seorang ahli yang terampil dalam merancang dan membangun rumah adat Bali yang indah dan fungsional. Mereka memiliki pengetahuan mendalam tentang arsitektur tradisional Bali dan memahami filosofi dan budaya Bali yang menjadi dasar dalam setiap rancangan arsitektur.

Kesimpulannya, arsitektur Bali adalah sebuah karya seni yang luar biasa, terinspirasi dari budaya dan filosofi Bali yang kaya. Dalam arsitektur Bali, setiap elemen diartikan dengan makna simbolis yang mendalam, yang memperkaya tampilan bangunan dan memberikan nilai estetika yang tak terhingga.




(khq/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads