Tradisi Mesuryak sudah menjadi ciri khas perayaan Kuningan di Banjar Adat Bongan, Desa Bongan, Tabanan, Bali. Seiring berjalannya waktu, tradisi Mesuryak tidak hanya dilakukan krama (warga) adat yang bermukim di Banjar Adat Bongan. Tradisi Mesuryak juga telah sampai ke beberapa daerah di luar Banjar Adat Bongan, bahkan sampai ke luar Bali.
"Sudah sampai ke Lampung," kata Kelian Adat Banjar Bongan Gede, Komang Suparman, Sabtu (14/1/2023).
Tradisi ini dibawa oleh warga Banjar Adat Bongan yang bermukim di luar Banjar Adat Bongan atau bertransmigrasi ke luar Bali. Provinsi Lampung merupakan salah satunya. Pan Gilang, begitu Suparman biasa disapa sehari-hari, menyebut tradisi Mesuryak di luar Banjar Adat Bongan, biasanya didasarkan pada wangsit atau pesan leluhur yang telah tiada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi sesuai keyakinan warga Banjar Adat Bongan, Mesuryak sejatinya bertujuan mengantarkan roh para leluhur yang telah tiada ke sunia loka (dunia gaib). Saat Galungan, para leluhur datang ke rumah atau ke tengah-tengah keluarga besar yang ditinggalkan.
"Jadi tidak sekadar ikut-ikutan. Mereka, warga atau keluarga kami yang dari Bongan, melaksanakan Masuryak di luar Bongan, itu karena mendapatkan wangsit," sebutnya.
Suparman menjelaskan, tradisi Mesuryak dilakukan dengan memperebutkan sesajen, entah makanan, buah-buahan, dan beberapa bentuk sesajen lain. Sesajen ini sebelumnya disuguhkan saat ritual persembahyangan.
Persembahyangan itu biasanya dilakukan di sanggah gede (tempat pura keluarga), terakhir di depan pintu utama rumah masing-masing keluarga. Selain sesajen, yang diperebutkan saat Mesuryak adalah uang yang dihamburkan ke atas.
Sementara yang mengikuti tradisi ini bersiap berlompat dan berusaha mengambil uang yang dihamburkan ke atas itu sembari berteriak riang. Meski risikonya bisa terjatuh atau terinjak, namun itu tidak menjadi halangan.
Di masa lalu, kata Suparman, yang dipakai untuk Mesuryak adalah kepeng atau uang bolong. Tapi seiring berjalannya waktu, kepeng tergantikan dengan uang.
Menurutnya, tradisi ini telah ada secara turun-temurun dan tidak diketahui sejak kapan dilakukan. Selaku warga penerus di Banjar Adat Bongan, ia dan warga adat lain hanya namian atau meneruskan tradisi yang sudah dilakukan para leluhur.
"Kami sifatnya hanya namian atau meneruskan tradisi ini setiap Kuningan," jelasnya.
Tidak ada batasan nominal untuk uang yang dipakai saat Mesuryak. Besaran itu bergantung dari kemampuan ekonomi keluarga yang melakukan tradisi itu. "Tidak ada batasannya. Sukarela," pungkasnya.
(irb/hsa)