Tradisi Ngejot Warnai Perayaan Galungan di Banjar Piling Kawan

Tabanan

Tradisi Ngejot Warnai Perayaan Galungan di Banjar Piling Kawan

Chairul Amri Simabur - detikBali
Rabu, 04 Jan 2023 21:30 WIB
Tradisi ngejot di Banjar Piling Kawan, Tengah, dan Kanginan, Desa Mengesta, Kecamatan Penebel dilakukan dengan menyerahkan bingkisan makanan kepada kerabat atau tetangga saat Galungan kali ini, Selasa (3/1/2023). (istimewa)
Foto: Tradisi ngejot di Banjar Piling Kawan, Tengah, dan Kanginan, Desa Mengesta, Kecamatan Penebel dilakukan dengan menyerahkan bingkisan makanan kepada kerabat atau tetangga saat Galungan kali ini, Selasa (3/1/2023). (istimewa)
Tabanan - Ngejot atau menyerahkan makanan atau minuman kepada tetangga telah menjadi tradisi yang mewarnai perayaan hari suci Galungan di Desa Mengesta, Kecamatan Penebel, Tabanan, Bali. Tradisi ini secara khusus berkembang di Banjar Piling Kawan, Tengah, maupun Kanginan.

Kebetulan di wilayah tiga banjar itu sebagian warganya beragama Kristen dan Katolik. Bahkan di Banjar Piling Tengah terdapat Gereja Katolik Stasi Santo Mikael dan Gereja Kristen Protestan di Bali Immanuel.

"Ngejot ini semacam syukuran dengan berbagi ke keluarga besar atau dengan umat lainnya (Kristen dan Katolik)," kata Kelian Banjar Piling Kawan, Agung Putra, Rabu (4/1/2023).

Agung Putra menegaskan, semangat dari tradisi ngejot ini adalah toleransi dan menjaga rasa persaudaraan. Apalagi, sebagian umat Kristen maupun Katolik yang ada di tiga banjar tersebut masih memiliki hubungan keluarga.

"Semangatnya toleransi. Sekarang ini giliran kami (umat Hindu) yang ngejot. Kemarin, waktu Natal, keluarga atau umat Kristen di sini yang ngejot," imbuhnya.

Agung sendiri mencontohkan, saudara neneknya yang pertama memeluk agama Protestan karena menikah dengan orang Protestan. Sedangkan saudara neneknya yang ketiga memeluk agama Kristen dan Katolik melalui proses yang sama. "Jadi masih ada hubungan keluarga," ujar Agung.

Ia menjelaskan, makanan atau minuman yang diserahkan saat ngejot terdiri dari olah-olahan daging, kue atau jajanan. "Biasanya olahan daging lengkap dengan nasinya. Terus jajannya biasanya tape uli," jelasnya.

Di Banjar Piling Kawan, lanjutnya lagi, sekitar 100 keluarga atau kepala keluarga merupakan pemeluk agama Hindu. Kemudian sekitar 15 keluarga memeluk agama Kristen dan Katolik.

"Kami sendiri tidak bisa memastikan kapan tradisi ini mulai ada. Karena sejak kecil kami sudah mendapati tradisi ini sudah dilakukan para orang tua kami. Istilahnya, kami namiang (mewarisi)," sebut Agung.

Ia menegaskan, sejatinya hubungan yang erat antara umat Hindu, Kristen dan Katolik, tidak hanya tercermin dari tradisi ngejot yang biasa dilakukan saat hari raya keagamaan.

"Dalam kehidupan sehari-hari kami tetap menjalankan adat istiadat meski berbeda keyakinan. Kami tetap masukan duka atau bergotong royong seperti metulungan atau ngayah ke warga kami yang punya pekerjaan adat. Ngejot ini salah satu contoh hubungan erat kami," pungkasnya.


(nor/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads