Mengenal Utama Mandala, Zona Paling Suci dalam Struktur Pura

Mengenal Utama Mandala, Zona Paling Suci dalam Struktur Pura

Anindyadevi Aurellia - detikBali
Selasa, 01 Nov 2022 06:00 WIB
Potret Candi Bentar Pura Ponjok Batu.
Foto: dok. Kemendikbud
-

Utama Mandala merupakan salah satu bagian dalam Tri Mandala dan menjadi zona paling suci dalam struktur pura. Pintu masuk Utama Mandala biasanya berupa Candi Gelung yang berfungsi untuk memulai pemusatan pikiran. Agar lebih jelasnya, simak penjelasan berikut mengenai Utama Mandala.

Apa Itu Utama Mandala?

I Ketut Duwijo dan Darta dalam buku Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas V menyebutkan Utama Mandala merupakan salah satu bagian dalam Tri Mandala dan menjadi zona paling suci dalam struktur pura.

Duwijo menjelaskan mengenai Upacara Yajña Nista Mandala. Kanista Mandala menjadi tempat pelaksanaan Pecaruan (Bhuta Yajña). Nista Mandala sama dengan kaki, kemudian memasuki Madya Mandala yakni halaman tengah yang terdapat bangunan berupa Apit Surang (Candi Bentar).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bangunan ini berfungsi sebagai pemutus pikiran-pikiran kotor atau cuntaka yang mungkin masih melekat pada saat kita pergi ke pura. Sampai di Madya Mandala akan dijumpai tari-tarian yang bersifat sakral seperti Tari Baris Gede, Tari Rejang Dewa, Tari Topeng Sidhakarya, Wayang Sudhamala atau Wayang Lemah, yang berfungsi untuk menghibur dan mensucikan pikiran saat akan masuk ke Utama Mandala.

Pintu masuk pura ada dua macam yaitu Candi Bentar dan Candi Kurung atau Candi Gelung atau Kori Agung. Candi Bentar adalah sebuah candi yang terbelah dua, sedangkan Candi Kurung atau Candi Gelung atau Kori Agung seringnya berupa dua buah arca penjaga yang disebut arca dwarapala, baik berwujud manusia, raksasa, bintang, atau yang lain.

ADVERTISEMENT

Pintu masuk Utama Mandala biasanya berupa Candi Gelung yang berfungsi untuk memulai pemusatan pikiran. Utama Mandala adalah tempat melaksanakan pemujaan terhadap Ista Dewata yaitu Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan yang berstana di Pura tersebut.

Pada Utama Mandala terdapat bangunan suci berupa Padmasana yang berbentuk Candi, Meru, Gedong dan sebagainya sesuai dengan Ista Dewata yang dipuja. Sebagai tempat pemujaan, maka diwajibkan bagi kita untuk merubah perilaku agar suci dan sopan.

Mengenal Konsep Tri Mandala

Dijelaskan dalam laman resmi Tata Ruang Provinsi Bali, bahwa Tri Mandala berasal dari kata tri dan kata mandala. Tri artinya tiga dan mandala artinya tempat. Jadi, Tri Mandala artinya tiga tempat untuk melakukan kegiatan pada saat pelaksanaan upacara di sebuah pura.

Pembagian halaman pura atas tiga atau dua halaman itu biasanya bertingkat dari halaman terdepan yang terendah dan semakin ke dalam semakin tinggi. Struktur tersebut adalah kelanjutan dari bentuk punden berundak yaitu tempat pemujaan zaman prasejarah.

Dijelaskan oleh I Gusti Ngurah Sudiana dalam laman resmi Kemdikbud, bahwa maksud yang terkandung dalam konsep Tri Mandala yaitu:

- Utama Mandala (Jeroan/Area Utama)

Tempat yang paling utama dan paling suci untuk melakukan pemujaan terhadap Ista Dewata atau Tuhan Yang Maha Esa. Disini dapat didengarkan lagu pemujaan dari Pemangku dalam memimpin umat melakukan persembahyangan terhadap Ista Dewata. Kemudian ada ucapan Japa Veda dari Sulinggih yang diiringi dengan suara Bajra dan suara Kidung yang mengalun merdu sebagai pengantar doa.

- Madhyama Mandala (Jaba Tengah/Area Tengah)

Madya Mandala : yaitu tempat yang berada di tengah setelah Nista Mandala dan sebelum Utama Man-dala, Yajña, seperti tari Rejang Dewa, Baris Gede, Wayang Lemah, Topeng Sidha Karya, bermanfaat untuk Wali Yajña, dan hiburan.

- Kanistama Mandala (Jaba Sisi/Area Luar)

Nista Mandala adalah areal pura yang paling di bawah atau paling di luar. Nista Mandala merupakan tempat melakukan persiapan-persiapan Yajña seperti membuat penjor, membuat lapan sehingga mungkin saja masih ada suara atau pembicaraan lain. Di Nista Mandala juga terdapat bangunan Bale Kulkul dan Wantilan

Pada pura yang sederhana hanya memiliki Jaba (halaman luar pura) dan Jeroan (halaman dalam pura). Batas pekarangan pura dikelilingi oleh tembok yang disebut "Penyengker". Tempat suci pura hendaknya difungsikan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas suci sesuai ajaran dharma yang memiliki dua dimensi utama, yaitu:

- Dimensi Vertikal:

Hubungan vertikal warga Hindu dengan Brahman/Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa melalui aktivitas-aktivitas ritus-spiritual

- Dimensi Horizontal:

Hubungan antar-manusia sesama warga Hindu khususnya dan masyarakat luas umumnya melalui aktivitas-aktivitas ritus-sosial.

Keduanya harus dilaksanakan secara selaras dan saling melengkapi sebagai bentuk implementasi ajaran Hindu Dharma. Pelaksanaan ke dua dimensi aktivitas-aktivitas tersebut pun hendaknya disesuaikan dengan tempat (desa), waktu (kala), dan ruang (patra).

Etika Masuk Pura

Dilansir dari laman resmi Desasedang Kabupaten Badung, menjelaskan berpakaian ke Pura telah dibahas dalam Paruman Sulinggih yang menetapkan bahwa busana untuk ke Pura harus sopan, rapi, bersih, dan tidak menonjolkan bagian-bagian tubuh yang dapat merangsang, serta dandanan yang sederhana dalam artian tidak menggunakan hiasan berlebihan.

Ketentuan berbusana selengkapnya sebagai berikut:

Bagi Pria:

  • Baju
  • Kampuh
  • Kain panjang
  • Sabuk
  • Alas kaki (fakultatif/boleh iya,boleh tidak)

Bagi Wanita:

  • Baju/kebaya
  • Kain panjang
  • Sesenteng
  • Sabuk
  • Alas kaki (fakultatif/ boleh iya,boleh tidak)

Tata cara atau larangan memasuki Pura:

  • Tidak dalam keadaan cuntaka (baru melahirkan, kematian, wanita datang bulan, bayi belum tiga upacara tiga bulanan, dll)
  • Bersih lahir batin (sudah mandi dan pikiran bersih)
  • Wanita yang rambutnya diurai tidak boleh masuk
  • Dilarang berpakaian tidak sopan atau menonjolkan bentuk tubuh/ aurat
  • Tidak boleh bersikap tidak senonoh (bercumbu, berkelahi, bertengkar, berkata kasar/ memaki, bergosip, menyusui bayi, meludah, buang air, mencorat-coret pelinggih, dll)
  • Dilarang dalam keadaan sakit dan mabuk karena akan dapat membuat pura leteh

Nah detikers, itulah tadi penjelasan mengenai Utama Mandala dan etika ke Pura. Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa membantu, ya!




(aau/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads