- Sejarah dan Asal Usul Kebudayaan Topeng Sidakarya
- Karakter Topeng Sidakarya 1. Topeng Warna Putih 2. Topeng Mata Sipit 3. Topeng Gigi Jonggos 4. Wajah Setengah Demanik 5. Rambut Panjang
- Properti Tari Topeng Sidakarya 1. Baju Bludru 2. Kamen Putih Lelancingan 3. Celana Putih 4. Badong 5. Gelungan Sesobratana 6. Angkep Pala 7. Saput Petopengan 8. Angkep Tandu 9. Gelang Batis 10. Gelang Kana 11. Sabuk/Ikat Pinggang 12. Keris 13. Bulu Merak/Daun Girang
- Tari Topeng Sidakarya Menceritakan Apa?
- Gerakan Tari Topeng Sidakarya 1. Ngaruji atau Abhaya Mudra 2. Nyigit atau Jñana Mudra 3. Ngawawaatau Siva Lingga Mudra 4. Nyumput atau Samanahuti Mudra 5. Manganjali atau Sangka Mudra 6. Nuding Dua atau Perthiwi Mudra 7. Ngeregep atau Dhyana Mudra 8. Ngebat atau Japa Mudra
Pulau Bali memiliki beragam kebudayaan dan kesenian, salah satunya adalah tari Topeng Sidakarya. Tari Topeng Sidakarya adalah pertunjukan tari sakral yang sudah ada sejak zaman dulu dan dipentaskan secara turun-temurun. Tarian ini sering ditampilkan untuk mengiringi upacara penting di Bali, seperti Ngaben.
Tujuan pementasan tari Topeng Sidakarya adalah untuk memohon kelancaran dalam setiap upacara di Bali. Jenis tarian ini adalah tari tunggal yang dipentaskan oleh 1 orang laki-laki. Bukan hanya sekedar tarian, tari Topeng Sidakarya memiliki sejarah dan makna yang menarik. Ingin tau? Yuk, simak selengkapnya!
Sejarah dan Asal Usul Kebudayaan Topeng Sidakarya
![]() |
Sejarah Tari Topeng Sidakarya berhubungan erat dengan kutukan yang disebabkan oleh seseorang yang termahsyur bernama Brahmana Keling. Brahmana Keling berasal dari daerah Keling, Jawa Timur dan memiliki ilmu sakti yan disebut "Kelepasan Jiwa". Beliau adalah anak dari Danghyang Kayumanis, cucu dari Empu Candra, kumpi dari Empu Beradah dan saudara dari Dalem Waturenggong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suatu ketika, saat Brahmana Keling sedang menikmati pemandangan Selat bali, ayahnya menghampirinya dan memberi tau bahwa Keraton Gelgel Klungkung diperintah oleh Dalem Waturenggong. Setelah mendengar informasi tersebut, Brahmana Kaling bergegas pergi ke Bali.
Sesampainya Brahmana Kaling di Keraton Glegel, beliau langsung menuju pura Besakih karena ingin bertemu dengan saudaranya, Dalem Waturenggong. Namun, para pengayah ragu atas kedatangan Brahmana Kaling dan belum menyampaikan kedatangannya kepada raja.
Karena terlalu lama menunggu dan ingin segera bertemu, Brahmana Kaling masuk ke pura secara diam-diam dan beristirahat sebentar di pelinggih. Tak disangka, Dalem Waturenggong datang dan melihat ada orang asing dengan pakaian lusuh dan tak layak dipakai ke dalam pura. Prajurit pun melaporkan bahwa orang tersebut adalah Brahmana Kaling.
Namun, penampilannya yang lusuh dan jelek membuat Dalem Waturenngong tidak mengakuinya sebagai saudara. Bahkan, beliau diusir dan ditolak keberadaannya. Sakit hati dengan perbuatan saudaranya, Brahmana Kaling mengucap suatu kutukan yang isinya : Wastu tata astu, karya yang dilaksanakan tan sidakarya (tidak sukses), bumi kekeringan, rakyat kekeringan, sarwa gumatat-gumitit ngrubed.
Tak lama setelah kejadian pengusiran tersebut, Pulau Bali terserang wabah dan bencana. Menyadari hal ini, Dalem Waturenggong berdoa di Pura Besakih dan mengakui kesalahan karena telah mengusir saudaranya sendiri. Namun, hanya Bramana Kaling yang dapat mengubah keadaan.
Kemudian, Dalem Waturenggong dan prajuritnya mencari Brahmana Kaling sampai ketemu. Setelah bertemu di Bandanda Negara (Desa Sidakarya), Brahmana Kaling mengembalikan keadaan seperti semula.
Setelah tragedi tersebut usai, Dalem Waturenggong bersabda di hadapan para Menteri/Patih/Pre Arya, Dang Hyang Nirarta dan Dalem Sidakarya. Dalem Waturenggong mengucap "Mulai saat ini dan selanjutnya, setiap umat Hindu yang melaksanakan Upacara Yadnya wajib nunas tirta penyida karya, supaya karya (Upacara Yadnya) menjadi Sidakarya".
Kemudian, Dalem Waturenggong memerintahkan prajurit untuk membangun Pura Dalem Sidakarya. Dalem Waturenggong juga menyuruh seluruh rakyat Bali untuk memohon jatu karya ke Pura Dalem Sidakarya. Pada setiap upacara keagamaan akan ditampilkan pertunjukan Topeng Sidakarya, sebagai pelegkap upacara penting bagi umat Hindu.
Karakter Topeng Sidakarya
Tari Topeng Sidakarya memiliki berbagai karakter topeng yang khas. Masing-masing juga memiliki makna filosofisnya sendiri. Apa saja karakter topeng Sidakarya?
1. Topeng Warna Putih
Topeng warna putih melambangkan bahwa Dalem Sidakarya adalah orang yang suci. Warna putih juga dianggap sebagai simbolis dewa dan Brahmana.
2. Topeng Mata Sipit
Mata sipit disimbolkan sebagai rasa mawas diri dan memperhatikan keadaan sekitar. Dalam yoga, mata sipit juga merupakan lambang pengendalian dan pemusatan pikiran.
3. Topeng Gigi Jonggos
Topeng ini memang terlihat seram dan menakutkan. Mungkin kita berfikir bahwa topeng satu ini memiliki makna buruk. Namun ternyata, topeng gigi jonggos merupakan simbol dari kesederhanaan.
4. Wajah Setengah Demanik
Topeng setengah wajah manusia dan setengah demanik ini merupakan simbol dari Rwa Bhineda. Kedua karakter tersebut harus diseimbangkan agar sifat demanik/keraksasaan dapat diubah menjadi sifat manusia.
5. Rambut Panjang
Rambut panjang diartikan sebagai simbol tidak terikat, sementara warna rambut yang putih melambangkan kesucian.
Properti Tari Topeng Sidakarya
![]() |
Properti merupakan salah satu elemen penting dalam seni tari. Properti tersebut meliputi busana atau peralatan yang dipakai sang penari. Busana dalam tari Topeng Sidakarya memang terlihat agar rumit dan berlapis-lapis, namun memiliki makna masing-masing. Properti dalam tari Topeng Sidakarya antara lain :
1. Baju Bludru
Baju bludru digunakan untuk menutup tubuh sang penari, biasanya berwarna hitam lengan panjang yang melambangkan kebijaksanaan dan kesopanan.
2. Kamen Putih Lelancingan
Kamen berfungsi unutk menutup tubuh bagian bawah. Warna putih adalah simbol kesucian. Sementara, lelancingan adalah kain dengan ujung yang lancip menyentuh tanah yang melambangkan kemaskulinan.
3. Celana Putih
Celana panjang berwarna putih juga digunakan untuk menutup bagian kaki dan melambangkan kesucian kemanapun kaki kita melangkah.
4. Badong
Badong bentuknya seperti kalung besar yang digunakan untuk menutupi leher. Maknanya adalah kepintaran dan ilmu pengetahuan.
5. Gelungan Sesobratana
Properti ini dipakai di kepala yang melambangkan kebijaksanaan, kemuliaan dan kesederhanaan.
6. Angkep Pala
Seperti namanya, angkep pala digunakan untuk menutup bagian bahu yang merupakan simboldari kegagahan.
7. Saput Petopengan
Saput petopengan digunakan untuk menutup bagian badan. Makna dari properti ini adalah simbol dari kesederhanaan.
8. Angkep Tandu
Angkep tandu merupakan penutu bagian belakang/punggung. Makna properti ini adalah untuk melebur keegoisan dan keserakahan dalam diri.
9. Gelang Batis
Gelang Batis dipakai pada pergelangan kaki penari. Makna dari pemakaiannya adalah sebagai simbol kehati-hatian dan kemuliaan dalam setiap langkah kaki kita.
10. Gelang Kana
Gelang Kana digunakan pada pergelangan tangan penari. Gelang ini memiliki makna kerendahan hati dan kedermawanan.
11. Sabuk/Ikat Pinggang
Sabuk berfungsi untuk menutup bagian pinggang, yang memiliki makna kerendahan hati dan pengendalian diri.
12. Keris
Keris adalah senjata yang disisipkan di punggung penari. Senjata ini memiliki makna ketajaman intelektual.
13. Bulu Merak/Daun Girang
Bulu merak dipasang atau diselipkan pada telinga penari. Properti ini menyimbolkan kemuliaan, rendah hati dan kesenangan.
Tari Topeng Sidakarya Menceritakan Apa?
Sebenarnya, tari Topeng Sidakarnya memiliki cerita yang berbeda-beda, tergantung dari upacara yang dilakukan. Penampilan tarian ini disisipkan pesan kebaikan. Namun secara garis besar, tarian ini bercerita tentang kerajaan Dalem Gelgel pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong.
Dalam cerita ini Dalem Waturenggong melaksanakan upacara Eka Desa Ludra yang dilakukan setiap seratus tahun sekali di Pura Besakih. Raja dan masyarakat menjalankan upacara dengan sangat kusyuk. Agar dapat berjalan lancar, seluruh masyarakat perlu bergotong-royong untuk menyiapkan upacara.
Gerakan Tari Topeng Sidakarya
![]() |
Dalam gerakan tari Topeng Sidakarya terdapat banyak makna yang dalam, di dalamnya juga terkandung posisi mudra (gerakan tangan). Mudra adalah gerakan tangan yang sangat luar biasa. Gerakan jari dengan postur mudra akan membangunkan sel-sel syaraf sehingga bisa meningkatkan kesehatan. Selain itu, gerakan ini dapat membersihkan tubuh, pikiran serta membangkitkan energi.
Kelima jari memiliki 5 elemen yang berbeda, di antaranya adalah :
- Ibu Jari/jempol sebagai simbol langit/angkasa
- Jari Telunjuk sebagai simbol udara
- Jari Tengah sebagai simbol agni
- Jari Manis sebagai simbol bumi/bhumi
- Jari Kelingking sebagai simbol air
Berikut ini adalah penjabaran tentang posisi jari mudra dan maknanya :
1. Ngaruji atau Abhaya Mudra
Gerakan jari Abhaya Mudra memiliki makna bahwa Ida Sanghyang Widhi dapat memberikan perlindungan, dan menghindarkan diri dari marabahaya. Dalam Tantra Sastra, posisi jari tangan ini memiliki makna "kamu jangan takut Tuhan selalu bersamamu".
2. Nyigit atau Jñana Mudra
Gerakan Jñana Mudra bermakna kebijaksanaan. Bertemunya ibu jari dan jari telunjuk adalah lambang bersatunya paramatma. Gerakan jari ini adalah makna bahwa seseorang harus menyadari jati dirinya unutk mencapai kesucian diri.
3. Ngawawaatau Siva Lingga Mudra
Gerakan ini berfungsi untuk melebur energi-energi negatif, penyembuhan tubuh dan simbol keseimbangan diri.
4. Nyumput atau Samanahuti Mudra
Dalam melakukan posisi ini semua ujung jari-jari bertemu. Gerakan ini adalah simbol kesejahteraan dan kesehatan yang prima.
5. Manganjali atau Sangka Mudra
Posisi ini sering diperlihatkan pada saat awal dan akhir pementasan. Gerakan ini memiliki simbol keterbukaan dalam diri dan simbol penyucian dari dalam dan luar diri.
6. Nuding Dua atau Perthiwi Mudra
Gerakan jari ini sangat sering dilakukan oleh penari Topeng Sidakarya. erakan tangan ini adalah lambang dari bhumi pertiwi, kesuburan dan kemakmuran.
7. Ngeregep atau Dhyana Mudra
Dhyana Mudra sering digunakan untuk melakukan meditasi, dan sang Bhuda sering menggunakan gerakan ini untuk memusatkan pikiran.
8. Ngebat atau Japa Mudra
Gerakan tangan ini memiliki simbol penyatuan kekuatan sebagai media penyucian.
Ternyata, tarian Topeng Sidakarya memiliki makna yang sangat dalam. Bahkan disetiap gerakan jari tangan dan propertinya juga memiliki filosofi masing-masing. Semoga infomasi ini bermanfaat agar Anda lebih megenal budaya Bali, ya!
(des/row)