Gedong Kirtya dikenal sebagai salah satu museum lontar tertua di Bali. Berlokasi di Jalan Veteran, Kelurahan Paket Agung, Kecamatan Buleleng, Bali, museum ini menyimpan ribuan koleksi lontar bali kuno.
Kepala UPTD Gedong Kirtya Dewa Ayu Putu Susilawati mengatakan, saat ini terdapat sebanyak 2.064 cakep (buah) lontar bali kuno. Di mana lontar tersebut dibagi lagi menjadi 6 klasifikasi yang berbeda.
Di antaranya lontar weda, lontar agama, lontar wariga, lontar babad, lontar tantri (satwa bali) dan lelampahan (pewayangan).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gedong Kirtya sudah dibuka untuk umum, sejak tanggal 14 September 1928. Hingga kini jumlah lontar kita ada sekitar 2064 cakep," kata Kepala UPTD Gedong Kirtya Dewa Ayu Putu Susilawati kepada detikBali, Minggu (9/10/2022).
Lanjut, Susilawati menjelaskan proses berdirinya museum Gedong Kirtya tidak akan pernah lepas dari jasa dua orang Belanda bernama FA Liefrinck dan Dr. Van Der Tuuk. Keduanya menjadi pelopor penelitian kebudayaan, adat istiadat dan bahasa di Bali.
Mereka, kemudian membuat kerjasama dengan beberapa tokoh lainnya, seperti LJJ Caron, Dr.RNg Purbacaraka, Dr. WR Stuterheim, Dr.R Goris, Dr.Th Pigeand, dan Dr. C hooykaas. Dan selanjutnya mengadakan pertemuan di Kintamani. Dari pertemuan itu, lahirlah sebuah yayasan (Stiching) yang dinamakan Stichting Liefrinck Van Der Tuuk yang menitikberatkan terhadap kegiatan penyimpanan lontar.
"Namanya itu akhirnya diubah menjadi Kirtya Liefrinck Van Der Tuuk, itu atas usulan dari I Gusti Putu Jelantik," jelasnya.
![]() |
Kemudian jika diperhatikan pada bagian pintu gerbang yang terdapat pada gedong kirtya terlihat pahatan manusia menaiki gajah dengan busur panah di tangannya kemudian membunuh musuhnya, dan orang yang kena panah itu pun mati.
Gambar ini diperlihatkan dengan monogram atau Chandra Sengkala. Adapun makna daripada simbol gambar tersebut di antaranya manusia merupakan simbol angka 1, gajah simbol angka 8, panah simbol angka 5 dan orang mati nilainya 0. Sehingga jika dibaca tahun Icakanya adalah Icaka 1850.
"Kenapa saya arahkan juga kalau ada tamu dari luar ke gerbang karena di sana ada reliefnya juga reliefnya tentang penanggalan candra sengkala," pungkasnya.
(nor/irb)