Unik! Sanggah Kemulan di Desa Les Buleleng Wajib Pakai Pohon Dapdap

Unik! Sanggah Kemulan di Desa Les Buleleng Wajib Pakai Pohon Dapdap

Made Wijaya Kusuma - detikBali
Senin, 29 Agu 2022 06:00 WIB
Sanggah Kemulan Dengan Struktur Pohon Dapdap, Di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali.
Foto: Sanggah Kemulan Dengan Struktur Pohon Dapdap, di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali. (Made Wijaya Kusuma/detikBali)
Buleleng -

Desa Les menjadi salah satu Desa Bali Mula (Desa Tua) yang terkenal memiliki beragam keunikan. Salah satunya yakni terdapat pada bentuk sanggah kemulan yang dibangun oleh setiap warganya.

Berbeda dengan sanggah kemulan yang lazim ditemukan saat ini. Sanggah kemulan di Desa Les memiliki struktur bangunan yang berbeda, yakni wajib dibangun menggunakan pohon dapdap.

Bukan tanpa alasan. Pemilihan pohon dapdap sebagai bahan membangun sanggah kemulan didasari oleh cerita leluhur mereka, yang berkaitan langsung dengan awal terbentuknya Desa Les. Pohon dapdap dipercaya digunakan oleh leluhur mereka sebagai tongkat yang mampu menuntunnya selamat dan membangun Desa Les.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dasarnya dulu dapdap ini dipakai tongkat oleh penglingsir kami dulu, sehingga dia bisa selamat berjalan, dapdap yang digunakan itu dapdap sakti. karena ada empat jenis dapdap, ada dapdap tiis, dapdap tangi, dapdap teluntung dan dapdap sakti," kata Jro Kubayan I Wayan Wiasa.

Wiarsa mengatakan pohon dapdap juga digunakan karena dipercaya memiliki banyak khasiat terutama sering digunakan sebagai ramuan obat. Sehingga pohon dapdap senantiasa harus dirawat.

ADVERTISEMENT

Oleh sebab itu ketika sudah dibangun menjadi sanggah kemulan pohon dapdap masih dapat tumbuh subur dengan daun yang cukup lebat. Bila ada satu bagian yang mati, maka harus diganti dengan pohon dapdap yang baru. Penggantian itu pun harus menggunakan upacara keagamaan. Upacaranya disebut merebu (pembersihan).

"Biasanya kita nyari di kebun. Kalau dapdapnya mati harus diganti biar tetap hidup. Harus hidup semua total ada 8 batang, ini tertancap di tanah biasa, di bawahnya ada batu, ratu gede dasar namanya, ini kalau yang sudah kawin wajib buat sanggah kemulan," katanya.

Lanjut wiasa, sanggah kemulan di Desa Les tidak boleh dibuat menggunakan kayu berukir juga beton dan paku. Bahan yang digunakan selain pohon dapdap hanya berupa tali ijuk sebagai pengikat dan bambu yang sudah di belah digunakan sebagai alas untuk mebanten.

Sanggah kemulan di Desa Les ada dua bagian, di kiri merupakan pelinggih taksu dan di kanan merupakan pelinggih surya. Kemudian di bawah bangunan sanggah kemulan terdapat batu yang dipuja sebagai ratu gede dasar. Hingga kini struktur bangunan sanggah kemulan masih tetap dijaga dan digunakan oleh masyarakat sebab jika dirubah biasanya akan ada dampak secara niskala.

"Hingga kini masih digunakan ini, kalau diganti pakai yang lain biasanya dampaknya secara niskala, itu bisa dalam bentuk kesakitan, rumah tangga tidak harmonis dan dampak niskala lainnya," tukasnya.




(kws/kws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads