"Maknanya sederhana, ayunan ini kita ibaratkan sebagai bumi karena akan berputar terus kadang di atas kadang di bawah jadi ini untuk mengingatkan para remaja putri jika sudah dewasa nanti harus siap saat berada di atas maupun di bawah karena kita semua tidak tahu seperti apa kita nantinya jadi mereka diingatkan melalui tradisi ini," kata Tamping Takon Betenan atau Bendesa Adat Tenganan Pegringsingan Putu Suarjana, Kamis (23/6/2022).
Putu Suarjana mengatakan ayunan jantra tersebut dipasang selama 18 hari selama rangkaian dari Usaba Sambah. Dan selama itu pula setiap sore para remaja putri akan menaiki ayunan tersebut dan remaja putra bertugas untuk mengayunkan tapi tetap harus menggunakan pakaian adat Tenganan Pegringsingan dan juga mendapat pengawasan dari orang dewasa.
Ia juga mengatakan yang boleh menaiki ayunan jantra tersebut hanyalah seorang remaja putri. Sedangkan anak-anak baik putra maupun putri tidak boleh begitu pun untuk remaja putra.
"Untuk di Desa Tenganan Pegringsingan yang sudah dikatakan sebagai seorang remaja putri itu bukan dari anak tersebut sudah berusia 17 tahun atau sudah menstruasi tapi mereka sudah diingatkan remaja oleh Desa Adat Tenganan Pegringsingan. Jika mereka sudah selesai menjalani beberapa tahapan upacara yang ada di Desa Tenganan Pegringsingan jadi tidak jarang usia baru 12 tahun sudah dinyatakan sebagai seorang remaja karena sudah menjalani beberapa tahapan upacara tersebut," kata Suarjana.
Permainan ayunan jantra ini pun juga cukup menyita perhatian dari para pengunjung yang datang baik wisatawan domestik maupun mancanegara sehingga tidak jarang ada yang mengabadikannya dalam sebuah foto maupun video.
Dalam satu ayunan jantra mampu menampung dari 4 hingga 8 orang remaja putri. Tergantung jumlah tempat yang ada dalam satu ayunan tersebut dan remaja putra yang bertugas untuk mengayunkan ada empat orang, dua orang di bawah dan dua orang di tengah.
"Setiap tempat dalam satu ayunan jantra harus terisi semuanya agar seimbang, karena kalau satu saja tidak terisi maka ayunan tersebut akan menjadi tidak seimbang dan tentu akan membahayakan," ujar Suarjana.
(nor/nor)