Museum Subak di Kabupaten Tabanan, Bali, memiliki satu koleksi unik, yaitu kalender tradisional Bali yang dinamakan Tika dan kini keberadaannya sudah langka. Tika hanya dimiliki orang tertentu yang memang memahami cara membacanya. Di masa lalu, Tika dipakai untuk menentukan ala ayuning dewasa atau hari buruk dan baik. Ala ayuning dewasa inilah yang menjadi pedoman masyarakat Bali untuk memulai suatu kegiatan hingga sekarang. Entah itu kegiatan keagamaan, bertani, membangun rumah, memelihara ternak, hingga kegiatan sehari-hari lainnya.
"Seperti kapan hari baik membuat senjata, rumah, atau melakukan upacara," jelas Kepala Museum Subak Tabanan, Ida Ayu Ratna Pawitrani, Sabtu (11/6/2022).
Penggunaan Tika untuk menentukan hari baik dan buruk, cukup rumit dan hanya bisa dilakukan orang tertentu. Terutama orang-orang yang paham dengan wariga atau dasar kalender tradisional Bali, seperti pendeta Hindu, para raja, atau tokoh masyarakat. "Mereka yang bisa baca atau paham saja yang bisa menggunakan karena perhitungannya rumit," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan fungsinya, sambung Ratna, Tika memiliki beberapa variasi. Seperti yang dikoleksi di Museum Subak, yang berfungsi untuk kegiatan pertanian. "Ada yang spesifik untuk pertanian. Jadi ada gambar jagung, padi, kuda, ayam, ikan, atau gambar lainnya," imbuhnya.
Dari penelitian dan kajian yang dilakukan Dinas Kebudayaan Bali pada 2019, dijelaskan, Tika merupakan petikan-petikan wariga atau kalender tradisional umat Hindu di Bali, yang bersifat permanen dan menggunakan tanda, simbol, atau kode tertentu sebagai wakil salah satu wuku, wewaran, atau ingkel.
Wewaran berasal dari kata Wara, yang memiliki arti hari. Kemudian wuku merupakan sistem mingguan yang jumlahnya 30 dalam satu siklus. Masing-masing wuku dinamakan sesuai mitologi 27 raja dan dua ratu. Wuku dimulai dari Sinta sampai dengan Watugunung. Kemudian Ingkel artinya pantangan atau larangan untuk memulai, mengambil, memelihara, melakukan pekerjaan atau upacara, yang berhubungan dengan objeknya.
![]() |
Secara umum, bagian Tika terdiri dari kolom 30 wuku yang terletak di bagian atas. Kemudian di bagian samping terdapat delapan baris. Tujuh baris hari atau Saptawara dan baris kedelapan merupakan Ingkel. Kalender pada Tika tidak mempedulikan posisi astronomi. Meski demikian, penggunaannya tidak dapat dipisahkan dari penggunaan kalender Saka.
Bentuk Tika pun bervariasi, ada yang terbuat dari kayu, kertas, dan kain. Variasi ini juga bisa dilihat dari tulisan yang terpampang. Ada Tika yang hanya menggunakan simbol-simbol tertentu, ada yang hanya menggunakan suku kata atau alfabet, juga ada yang terdiri dari penggabungan simbol, suku kata, dan alfabet.
(irb/irb)