Mengenal Sugihan Jawa dan Sugihan Bali Jelang Hari Raya Galungan

Mengenal Sugihan Jawa dan Sugihan Bali Jelang Hari Raya Galungan

Tim detikBali - detikBali
Rabu, 01 Jun 2022 15:32 WIB
Umat Hindu melaksanakan persembahyangan Hari Raya Galungan di Pura Puseh Desa Adat Kedisan, Jembrana, Bali, Rabu (10/11/2021). Perayaan Hari Raya Galungan di pelosok Bali tersebut tetap menerapkan protokol kesehatan dan mengatur jumlah umat yang berada di area pura untuk mencegah penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/aww.
Ilustrasi - Sebelum Galungan tiba, ada beberapa rangkaian prosesi yang mendahului diantaranya Sugihan Jawa dan Sugihan Bali. (Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo)
Denpasar -

Umat Hindu di Bali sebentar lagi akan merayakan Hari Raya Galungan yang jatuh pada Rabu, 7 Juni 2022. Sebelum Galungan tiba, ada beberapa rangkaian yang mendahului pelaksanaan hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kebatilan) itu, diantaranya Sugihan Jawa dan Sugihan Bali.

Lantas, apa perbedaan pelaksanaan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali?

Sugihan Jawa

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun ini, Sugihan Jawa dilaksanakan pada Kamis, 2 Juni 2022. Jika mengacu pada kalender Bali, rahina Sugihan Jawa datang setiap 210 hari sekali, yaitu pada Kamis atau Wraspati Wage Wuku Sungsang. Secara singkat, pelaksanaan Sugihan Jawa diperingati enam hari sebelum hari raya Galungan.

Bagi umat Hindu di Bali, Sugihan Jawa dimaknai sebagai hari penyucian terhadap bhuana agung (makrokosmos) secara sekala maupun niskala. Secara sekala, penyucian ditandai dengan pembersihan halaman pura, halaman paibon, bangunan-bangunan suci, hingga alat-alat upakara yang dianggap kotor. Sedangkan secara niskala, penyucian dilakukan melalui persembahan (menghaturkan) sesajen pangresikan pada tempat, pralingga, maupun pratima.

ADVERTISEMENT

Menurut buku Hari Raya Galungan yang ditulis oleh Dra Ni Made Sri Arwati (1992), saat Sugihan Jawa juga dilaksanakan pamretistan ring Bhatara Kabeh, yakni upacara mererebu di pemrajan atau sanggah. Adapun upacara mererebu ini dilengkapo upakara pengeresikan dengan sarana bunga yang harum untuk mensthanakan para Dewa dan Pitara.

Dijelaskan, upakara parerebuan diusahakan menggunakan guling itik yang dimulai. Prosesi parerebuan dimulai dari bangunan suci paling utama, misalnya Padmasana, Kemulan, Meru, Gedong, Taksu, hingga terakhir dilebar di jaba (halaman terluar) dilengkapi dengan segehan dan tetabuhan arak-berem,

Setelah itu selesai, barulah dilaksanakan persembahyangan dan matirtha sebagaimana biasanya. Dengan berakhirnya nunas tirtha itu, maka berahir pula pelaksanaan Sugihan Jawa.

Sugihan Bali

Sementara itu, Sugihan Bali dilaksanakan sehari setelah Sugihan Jawa. Sugihan Bali datang setiap enam bulan atau 210 hari sekali, tepatnya pada Jumat atau Sukra Kliwon Wuku Sungsang. Sugihan Bali bermakna hari penyucian terhadap diri sendiri atau bhuana alit.

Menurut buku Hari Raya Galungan yang ditulis oleh Dra Ni Made Sri Arwati (1992), upacara saat pelaksanaan Sugihan Bali secara khusus tidak ada. Namun demikian, biasanya dilaksanakan mohon tirtha pengelukatan kepada Sang Sadaka atau Sulinggih. Termasuk juga melakukan persembahyangan sebagaimana dilakukan saat hari-hari Kliwon lainnya.

Dijelaskan, pelaksanaan Sugihan Jawa maupun Sugihan Bali dapat dilakukan sesuai desa, kala, patra (tempat, waktu, keadaan). Oleh karena itulah, pelaksanaan Sugihan Jawa maupun Sugihan Bali oleh umat Hindu di Bali bisa saja memiliki tradisi yang berbeda antara daerah satu dengan yang lainnya.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads