Bahkan karya seni yang sudah tersohor dan mendunia ini sudah ditekuni secara turun temurun di desa ini.
Salah satu diantaranya yakni Wayan Arnawa (53). Ia merupakan pelukis wayang kaca di Desa Nagasepaha sekaligus cucu dari mendiang sang maestro Jero Dalang Diah.
Menurut penuturannya aliran seni lukis wayang kaca di Desa Nagasepaha bermula dari adanya seorang pecinta seni di Desa Nagasepaha bernama I Ketut Nitia. Pada saat itu, kata Arnawa, Ketut Nitia membawa lukisan kaca dari Jepang dengan objek kimono.
Saat itu Jero Dalang Diah diminta untuk membuatkan lukisan serupa. Jero Dalang Diah lantas menyanggupi permintaan tersebut walaupun perjalanannya tidak mudah untuk menghasilkan lukisan pada media kaca itu. Saat itu sang maestro diceritakan cukup lama bereksperimen serta mengalami beberapa kesulitan.
Mulai dari menentukan tinta yang cocok digunakan pada kaca sampai dengan menentukan jenis pewarna yang dapat melekat pada lukisan wayang kaca.
"Kakek saya waktu itu menyanggupi pesanan lukisan tersebut, sempat kaget juga melihat ada lukisan dengan latar terbalik.
Prosesnya panjang hingga akhirnya kakek tyang (saya) berhasil membuat karya pertamannya yang berjudul Arjuna Wiwaha bercerita tentang kebatinan" ujar Wayan Arnawa saat ditemui detikBali di kediamannya, Sabtu (7/6/2022).
Sejak saat itulah lukisan wayang kaca mulai berkembang dan diminati oleh banyak kolektor seni yang kebanyakan berasal dari luar negeri. Selain itu disaat itu juga kemahirannya dalam melukis wayang kaca mulai diajarkan kepada keluarganya.
"Nah disanalah anak-anaknya terus berkecimpung dalam melukis wayang kaca. Hingga saat ini masih diteruskan" imbuh Arnawa.
Lukisan wayang kaca sendiri kata Arnawa memiliki keunikan yang terletak pada teknik melukisnya dan juga gaya lukisannya yang terkesan gagah, detail, dan menggambarkan karakter-karakter dalam kisah pewayangan seperti Mahabarata dan juga Ramayana.
Hal itu jugalah kata Arnawa yang membuat lukisan wayang kaca tidak hanya diminati oleh para seniman, tetapi juga diminati oleh kolektor seni baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
"Langsung diukir di kaca istilahnya namanya cawian, yang memiliki kesan terbalik. Makanya dikatakan wayang kaca itu menyelesaikan warna itu tahap demi tahap" tukas Arnawa.
(dpra/dpra)