Sudah 14 hari bus Trans Metro Dewata (TMD) berhenti beroperasi atau sejak 1 Januari 2025. Diperkirakan, transportasi publik ini baru beroperasi kembali pada Juli 2025. Dalam kurun enam bulan, banyak pelanggan yang hilang dan dinilai akan sulit mencari penumpang lagi. Demikian pula dengan ratusan sopir yang terancam kehilangan pekerjaan.
Salah seorang sopir bus TMD, Ida Bagus Gede Putu Riyantana alias Gustu (41), mengatakan beberapa rekannya sesama sopir sudah bersiap hengkang dari operator bus TMD, PT Trans Satria Jaya. Sampai sekarang, sopir-sopir masih menunggu gaji Januari yang akan dibayarkan pada Februari.
"Jadi saya yakin bulan Februari ini kalau memang tidak digaji dan belum ada keputusan yang valid (soal gaji bulan Februari)," kata Gustu saat diwawancarai detikBali, Selasa (14/1/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sopir Cari Pekerjaan Lain
Selama menunggu gaji, Gustu melanjutkan, banyak rekannya yang melakoni pekerjaan sampingan. Hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Meski begitu, para sopir itu siap dipanggil PT Trans Satria Jaya jika bus TMD beroperasi lagi.
"Dari Februari sampai Juli kan butuh uang. Jadi pasti teman-teman akan mencari pekerjaan lain," kata Gustu.
Salah seorang sopir lain yang enggan disebut namanya mengaku sudah menerima gaji ke-13. Gaji ini memang hak karyawan yang sudah genap satu tahun kontrak. Namun, dia mengaku tidak tahu apakah pada Febuari ini akan menerima gaji atau tidak.
"Jadi Februari ini kami mau menunggu apakah Januari selama kami diam, akan digaji atau tidak," katanya.
Direktur Utama PT Satria Trans Jaya, I Ketut Edi Dharma Putra, mengatakan sudah menempuh berbagai cara agar operasional bus TMD dimulai lagi. Pasalnya, hal itu juga menyangkut nasib para sopir dan karyawan.
"Sementara sambil menunggu audiensi DPRD ke Kemenhub, serta kebijakan setelah pelantikan gubernur, manajemen telah memutuskan pemberian gaji ke-13," kata Edi.
Bus TMD Bakal Kehilangan Penumpang
Tak hanya akan kehilangan sopir. Bus TMD juga akan kehilangan pelanggan setianya jika tidak segera mengaspal. Lima ribuan pengguna setia bus TMD per harinya berpotensi beralih ke kendaraan pribadi. Dampaknya kemacetan sejumlah ruas jalan di Pulau Dewata bisa bertambah imbas meningkatnya volume kendaraan pribadi.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), I Made Rai Ridartha, mengatakan penumpang memilih layanan TMD bermacam-macam. Ada penumpang yang memanfaatkan bus kota itu untuk pergi ke tempat wisata, ada pula yang memanfaatkan TMD untuk pergi ke tempat kerja.
Dengan berhentinya operasional TMD itu, kelompok masyarakat yang paling terdampak adalah pekerja. Termasuk warga difabel tunanetra misalnya, yang pastinya tidak mampu berkendara motor atau mobil.
"Bagaimana pun, kita tidak mau kehilangan potensi penumpang yang sudah ada. Nanti mereka bubar lagi. Ngumpulinnya susah lagi," kata Ridartha.
Karenanya, dia berharap operasional bus TMD dapat segera dimulai lagi. Akan ada banyak orang, terutama difabel, yang akan kehilangan pekerjaan karena menggantungkan mobilitasnya pada TMD.
"Sekarang, saat tidak ada TMD, berarti dia kehilangan pekerjaan," katanya.
TMD Harus Segera Beroperasi, Cari Celah APBN
Ridartha menyarankan agar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali memanfaatkan bus Trans Sarbagita sementara menunggu operasional TMD dimulai lagi. Yakni, dengan mengambil rute atau koridor yang sebelumnya dilalui bus TMD.
Saat ini, beberapa rute diambil alih sementara oleh bus Trans Sarbagita, seperti rute Terminal Pesiapan (Tabanan) menuju GOR I Gusti Ngurah Rai (Denpasar) dan GOR I Gusti Ngurah Rai menuju Politeknik Negeri Bali (Jimbaran).
Cara kedua, Pemprov Bali dapat meminta sedikit dana dari APBN yang dialokasikan untuk layanan bus serupa di provinsi lain. Hal itu dilakukan untuk sekedar memulai operasional TMD saja.
"Yang (meminta sedikit porsi APBN untuk teman bus di daerah lain) dari pemerintah pusat menurut saya cara paling cepat," katanya.
Selain dua cara itu, Pemprov Bali dapat mengambil sebagian dana dari APBD cadangan. APBD Bali 2024 yang hampir Rp 7 triliun seharusnya mampu membiayai operasional TMD sebesar sekitar Rp 80 miliar, meski hanya satu koridor.
Bukan tanpa alasan. Menurutnya, menyiapkan anggaran untuk memulai operasional TMD akan memakan waktu cukup lama jika Pemprov Bali dan DPRD Bali menempuh prosedur penganggaran dengan cara biasa.
Dishub Bali dan Operator TMD Bicara Soal SPM
Dinas Perhubungan (Dishub) Bali meminta PT Trans Satria Jaya menyiapkan dan menyesuaikan standar pelayanan minimum (SPM) bus TMD. Sebagai operator TMD, PT Trans Satria Jaya buka suara.
Edi mengatakan pihaknya akan memenuhi semua SPM yang nanti diinstruksikan Dishub Bali. Selama ini, lanjutnya, SPM di bus TMD sudah sesuai ketentuan yang berlaku.
"Kami sekarang ini sudah melakukan, sesuai dengan SPM yang dikeluarkan oleh (pemerintah) pusat," kata Edi.
Pun jika ada evaluasi dan pemerintah menerbitkan ketentuan SPM baru, Edi menyatakan siap mengikuti. Saat ini, dirinya sedang menunggu pemerintah pusat jika ada SPM baru yang perlu disesuaikan atau ditambah.
Apakah layanan ke penumpangnya atau fasilitas di busnya. Saat ini, kelengkapan bus seperti AC dan lainnya, sudah tersedia di interior bus TMD.
"Untuk daerah, kecocokannya (SPM) apa. Jadi, kalau dari (pemerintah) daerah ada tambahan (SPM), bisa saja. Tapi kami belum tahu apa saja tambahannya," kata Edi.
Sebelumnya, Kepala Dishub Bali I Gde Wayan Samsi Gunarta mengungkapkan rencana kembali beroperasinya bus TMD memerlukan persiapan yang matang. Menurutnya, perlu dilakukan lelang dan penyesuaian SPM sebelum angkutan umum itu kembali mengaspal.
"Kelihatannya kami harus melakukan perubahan SPM yang diberikan oleh pusat karena hasil evaluasinya ternyata load factor masih belum memenuhi. Sehingga, SPM-nya harus disesuaikan," ujar Samsi di kantor DPRD Bali, Senin 13/1/2025).
Samsi menjelaskan Pemprov Bali tetap berupaya mengoperasikan bus TMD per Juli 2025. Hanya saja, dari sisi anggaran, Pemprov Bali baru bisa mengambilalih satu dari enam koridor.
"Rencananya begitu, di provinsi (dana) yang ada untuk satu koridor. Tapi kebutuhannya kelihatannya hampir semua koridor," imbuhnya.
(hsa/gsp)