228 Sopir Terimbas Penghentian Operasional Bus Trans Metro Dewata

228 Sopir Terimbas Penghentian Operasional Bus Trans Metro Dewata

Sui Suadnyana, Rizki Setyo - detikBali
Rabu, 01 Jan 2025 19:08 WIB
Puluhan bus Trans Metro Dewata berjajar di Terminal Ubung karena tidak beroperasi lagi per hari ini, Rabu (1/1/2025). (Rizki Setyo/detikBali)
Foto: Puluhan bus Trans Metro Dewata berjajar di Terminal Ubung karena tidak beroperasi lagi per hari ini, Rabu (1/1/2025). (Rizki Setyo/detikBali)
Denpasar -

Sebanyak 228 sopir bus Trans Metro Dewata (TMD) terkena dampak langsung akibat pemberhentian operasional transportasi publik itu sejak 1 Januari 2024. Total keseluruhan personel yang terdampak mencapai 317 orang, sebagian besar merupakan sopir.

"Total personel seluruhnya sekitar 317 orang dengan 228 di antaranya adalah pramudi," ujar Manajer Operasional PT Satria Trans Jaya, Ida Bagus Eka Budi, Rabu (1/1/2025). PT Satria Trans Jaya merupakan pengelola bus tersebut.

Saat ini, operasional TMD hanya menyisakan petugas keamanan di dua garasi utama, yakni Terminal Ubung dan Sentral Parkir Kuta. "Sesuai mekanisme manajemen, personel keamanan tetap bertugas untuk menjaga aset perusahaan," jelas Budi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Budi berharap penghentian operasional ini hanya bersifat sementara. Ia menyerukan pemerintah pusat dan daerah untuk segera memberikan keputusan yang dapat memperbaiki situasi. "Semoga hal ini didengar oleh pemangku kebijakan di pusat maupun daerah," harapnya.

Salah seorang sopir bus TMD, Ida Bagus Gede Putu Riyantana, juga berharap operasional bus segera dilanjutkan. Menurutnya, penghentian layanan ini tidak hanya berdampak pada sopir, tetapi juga masyarakat yang bergantung pada transportasi massal untuk mobilitas sehari-hari.

ADVERTISEMENT

"Sebagian masyarakat, khususnya mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi, sangat bergantung pada bus ini untuk bekerja," ujar Riyantana.

Riyantana mengkritik kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang dinilai kurang bijak. Riyantana menegaskan penghentian operasional ini berdampak luas, tidak hanya bagi pekerja langsung di TMD, tetapi juga keluarga mereka.

"Jika dihitung kasar, hampir 500 orang bekerja di TMD, termasuk manajemen dan sopir cadangan," ungkap Riyantana.

Riyantana juga menyampaikan pentingnya layanan transportasi massal, seperti TMD, untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. "Kami berharap operasional bus ini dapat dilanjutkan sebagai bagian dari upaya mengurangi kendaraan pribadi dan mendukung mobilitas masyarakat," jelas pria asal Singaraja berusia 41 tahun itu.

Diberitakan sebelumnya, bus TMD resmi pamit beroperasi di Bali. Pernyataan itu disampaikan melalui unggahan Instagram @transmetrodewata pada Rabu (1/1/2025).

"Mulai 1 Januari 2025, layanan Trans Metro Dewata secara resmi akan berhenti beroperasi," demikian bunyi unggahan @transmetrodewata di Instagram.

Unggahan itu kemudian menjelaskan, selama beroperasi, Trans Metro Dewata telah menjadi salah satu pilihan transportasi publik yang mendukung mobilitas masyarakat Bali, terutama di kawasan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita).

Keputusan tersebut tentu mengejutkan banyak pihak. Terutama bagi masyarakat yang mengandalkan bus Trans Metro Dewata untuk aktivitas sehari-hari.

"Bagi banyak orang, Trans Metro Dewata bukan hanya sekadar alat transportasi, tetapi juga bagian dari usaha mendorong gaya hidup ramah lingkungan dan mengurangi kemacetan di Bali," lanjut unggahan tersebut.

Di akhir caption unggahan tersebut, masyarakat diajak untuk menandatangani petisi untuk mengembalikan bus Trans Metro Dewata. Dalam petisi yang diunggah melalui situs Change.org, sudah ditandatangani sebanyak 4.138 warganet per 1 Januari 2025 dari target berikutnya sebanyak 5.000.

"Melalui petisi ini, kami para pengguna layanan transportasi publik, dalam hal ini bus Trans Metro Dewata amat sangat keberatan jika pada tahun 2025 operasional bus Trans Metro Dewata dihentikan," kata Inisiator petisi, Dyah Rooslina, di kutip dari situs Change.org, Minggu (29/12/2024).

Dalam petisinya, Dyah menganggap transportasi publik TMD masih dibutuhkan masyarakat di Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita). Terutama, bagi warga yang tidak memiliki motor atau mobil pribadi.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads