Icon Bali Mall yang baru saja dibuka Jumat (7/6/2024) kemarin menambah deretan mal yang jadi rujukan berbelanja ribuan masyarakat di Denpasar, Bali. Namun, mal di Jalan Danau Tamblingan, Sanur, yang diklaim sebagai salah satu yang terbesar di Asia Tenggara itu menimbulkan kemacetan lalu lintas (lalin).
Humas Icon Bali Mall Riri Tambunan buka suara soal banyaknya warga Bali yang menyerbu mal baru itu. Dia sudah mengetahui soal kemacetan di jalanan sekitar mal dan menjadi perhatian khusus oleh manajemen Icon Bali.
"Soal kemacetan lalu lintas (di Jalan Danau Tamblingan) pasti kami sangat concern akan hal itu," kata Riri kepada detikBali, Minggu (9/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riri belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut langkah apa yang diambil manajemen Icon Bali untuk mengakomodasi membeludaknya pengunjung hingga menimbulkan kemacetan lalin. Menurutnya, jajaran direksi Icon Bali sedang membahas soal kemacetan itu.
"Karena Icon Bali baru buka, pasti kami akan pikirkan semua aspek. Baik aspek lalu lintas atau apapun, pasti kami pikirkan, tapi masih pembahasan internal (manajemen Icon Bali)," kata Riri.
Dishub Rekayasa Lalu Lintas
Dinas Perhubungan (Dishub) Denpasar ikut turun tangan mengatasi kemacetan lalin akibat membeludaknya pengunjung.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Kota Denpasar I Made Suryanata mengatakan sudah berupaya merekayasa lalin agar kemacetannya terurai. Dia menerapkan skema satu arah di Jalan Danau Tamblingan, Sanur, Denpasar, sejak 5 Juni lalu.
Sebanyak 75 personel Dishub turun ke jalan menerapkan rekayasa lalin searah itu. "Pengguna mobil yang ingin melintas di jalan tersebut hanya diperbolehkan berkendara dari arah Pantai Sindhu," kata Suryanata.
Menurutnya, area parkir di Icon Bali mampu menampung 1.000 mobil dan 700 sepeda motor. Namun, lebar jalan menuju mal itu yang ternyata terlalu sempit ketika dilalui pengendara yang ingin maupun tidak masuk ke mal.
Kemacetan menjadi tak terhindarkan ketika mal yang baru saja dibuka itu diserbu pengunjung.
"Dari kapasitas cukup. Cuma (yang membuat macet) memang karena jalan kecil, ramai, dan (kendaraan) parkir di badan jalan," katanya.
"Kemudian masih adanya parkir liar yang mengecilkan ruas jalan. Ini karena sebagian besar kafe dan restoran di sana tidak punya tempat parkir," imbuh Suryanata.
Kemacetan Diprediksi Sejak Awal
Sementara itu, pengamat tata ruang dan perkotaan dari Universitas Warmadewa, Putu Rumawan Salain sudah memperkirakan kemacetan itu akan terjadi sejak awal pembangunan. Menurutnya, alih fungsi bangunan Icon Bali sebagai mal tentu akan menarik banyak orang.
"Boleh saja orang berinvestasi. Tapi perlu ditelusuri, apakah fungsi untuk mal di wilayah itu layak atau tidak? Ketika fungsi bangunan dari akomodasi lalu jadi mal, yang memberikan izin itu harus mengecek," kata Salain.
Dia membandingkan bangunan yang difungsikan sebagai mal dengan hotel dan apartemen. Menurut Salain, jika difungsikan sebagai hotel, maka lalu lintas hanya didominasi pengendara yang merupakan tamu atau penghuni.
Hotel atau apartemen, Salain melanjutkan, juga tidak akan membuat orang berbondong-bondong datang seperti mal. Sehingga, jumlah orang yang keluar masuk ke bangunan itu akan lebih kecil.
"Ini menjadi problem besar. Kenapa ada mal di situ? Dari kajian tata ruangnya memang menjadi pertanyaan besar. Artinya, kesesuaian antara tata ruang dengan (jumlah orang) yang masuk ke dalam (bangunan)," jelasnya.
Kritikan untuk Dishub
Selain soal tata ruang lokasi dan fungsi bangunan, Salain juga mengkritisi upaya Dishub Denpasar. Dia menilai langkah Dishub Denpasar yang merekayasa lalin menjadi searah sudah terlambat.
Dishub Denpasar seharusnya memberi masukan terkait arus lalin sejak awal rencana pembangunan.
"Kok nggak lebih awal saat perencanaan (pembangunan mal). Karena kalau dilihat, (arus lalu lintas yang sekarang) tidak mungkin. Awalnya arus dua arah, sekarang jadi searah," ujarnya.
(hsa/gsp)