Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membeberkan potensi proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) di Pelabuhan Benoa, Kota Denpasar. Erick menilai proyek BMTH bakal menaikkan potensi pariwisata Bali.
"(Potensi ekonomi) kalau hari ini misalkan nilainya X atau satu, dengan terjadi ini (BMTH) untuk nilai tambah daerah bisa (naik) 2,7 kali dari satu kali, dan wisatawan asing 1,5 kali, dan wisata lokal dua kali," kata Erick di Pelabuhan Benoa, Minggu (12/4/2024).
Total investasi yang sudah dilakukan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dan pemerintah pusat dalam proyek BMTH di Pelabuhan Benoa mencapai Rp 3 triliun lebih. Erick mengharapkan ada kelipatan potensi ekonomi mencapai lima sampai 10 kali lipat dengan adanya proyek BMTH.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Artinya, kami mengharapkan kelipatan 5 kali sampai 10 kali lipat di sini. Makanya tadi saya ingin duduk bersama (Pj) Gubernur supaya layout daripada perubahan-perubahan izinnya kami dapat support lebih. Supaya peningkatannya yang sampai 2,7 kali lipat untuk pendapatan daerah meningkat," terang Erick.
Proyek BMTH juga akan dibangun entertainment kompleks, taman, hingga tempat makan untuk wisata dan lainnya. Jumlah kapal pesiar yang bisa merapat di BMTH ditargetkan bisa mencapai empat dan kapal layar mencapai 400.
Menurutnya, pariwisata di Bali selama ini lebih berfokus pada penerbangan udara dan lainnya. Padahal, potensi Bali tidak kalah pentingnya untuk wisata dari laut. Pelabuhan Benoa, ujarnya, bisa menjadi salah satu tujuan wisata nantinya.
Yacht yang masuk Bali selama ini berasal dari Asia Tenggara. Nantinya, dengan rampungnya BMTH, jumlah yacht diharapkan yang masuk mencapai ratusan dan berasal dari Australia dan Eropa.
Yacht tersebut juga diharapkan ditaruh di BMTH sehingga nantinya mereka dari Bali akan bisa melanjutkan perjalanan ke Labuan Bajo hingga Raja Ampat. Konektivitas inilah yang nantinya akan digabungkan. Erick menyayangkan jika yacht dari Australia menuju Singapura hanya melewati Indonesia tanpa mampir.
Pelabuhan Labuan Bajo yang dibangun Pelindo juga telah rampung dibangun. Sementara Pelabuhan Raja Ampat juga akan dapat diwujudkan dalam tiga atau empat tahun mendatang sehingga banyak titik-titik bagi kapal pesiar bersandar.
"Kami mengharapkan juga dengan tentu kerja sama kami dengan banyak negara, jangan sampai kapal pesiar yang lewat Indonesia hanya buang sampah tapi, juga mengangkat ekonomi. Misalnya sayurannya beli di sini, air dan bensinnya beli di sini. Jadi, ada nilai-nilai ekonomi yang bisa saling menguntungkan," imbuhnya.
Tak hanya dari kunjungan kapal, Erick juga ingin memaksimalkan pendapatan para nelayan melalui beberapa tempat yang sudah dibangun di BMTH. Menurutnya, Pelindo nantinya akan bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk membangun BMTH sebagai pelabuhan penangkapan tuna.
Erick meminta pembangunan BMTH dipercepat, terutama agar jalan akses dapat selesai pada September 2024.
"Kalau September atau Oktober mungkin untuk ekosistem awalnya kami bisa resmikan. Tapi, untuk seluruhnya berjalan seperti kalau kami mau komparasi dengan di New York, Sydney atau London perlu waktu sampai 2027. Jadi, perlu ada tahap berikutnya. Tahap pertama Insya Allah selesai, tahap kedua perlu waktu lagi," imbuhnya.
Direktur Utama (Dirut) PT Pelindo Arif Suhartono menjelaskan pekerjaan utama BMTH saat ini adalah pengerukan. Pengerjaan pengerukan 1 dan 2 diharapkan bisa segera selesai tahun ini. Pengerukan 1 paket B akan selesai di September 2024.
Arif juga mengharapkan Benoa akan digunakan sebagai homeport dari salah satu ship operator untuk cruise. "Ini yang menjadi menarik dan tentunya apabila Benoa sebagai homebase-nya dampak ke wilayah terkait dengan kebutuhan-kebutuhan pasti akan juga melonjak," sebutnya.
Cruise di Pelabuhan Benoa juga diharapkan dapat tinggal lebih lama dengan hadirnya entertainment dan lainnya di proyek BMTH. Menurut Arif, hal itu akan menjadi daya tarik dan Benoa diharapkan dapat menjadi landmark bagi Bali.
"Di sini fasilitasnya empat sampai lima (kapal pesiar), mungkin satu dan dua terminal kami kerja samakan. Tiga (terminal) sisanya itu adalah publik. Artinya ada satu cruise operator menjadi homebase-nya di sini, tapi yang lain tetap bisa masuk karena kami tidak akan berikan semua kepada mereka," ungkap Arif.
(hsa/gsp)