Energi Baru Terbarukan dari Atap TCEC Serangan Denpasar

Energi Baru Terbarukan dari Atap TCEC Serangan Denpasar

Ni Made Lastri Karsiani Putri - detikBali
Selasa, 31 Okt 2023 18:55 WIB
Turtle Conservartion and Education Center (TCEC) Serangan, Denpasar, Bali pada Selasa (31/10/2023). (Ni Made Lastri Karsiani Putri-detikBali)
Tampilan solar panel yang dipasang di atap Turtle Conservartion and Education Center (TCEC) Serangan, Denpasar, Bali. (Dok. Community Development Officer (CDO) FT Sanggaran Dhita Hardiyanti Utami)
Denpasar -

Sejak pertengahan 2023, atap Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Serangan, Denpasar, Bali, dilengkapi dengan solar panel. Solar panel dengan jumlah 10 unit itu menjadi bagian dari program CSR PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Sanggaran.

Solar panel ini pun dianggap sebagai suatu upaya dalam penerapan energi baru terbarukan. Selain memang, solar panel ini dapat menyelesaikan permasalahan biaya listrik di TCEC yang selama ini terbilang cukup tinggi.

"(Biaya listrik sebelum dipasang solar panel) Bisa mencapai Rp 4-5 juta. Kemudian dengan adanya solar panel ini biaya listrik cukup berkurang sekitar 20-30 persen," kata Pengelola TCEC Serangan I Made Sukanta, Selasa (31/10/2023) di Denpasar, Bali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sukanta mengatakan tingginya biaya listrik dipengaruhi oleh penggunaan dua mesin pompa air yang dihidupkan selama 24 jam penuh. Sebab, kolam-kolam di TCEC ini menggunakan sistem sirkulasi langsung sehingga mesinnya pun harus beroperasi 24 jam.

"Bantuan ini sangat positif dan mampu mengurangi beban biaya listrik. Biaya operasional selama ini berasal dari aktivitas kunjungan donasi atau aktivitas lainnya seperti agent yang mengantar tamu," tutur Sukanta.

Sukanta menjelaskan dengan hadirnya solar panel, pihaknya tak khawatir dalam memanfaatkan x-ray turtle rescue yang juga menjadi bagian dari CSR PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Sanggaran pada 2018. Sebab, TCEC dapat melakukan penghematan biaya kesehatan penyu tanpa perlu melakukan pelayanan kesehatan di luar TCEC seperti dulu.

"Kami bekerja sama dengan Unud dan pet Kedonganan, jadi di saat ada penyu sakit memang pengecekannya ke rumah sakit dan biayanya gratis karena relawan. Tapi untuk biaya obat tetap kami tanggung," terang Sukanta.

Namun, semenjak adanya x-ray turtle rescue, pengelola dapat melakukan pemeriksaan kesehatan penyu langsung di TCEC dan dengan bantuan para volunteer di bidang kesehatan hewan.

Sementara itu, Community Development Officer (CDO) FT Sanggaran Dhita Hardiyanti Utami menjelaskan daya mampu kelistrikan dari panel surya di TCEC tersebut mencapai 1.800 kWh. Daya tersebut diklaim dapat menghemat biaya listrik sekitar Rp 500 ribu per bulannya.

"Mereka (TCEC) juga ingin solar panel ini sebagai bahan edukasi energi terbarukan di TCEC, karena mostly yang datang adalah orang luar negeri dan concern kepada energi hijau dan ramah lingkungan," akunya saat dihubungi detikBali pada Selasa.

Sementara dari segi bantuan x-ray, kata Dhita, selain bertujuan untuk membantu penanganan kesehatan dan pertolongan penyu, juga dapat menjadi wadah praktek mahasiswa prodi kedokteran hewan.

"Kami ingin TCEC menjadi salah satu konservasi penyu pertama di Indonesia yang menggunakan energi baru terbarukan dan menjadi tempat edukasi bagi masyarakat," ujarnya.

Turtle Conservartion and Education Center (TCEC) Serangan, Denpasar, Bali pada Selasa (31/10/2023). (Ni Made Lastri Karsiani Putri-detikBali)Beberapa pengunjung saat berada di Turtle Conservartion and Education Center (TCEC) Serangan, Denpasar, Bali pada Selasa (31/10/2023). (Ni Made Lastri Karsiani Putri-detikBali)
Turtle Conservartion and Education Center (TCEC) Serangan, Denpasar, Bali pada Selasa (31/10/2023). (Ni Made Lastri Karsiani Putri-detikBali)Proses pemeriksaan kesehatan pada penyu di Turtle Conservartion and Education Center (TCEC) Serangan, Denpasar, Bali. (Dok. Community Development Officer (CDO) FT Sanggaran Dhita Hardiyanti Utami)




(nor/iws)

Hide Ads