Dolar AS terus perkasa terhadap Rupiah, kini nyaris menyentuh Rp 16.000. Kinerja Rupiah yang melemah itu ditengarai sebagai dampak perang antara Israel dengan pejuang Hamas Palestina.
Dikutip detikFinance dari data RTI disebutkan Dolar AS tercatat di level Rp 15.829 atau menguat 101 poin atau 0,64%.
Rupiah dibuka pada posisi Rp 15.728 dengan level tertinggi Rp 15.829 dan level terendah Rp 15.872. Secara mingguan dolar AS tercatat mengalami penguatan 0,53%. Kemudian secara tahunan menguat 1,66%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Analis pasar uang Lukman Leong mengatakan dua faktor utama pelemahan nilai tukar Rupiah. Salah satunya adalah kekhawatiran pasar akan perang Israel-Hamas yang membuat permintaan Dolar AS sebagai instrumen safe haven meningkat. Hal ini lah yang membuat Dolar terus menguat dan menekan Rupiah.
Di sisi lain, sikap agresif bank sentral AS pada tingkat suku bunga juga membuat Dolar menekan Rupiah.
"Depresiasi rupiah akhir-akhir ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal yaitu penguatan dolar AS secara luas, baik oleh sikap agresif bank sentral AS pada tingkat suku bunga maupun permintaan safe haven dolar oleh kekhawatiran perang Israel dan Hamas," beber Lukman, Kamis (19/10/2023), dikutip dari detikFinance.
"Namun saya melihat perlemahan ini masih wajar mengingat ini juga terjadi pada mata uang lainnya," ujarnya.
Senada, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi juga mengatakan panasnya konflik di timur tengah membuat Rupiah terus tertekan. Pasalnya, pasar khawatir perang meluas dan terus menimbulkan ketidakpastian ekonomi. Di tengah kekhawatiran itu Dolar banyak dipegang investor karena dinilai menjadi safe haven.
Menurutnya, bila nilai tukar Rupiah terus melemah bukan tidak mungkin Dolar AS bisa menguat ke level Rp 16.000.
"Ada kemungkinan besar kalau Rupiah tembus di Rp 15.900 akan kemungkinan besar Rp 16.000. Ini bukan masalah internal, masalah eksternal," beber Ibrahim.
(dpw/nor)