Pilu Petani Beras Merah Jatiluwih: Produksi Melimpah, Harga Jatuh

Tabanan

Pilu Petani Beras Merah Jatiluwih: Produksi Melimpah, Harga Jatuh

Chairul Amri Simabur - detikBali
Rabu, 14 Jun 2023 14:28 WIB
Petani di Jatiluwih mengeluhkan pasar yang sepi di tengah harga beras merah yang jatuh. Untuk membantu petani, Perumda DS berjanji membeli gabah mereka.
Petani di Jatiluwih mengeluhkan pasar yang sepi di tengah harga beras merah yang jatuh. Untuk membantu petani, Perumda DS berjanji membeli gabah mereka. (Chairul Amri Simabur/detikBali).
Tabanan -

Malang betul nasib petani Jatiluwih di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Di tengah produksi beras merah yang melimpah di musim panen ini, harganya terjun bebas, karena penyerapannya rendah alias sepi pembeli.

Tengoklah, harga gabahnya turun drastis dari Rp 1,2 juta per kuintal menjadi hanya Rp 700 ribu. "Harganya (beras merah) sudah murah, tetap tidak ada yang beli. Kan bingung saya," terang Ni Putu Sriasih (70), petani subak Jatiluwih Tempekan Gunung Sari ditemui detikBali, Minggu (11/6/2023).

Tidak cuma Sriasih, petani lain juga mengalami hal serupa. I Ketut Nuarta, pengurus subak Jatiluwih, menuding kondisi ekonomi masyarakat pasca-COVID-19 jadi penyebabnya. Tidak banyak konsumen yang membeli beras merah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melihat kondisi itu, Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Dharma Santika berjanji menyerap hasil panen petani Jatiluwih. Apalagi, Perumda Dharma Santika punya program menyerap beras merah sebagai komoditas yang dipasarkan ke mitra kerjanya.

Direktur Utama Perumda Dharma Santika Kompyang Gede Pasek mengatakan serapan beras merah rata-rata 200-400 kilogram setiap bulan. "Cuma pada Mei 2023 saja sempat terserap agak banyak," ujarnya, Rabu (14/6/2023).

ADVERTISEMENT

Itu pun, ia menyebut, kebetulan karena permintaan beras merah meningkat. Volume serapannya mencapai 1,1 ton. "Memang, permintaannya lagi tinggi waktu itu," lanjut Kompyang.

Apabila saat ini pasarnya turun, Kompyang mengira hal itu wajar. Namun demikian, ia berjanji akan menurunkan tim untuk mengecek dan bernegosiasi terkait kondisi penjualan hasil panen beras meras di Jatiluwih.

"Kalau harganya cocok, kami akan beli (gabah) untuk disimpan. Apalagi, kebutuhan beras merah dari rekanan kami juga rutin, kami telah kerja sama dengan salah satu toko modern dan beberapa hotel," imbuh Kompyang.

Lebih lanjut ia menuturkan sejak Januari hingga Mei 2023, permintaan beras merah selalu ada. "Dari awal bulan (Juni) sampai sekarang saja, sudah 4 ton lebih beras merah," imbuh Kompyang.

Adapun, rerata harga beras merah yang dijual Perumda DS kepada mitranya sekitar Rp 15 kilogram per kilogramnya. Biasanya, ia menyerap beras merah tersebut dari BUMDes. Tak pernah langsung ke petani.

Namun, demi membantu menyerap hasil panen petani Jatiluwih, Kompyang mengaku tidak masalah mengambil gabah mereka. Sekaligus untuk menutupi permintaan sewaktu-waktu yang meningkat terhadap beras merah.

"Apalagi, beras merah itu hanya panen satu kali setahun. Kami sudah koordinasikan dengan tim, mungkin nanti negosiasi biar gabahnya bisa diambil. Karena beras merah semakin lama semakin bagus," jelasnya.




(BIR/BIR)

Hide Ads