Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan potensi ikan di perairan Bali sangat besar. Namun, belum digarap maksimal.
Menurut Koster, meski pulaunya kecil, Bali secara geografis berada di titik tengah yang strategis. Yakni, di antara Jawa, NTB, dan NTT. Selain itu, berdekatan dengan Laut Arafura dan laut lepas Hindia.
Salah satu komoditas ekspor andalan bali adalah tuna. Koster menargetkan ekspor tuna tahun ini bisa meningkat ratusan ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada (target), harus naik, paling nggak sekian ratus ton lah," ujar Koster dalam acara Indonesia Tuna Conference (ITC) and International Coastal Tuna Business Forum (ICTBF-7) di Legian, Kuta, Badung, Rabu (24/5/2023).
Koster mengaku akan melakukan pemetaan khusus bidang perikanan. Pemetaan harus dilakukan lantaran banyak yang tidak tertib dalam penangkapan tuna.
"Pelan-pelan karena kami harus memetakan juga banyak yang harus kami benahi di Bali ini banyak yang belum tertib," tandasnya.
Perikanan Bali, lanjut Koster, bisa berperan signifikan dalam membangun perekonomian di luar sektor pariwisata.
"Bali sangat kaya dengan perikanan, baik sumber ikan tangkap maupun ikan hias, Bali berkontribusi cukup besar bagi perikanan tangkap Indonesia khususnya tuna, tongkol, dan cakalang," beber Koster.
Koster merinci, tiga jenis ikan tersebut menjadi prioritas ekspor karena jumlah produksinya sangat tinggi. Produksi tuna di Bali ada di Pelabuhan Benoa, Denpasar Selatan, dengan jumlah armada sekitar 762 unit kapal.
Dijelaskan, produksi tuna, tongkol, dan cakalang pada 2021 hampir 52 ribu ton. Sementara, di sektor hilir ada 75 unit pengolahan ikan berskala menengah hingga besar yang saat ini beroperasi.
"Untuk orientasi ekspor produk perikanan di Bali 2021 itu mencapai hampir 27 ribu ton dengan nilai lebih dari US$ 131 juta dolar sedangkan volume ekspor 2022 mencapai lebih 26 ribu ton dengan nilai US$137 juta dolar," beber Koster.
(hsa/BIR)