Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Ida Bagus Agung Partha Adnyanya sepakat dengan permintaan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk menyetop pembangunan hotel di Bali.
"Kalau konversi lahannya tinggi seperti sekarang ini, ya setop lah. Tanah pertanian subur, lalu dipakai untuk hotel, ya janganlah. Lain hal kalau tempatnya kering dan tidak merusak lahan basah, saya pikir (pembangunan hotel) masih okelah," ungkap Partha, Kamis (11/5/2023).
Hal ini juga demi memegang prinsip otonomi supply-demand. "Begitu suplainya agak banyak atau kelebihan, akan menghancurkan pasar itu sendiri. Jadi, banting harga dan sebagainya," lanjut dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, jumlah hotel di Bali saat ini terbilang cukup berlimpah. Dalam kondisi baik pra-pandemi, tingkat keterisian atau okupansinya pun hanya mencapai 50 persen.
"Itu oversupply. Ditambah lagi, guesthouse dan vila-vila bodong. Hotel di Bali saat ini mampu menampung mungkin sekitar 7 juta wisatawan," imbuh Partha.
Ia menduga ide menghentikan pembangunan hotel di Bali telah dipertimbangkan oleh PHRI Bali, termasuk juga Gubernur Bali sejak lima tahun terakhir.
"Cuma, untuk izinnya kan dari tingkat II atau kabupaten itu kan tidak bisa dikontrol. Saran saya, kembalikan lagi masalah perizinan dan pengawasan untuk diserahkan ke tingkat I (pemprov)," jelasnya.
Sebelumnya, Megawati mengusulkan agar para investor berhenti membangun hotel di Bali, terutama jaringan hotel yang dikelola oleh satu entitas atau perusahaan. Ia menilai hotel di Bali hanya menguntungkan masyarakat kelas menengah dan atas saja.
Megawati juga berpandangan hotel yang melimpah ruah hanya akan mendatangkan lebih banyak turis yang mengancam kearifan lokal di Bali.
(BIR/nor)