Ada 'Harta Karun' Lithium di Iran, Terbesar Kedua di Dunia

Ada 'Harta Karun' Lithium di Iran, Terbesar Kedua di Dunia

Tim detikFinance - detikBali
Selasa, 07 Mar 2023 11:33 WIB
Bolivia memiliki cadangan lithium terbesar di dunia. Lokasi cadangan lithium itu berada di dataran garam Uyuni, Provinsi Potosi.
Ilustrasi. Iran menemukan cadangan lithium sebanyak 8,5 juta ton di Hamedan. Temuan ini akan menjadikannya sebagai penghasil lithium terbesar kedua di dunia. (Getty Images/Gaston Brito Miserocchi).
Denpasar - Iran menemukan cadangan lithium di kawasan Hamedan, bagian barat laut Iran. Total cadangan lithium diperkirakan mencapai 8,5 juta ton, terbanyak kedua di dunia setelah Chili.

Pejabat Kementerian Perindustrian, Pertambangan, dan Perdagangan Iran Mohammad Hadi Ahmadi mengaku ini pertama kali Iran menemukan cadangan lithium, dengan jumlah besar. Logam alkali ini jadi kunci memproduksi baterai untuk kendaraan listrik.

"Untuk pertama kalinya di Iran, cadangan lithium telah ditemukan di Hamedan," ungkap Ahmadi dalam siaran televisi Iran, dilansir detikFinance, Selasa (7/3/2023).

Apabila total cadangan lithium 8,5 juta ton akurat, maka Iran akan menjadi negara dengan cadangan lithium terbesar kedua di dunia setelah Chili sebanyak 9,2 juta metrik ton logam berdasarkan survei geologi AS.

Lithium merupakan komponen penting dalam pembuatan baterai di kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan baterai-baterai yang dapat diisi ulang seperti yang digunakan di ponsel. Jika berita deposit lithium ini benar, maka komoditas ini dapat menjadi penyelamat ekonomi Iran.

Iran telah bertahun-tahun terisolir dari ekonomi global karena sanksi internasional sebagai imbas dari dugaan memasok senjata untuk Rusia dalam perangnya melawan Ukraina. Pemerintah Iran juga telah menghabiskan hampir enam bulan menindak keras hak-hak perempuan dan pengunjuk rasa anti-pemerintah.

Di sisi lain, harga logam meroket pada tahun lalu karena peningkatan permintaan untuk suku cadang kendaraan listrik, masalah rantai pasokan global, dan inflasi.

Memang, baru-baru ini harganya sempat turun, terkoreksi di tengah penurunan penjualan kendaraan listrik dan aktivitas bisnis yang lambat di China, negara dengan pertumbuhan pasar mobil listrik tercepat.

"Selama 9-12 bulan ke depan, kami secara progresif lebih konstruktif pada logam dasar, sambil mengharapkan pergerakan harga lithium yang lebih rendah bersama kobalt dan nikel," ujar Analis Goldman Sachs dalam sebuah laporan di akhir Februari lalu.

Dalam dua tahun ke depan, Goldman memperkirakan pasokan litium tumbuh rata-rata sebesar 34 persen dari tahun ke tahun, dipimpin oleh Australia dan China, yang memiliki beberapa pasokan logam terbesar di dunia.

"Pemulihan penjualan EV ke kuartal II-kuartal III untuk sementara dapat mengangkat sentimen dan mendukung penurunan harga logam baterai, kemungkinan lonjakan pasokan dan kelebihan kapasitas hilir akan menurunkan harga lithium selanjutnya dalam jangka menengah," lanjut laporan tersebut.


(BIR/nor)

Hide Ads