Harga solar yang mahal dan sulit mencarinya membuat nelayan di Desa Pengambengan, Jembrana putar otak. Apalagi harga ikan belakangan malah anjlok.
"Kalau harga normal ikan stabil, memungkinkanlah untuk biaya operasional nelayan. Ketika harga ikan anjlok iya kan nggak nutut biayanya," ungkap Lutfi Hakim (36) salah seorang nelayan Pengambengan ditemui di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Jembrana Bali Senin (19/9/2022).
Harga ikan saat ini, lanjut Hakim, turun drastis. Bahkan hingga 50 persen turun dari harga normal. Padahal menurutnya, harga ikan ini justru harus naik mengikuti harga BBM yang sudah dinaikkan oleh pemerintah beberapa waktu lalu. "Keinginan masyarakat, hanya ingin harga yang stabillah. Sesuai juga dengan kenaikan BBM," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditanya penyebab ketidakstabilan harga ikan, Hakim menjawab, banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Katagori penilaian untuk kondisi ikan juga menurutnya tidak sesuai, sehingga ada ikan yang mestinya tidak rusak di kategorikan rusak oleh pembeli.
"Terlalu banyak pihak, harga dari pabrik, entah itu harga dari blantik, kita juga nggak tahu," ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Anang (37). Nelayan asal Pengambengan ini juga mengatakan, harga ikan sejak dua hari terakhir ini turun. Bahkan ketika ikan panen ramai, harga malah tambah turun drastis. "Sangat turun. Seharusnya, kalau harga BBM naik, harga ikan segera dinaikkan juga," harapnya.
Anang mengaku, harga ikan yang turun drastis sangat merugikan para nelayan karena biaya operasional kapal tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh. Di samping itu kesulitan untuk mendapatkan BBM solar juga sangat mempengaruhi hasil tangkapan.
"Intinya tidak sesuai dengan harapan kitalah. Sebab yang kita butuhkan terutama solar ini kan sangat mahal dan untuk mencari rekomendasi (syarat pembelian) solar sangat susah. Nah sekarang harga ikan begini kan kita juga bingung," tukasnya.
(hsa/hsa)