Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan penyebab harga telur mahal karena adanya masalah dari segi logistik. Menurutnya, harga telur di tempat produksi terpantau datar, namun saat tiba di pasar harganya menjadi naik.
"Harga telur di tempat produksi datar-datar saja. Harga telur pas sampai di pasar, harga telur saat di meja makan naik tiga kali lipat. Ini artinya ada masalah di logistik," jelasnya seperti dikutip dari detikFinance, Kamis (8/9/82022).
Sebagai informasi harga telur ayam sempat tembus di atas Rp 30.000/kilogram (kg). Bahkan, ada yang sampai Rp 33.000/kg-Rp 34.000/kg.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan di Bali, harga telur mencapai Rp 55.000 hingga Rp 57.000 per krat yang berisikan 30 butir.
Dalam mengatur hal ini ia menyebut tidak boleh dikomandoi oleh satu sistem dan sentralistik. Lebih jauh, ia menyebut pentingnya manajemen pasca produksi.
Artinya bukan hanya pangan saja yang diatur, tetapi harus sampai ke fase distribusinya. Bila manajemen logistik bagus maka cost produksi tetap terjaga.
"Bukan cuma pangan yang kita manaje. Tapi harus manajemen sampai pascanya seperti apa, logistiknya seperti apa, mengatur transportasi agar cost produksi tetap terjaga," tambahnya.
Pada kesempatan itu, Syahrul turut menyinggung faktor iklim yang berpengaruh terhadap pangan. Hal ini menjadi tantangan lain yang dihadapi oleh Kementan.
"Sekarang ini kita mengalami climate change. Sungai Rhein aja susut 30 persen. Bahkan data dari beberapa menteri G20, semua danau kering. Ini semua kita nggak boleh salah," pungkasnya.
(nor/nor)