Produksi Kakao Jembrana Naik 120%, Langganan Ekspor ke Eropa-Amerika

Produksi Kakao Jembrana Naik 120%, Langganan Ekspor ke Eropa-Amerika

I Ketut Suardika - detikBali
Sabtu, 27 Agu 2022 08:03 WIB
Pengolahan biji kakao siap ekspor di koperasi Kerta Samaya Samaniya, Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana Bali, Jumat (26/8/2022)
Foto: Pengolahan biji kakao siap ekspor di koperasi Kerta Samaya Samaniya, Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana Bali, Jumat (26/8/2022) (I Ketut Suardika/detikBali)
Jembrana -

Kabupaten Jembrana memiliki potensi hasil perkebunan kakao yang jumlahnya signifikan dan berkualitas. Bahkan, bahan baku cokelat ini sejak tahun 2015 sudah diekspor ke sejumlah negara di Benua Eropa dan terakhir ke Amerika Serikat.

"Kemarin juga sempat kita ekspor ke Amerika Serikat, yang secara umum mereka mencari biji-bijian berkualitas tinggi, yang berkualitas fermentasi yang bersertifikasi tinggi internasional," kata Ketua Koperasi Kerta Samaya Samaniya, I Ketut Wiadnyana (49) saat ditemui detikBali, Jumat (26/8/2022).

Menurut Wiadnyana, produksi kakao Jembrana ini fluktuasi, karena sangat dipengaruhi oleh musim atau kondisi cuaca. Untuk tahun 2022 ini, kata Wiadnyana, produksi kakao diprediksi mengalami peningkatan 100 sampai 120 persen dari tahun lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Astungkara, di tahun ini bisa meningkat kurang lebih di posisi 100% sampai 120% dari tahun kemarin," ujarnya.

Koperasi Kerta Semaya Samaniya ini, lanjut Wiadnyana, untuk tahun 2022 awal hingga bulan Agustus jumlah produksi kakao sudah mencapai 40 ton. Dibanding dua tahun sebelumnya, yakni di tahun 2020 jumlah produksi sebanyak 47 ton dan tahun 2021 produksi sebanyak 24 ton.

ADVERTISEMENT

"Sempat mengalami produksi cukup tinggi hingga 57 ton pada tahun 2017-2018 lalu, setelah itu rata rata 40 ton. Untuk tahun lalu (2021) turun signifikan hingga 60 persen," ungkapnya.

Wiadnyana mengatakan, untuk pengiriman ekspor kakao tahun ini, sudah ada 4 Negara yang sudah memesan biji kakao di koperasinya. Yakni, Prancis sekitar 12,5 ton, Belanda total 15,5 ton dan Jepang 2 ton.

"Ke Turki 500 kilogram sudah kita kirim. Bulan ini (Agustus) Belanda dan Jepang, untuk Prancis bulan September nanti," jelasnya.

Selain dari 4 negara tersebut, ada beberapa negara seperti Swiss, dan Belgia juga berencana membeli biji kakao fermentasi asli Jembrana. "Untuk tahun ini (2022) kita punya target 77 ton. (Hingga) Bulan ini (Agustus) sudah 40 ton, jadi masih ada beberapa bulan ke depan untuk capai target. Kalau alam berkehendak, cuaca bagus, panen bagus, harusnya 77 ton bisa," harapnya.

Untuk menjaga kualitas kakao, pihaknya memang bekerjasama dengan para petani kakao yang ada di Jembrana, selaku penghasil biji basah atau biji fermentasi dengan beberapa alur dan program yang men-support pertanian baik itu program pelatihan terkait dengan GAP, CSA ataupun smart agriculture. Dengan pengertian tujuan, bahwa berkebun itu adalah sebuah bisnis.

"Dari proses itu, diharapkan pendapatan untuk keluarga kita semakin baik dan meningkat," katanya.

Ada dua mekanisme kerjasama dengan petani, kata Wiadnyana, pertama membeli langsung biji basah dari petani sebelum diproses fermentasi. Dan yang kedua, petani yang mengolah biji basah menjadi biji kakao yang sudah proses fermentasi.

"Kita ambil langsung ke petani, itu sistemnya yang kita bangun. Tentunya dengan mengedepankan kualitas yang terbaik," jelasnya.

Terkait pengambilan harga biji kakao di petani, Wiadnyana menjelaskan, harga biji kakao tersebut ditentukan oleh petani itu sendiri bukan oleh koperasi. Baik biji basah maupun yang sudah di fermentasi. Petani diharapkan memang betul betul memiliki posisi tawar. Jadi mereka yang menghargai biji kakao produksinya sendiri.

"Sama dengan proses di koperasi juga, pada saat buyer datang, kita lah yang menghargai biji kakao kita. Karena kita yang tahu persis bagaimana perjuangan yang kita lakukan. Karena yang kita jual itu bukan hanya sekedar hanya biji, tetapi ada sejarah di belakang," ungkapnya.

"Bagaimana perubahan mindset petani, dari tidak memelihara kebun menjadi memelihara kebun dengan baik, dari tidak difermentasi menjadi difermentasi dengan baik. Tentunya dengan standar internasional," imbuhnya.

Harga biji kakao saat ini di petani, lanjutnya, untuk harga biji basah berkisar Rp 10 ribu hingga Rp 12 ribu per kilogram. Sedangkan harga biji kakao yang sudah difermentasi berkisar Rp 40 ribu hingga Rp 42 ribu per kilo. "Kalau biji yang basah itu kualitasnya bagus, bisa sampai 13 ribu. Itu harga yang sudah di jual sama mereka (petani), mereka yang tentukan itu semua," tukasnya.




(kws/kws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads