Ketut Kertia (55), seorang petani di Desa Sidatapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, mengolah buah manggis dan anggur menjadi brem. Brem adalah minuman beralkohol khas Bali selain tuak dan arak.
Sebagai petani dengan lahan cukup luas, Kertia mengaku kerap mengalami kerugian saat panen raya. Terlebih jika harga jualnya anjlok. Berangkat dari itulah, sejak 2019 dia terbersit mengolah manggis menjadi brem yang diberi nama Brem Buah Sidatapa.
"Saya bikin brem buah ini karena saat buah manggis kami berlimpah, harganya bisa sangat anjlok sampai Rp 2.500 per kilogram. Dari sana kami punya ide untuk bikin minuman brem ini," tutur Kertia, Minggu (14/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini ada tiga jenis brem yang diproduksi oleh Kertia, di antaranya brem buah anggur, buah manggis, dan kulit manggis. Ketiganya memiliki kadar alkohol yang berbeda. Brem anggur hitam menjadi minuman dengan kadar alkohol paling tinggi yakni 18 persen.
Berikutnya brem buah manggis berkadar alkohol 14 persen, dan brem kulit manggis berkadar alkohol 13 persen. Menurut Kertia, brem kulit manggis justru menjadi brem yang paling baik untuk kesehatan karena banyak mengandung antioksidan.
Kertia kemudian menjelaskan beberapa proses pembuatan brem buah yang memerlukan waktu hingga sebulan. Mulai dari perebusan buah, pemberian ragi, hingga proses fermentasi dengan cara didiamkan selama satu bulan. Metode tersebut diperolehnya dari pelatihan yang diberikan oleh Dinas Pertanian dan Universitas Pendidikan Ganesha.
"Tidak ada bahan tambahan (pengawet). Kami pakai ragi khusus yaitu fermipan. Per bulan tidak menentu berapa bisa hasilin brem karena buah itu musiman, kami cuma pakai buah dari kebun. Jadi ketika panen raya berlimpah dan harganya murah, di sana kami bikin yang banyak dan disimpan di gudang," katanya.
Sebotol minuman Brem Buah Sidatapa ukuran 380ml dijual seharga Rp 35 ribu. Kertia mengaku penghasilan dari produk minuman brem itu belum terlalu banyak. Penjualannya pun masih menggunakan sistem door to door.
Kertia mengaku belum berani memasarkan produk tersebut hingga ke luar daerah. Saat ini dia sedang mengajukan perizinan ke BPOM untuk Brem Buah Sidatapa buatannya.
"Belum sampai ke luar karena minuman alkohol harus ada izin BPOM dan sebagainya. Untuk sementara kami baru pengetesan di tingkat kadar alkohol saja, dan saat ini sedang pengajuan ke BPOM," pungkasnya.
(iws/iws)











































