Kisah Untung Surapati, Bekas Budak VOC yang Jadi Pahlawan Nasional

Kisah Untung Surapati, Bekas Budak VOC yang Jadi Pahlawan Nasional

Rizki Setyo Samudero - detikBali
Senin, 10 Nov 2025 10:10 WIB
Untung Surapati. (Situs Puri Agung Denpasar)
Untung Surapati. (Situs Puri Agung Denpasar)
Denpasar -

Seorang pria bernama Surawiroaji lahir di Pulau Dewata pada tahun 1660. Tidak ada catatan mengenai siapa orang tua Surawiroaji. Surawiroaji kecil yang tumbuh sebagai budak VOC kelak dikenal sebagai Untung Surapati. Belakangan, ia mendapat gelar sebagai pahlawan nasional.

Nama Untung Surapati didapatkan ketika menjadi budak yang diperdagangkan kepada Moor. Alasannya, selama Surawiroaji berkiprah sebagai budak, karier militer Moor melejit dalam waktu singkat. Sejak itulah Surawiroaji dikenal sebagai Untung Surapati karena dianggap membawa keberuntungan.

Sebagai seorang budak, Surapati menyaksikan secara langsung bagaimana para kompeni Belanda memperlakukan kasar kepada budak-budaknya. Hal itu menimbulkan rasa antipati bagi Untung terhadap Belanda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Jalin Cinta Terlarang

Singkat cerita, Untung tumbuh dewasa. Ia menjalin cinta terlarang dengan putri Moor bernama Suzane. Moor yang murka setelah mengetahui hubungan itu segera menjebloskan Untung ke penjara.

Untung berhasil melarikan diri dari penjara dan kabur bersama gerombolannya ke pinggiran Jakarta menuju rumah Kyai Embun. Mendengarkan cerita Untung yang berniat untuk melawan Belanda, Kyai Embun membawa Untung dan kawan-kawannya ke daerah Priangan.

ADVERTISEMENT

Untung tinggal lama di Depok. Ia belajar ilmu beladiri bersama Syekh Lintung. Kemudian, Untung disuruh pergi ke Udug-Udug di daerah Karawang, sebuah pusat perdagangan di tepi Citarum.

Untung berhasil menguasai kelompok-kelompok di Udug-Udug. Setelah itu, patroli-patroli pasukan Belanda yang keluar dari benteng Tanjungpura dicegat dan dibunuh. Aksi itu menjadi ancaman baru bagi Belanda.

Menjadi Tentara Belanda

Di sisi lain, Belanda menilai Untung bisa dimanfaatkan untuk menjadi tentara Belanda. Kapten Ruys diutus untuk membujuk Untung agar bersedia menjadi tentara menir, tetapi gagal.

Kapten Ruys kemudian mengutus Kapten Buleleng, seorang putra Bali. Untung sempat ragu. Tetapi setelah berunding dengan para penasehat, dia menerima tawaran itu.

Dengan kecerdikannya, Untung pun bergabung dengan tentara Belanda. Ia memanfaatkan kesempatan itu untuk mempelajari cara-cara bertempur ala Belanda. Untung diberikan pangkat Letnan yang kemudian ditugaskan menemui Pangeran Purbaya di Cikalong, utara Cianjur.

Ketika perundingan antara Untung dengan Pangeran Purbaya untuk proses penyerahan diri Pangeran Purbaya, muncul Letnan Muda Belanda bernama Kuffeler yang mengacaukan suasana. Kuffeler meminta Pangeran Purbaya untuk menyerahkan kerisnya sebagai tanda takluk.

Untung yang memiliki pangkat lebih tinggi dari Kuffeler marah. Ia segera memerintahkan pasukannya menyerang Kuffeler dan berhasil melarikan diri. Sejak saat itu Untung meninggalkan kedinasan tentara Belanda.

Sikap Anti Kolonial

Demi memperjuangkan martabat kaum pribumi yang telah dihina oleh VOC, Untung Surapati melakukan pemberontakan berupa perlawanan terhadap kekuasaan kolonial Belanda. Ia membangun sebuah benteng pertahanan yang disebut Benteng Bangil.

Pada Februari 1686, di Kartasura, Untung Surapati berada di bawah perlindungan Raja Mataram, Amangkurat II. VOC mengirim Kapten Tack, seorang perwira senior yang terlibat dalam penumpasan Trunajaya dan Sultan Ageng Tirtayasa, untuk membujuk Raja Mataram agar menyerahkan Surapati kepada VOC.

Amangkurat II memberikan perlindungan kepada Untung Surapati. Pasukan Tack menyerang kediaman Amangkurat II karena mereka tidak ingin Surapati diserahkan kepada mereka. Surapati dianggap sebagai sekutu yang penting sehingga terjadi pertempuran di halaman keraton.

Dengan kecerdikannya, Untung Surapati berhasil membunuh Kapten Tack dan sebanyak 75 orang VOC tewas.Setelah Kapten Francois Tack terbunuh, Untung Surapati bersama pengikutnya bergegas menuju ke arah Jawa Timur (Bangil - Pasuruan).

Setelah tiba di Pasuruan, Untung Surapati mendirikan sebuah benteng di wilayah Mataram. Di sana, Surapati berhasil mengalahkan bupati setempat, Anggajaya, sebelum akhirnya melarikan diri ke Surabaya.

Meskipun demikian, Bupati Surabaya, Adipati Jangrana, tidak melakukan pembalasan terhadap Surapati karena sudah mengenalnya sebelumnya. Setelah itu, Surapati menetapkan dirinya sebagai Bupati Pasuruan dengan gelar Tumenggung Wiranegara.

Pada 1706, gabungan pasukan VOC, Mataram, Madura, dan Surabaya menyerbu Pasuruan. Pertempuran itu mengakibatkan gugurnya Untung Surapati. Kematiannya dirahasiakan dan makamnya pun dibuat rata dengan tanah.

Meski begitu, berkat perjuangannya melawan VOC, Untung Surapati kemudian dijadikan sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden Nomor 106/tk/1975 pada 3 November 1975. Ia dikenang sebagai sosok heroik yang tidak mau bekerja sama dengan pasukan Belanda sampai titik darah penghabisan.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Video: Mengulik Sejarah dan Syarat Pemberian Gelar Pahlawan Nasional"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads