IQ atau Intelligence Quotient adalah ukuran kemampuan kognitif seseorang yang mencakup kemampuan berhitung, bahasa, logika, hingga daya ingat. Skor IQ sering dijadikan gambaran umum tentang kemampuan berpikir kompleks, memecahkan masalah, dan bernalar.
Namun, rendahnya IQ tidak selalu berarti seseorang kurang tekun, kreatif, atau tidak mampu menjalin hubungan yang baik. Aspek-aspek itu lebih erat kaitannya dengan Emotional Quotient (EQ). Meski begitu, penelitian dalam Journal of Clinical Child Psychology menemukan bahwa IQ rendah dapat memengaruhi kemampuan dasar seseorang dalam berinteraksi dan bersosialisasi.
Menariknya, sejumlah pola bicara bisa mencerminkan kemampuan berpikir seseorang. Dikutip dari detikHealth, berikut beberapa kalimat yang sering diucapkan orang dengan IQ rendah, yang bila disertai tanda-tanda lain seperti pemrosesan lambat dan kesulitan sosial, dapat menghambat kemampuan mereka membangun hubungan sehat dan bermakna.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. "Aku nggak tahu apa yang aku mau"
Kesadaran diri memang erat dengan kecerdasan emosional, tetapi kemampuan berpikir logis juga membantu seseorang memahami kebutuhan dan tujuan hidupnya.
Orang dengan IQ rendah umumnya sulit melakukan refleksi diri, sehingga kerap bingung menentukan arah hidup atau memahami keinginan sendiri. Hal ini dapat berpengaruh pada kemampuan komunikasi dan kualitas hubungan sosial mereka.
2. "Aku sepertinya nggak bisa deh"
Penelitian tahun 2021 menunjukkan bahwa pola pikir tetap (fixed mindset) dapat menghambat perkembangan seseorang. Orang dengan IQ rendah sering kesulitan membayangkan potensi diri karena minimnya pengalaman positif di bidang akademik atau sosial.
Sebaliknya, mereka dengan IQ tinggi cenderung mampu menyusun strategi untuk mencapai tujuan, bahkan yang terlihat sulit.
3. "Aku nggak salah"
Masalahnya bukan pada ketidaktahuan, melainkan ketidakmauan mengakui kesalahan. Kurangnya kerendahan hati intelektual membuat seseorang mudah bersikap defensif terhadap kritik.
Akibatnya, mereka menutup diri dari diskusi sehat yang sebenarnya bisa menumbuhkan wawasan baru.
4. "Jadi, apa jawaban yang benar?"
Fokus berlebihan pada "jawaban benar" bisa menunjukkan minimnya rasa ingin tahu.
Penelitian tahun 2012 menemukan bahwa orang dengan IQ rendah cenderung kurang terbuka terhadap hal-hal baru. Padahal, keterbukaan terhadap pengalaman baru adalah ciri khas orang dengan kemampuan kognitif tinggi.
5. "Langsung saja ke intinya"
Kalimat ini sering menjadi tanda ketidaknyamanan dalam percakapan mendalam. Orang dengan IQ rendah mungkin merasa tertinggal dalam diskusi intelektual, sehingga memilih menghindar.
Riset tahun 2020 juga menunjukkan bahwa individu dengan IQ rendah lebih rentan mengalami kecemasan dan rasa tidak aman, yang bisa memperkuat perilaku defensif tersebut.
6. "Kayaknya ada yang kurang"
Mereka bisa peka secara emosional, tetapi kerap merasa hidupnya kosong atau tidak bermakna.
Menurut penelitian dalam Psychological Medicine, orang dengan IQ rendah melaporkan tingkat kebahagiaan lebih rendah karena faktor ekonomi, kesehatan mental, dan kestabilan hidup.
7. "Aku belum punya rencana masa depan"
Kurangnya kemampuan berpikir jangka panjang menjadi ciri lain. Mereka lebih fokus pada kebutuhan saat ini dan jarang menyusun rencana masa depan.
Penelitian tahun 2013 menunjukkan kemiskinan dan keterbatasan pendidikan dapat menurunkan fungsi kognitif, yang membuat seseorang sulit merencanakan karier atau keuangan secara matang.
8. "Aku sih orangnya street smart"
Ungkapan ini sering digunakan sebagai bentuk pembelaan diri. Mereka menekankan kecerdasan praktis untuk menutupi kelemahan akademik.
Meski kecerdasan praktis penting, dunia modern masih banyak menilai kemampuan intelektual sebagai tolok ukur kesuksesan, sehingga orang dengan IQ rendah kerap merasa perlu membuktikan diri.
9. "Masa depan bukan di tangan aku"
Orang dengan IQ rendah cenderung lebih fatalistik, menyerahkan hidup pada takdir atau kekuatan eksternal.
Bagi mereka yang hidup dengan keterbatasan ekonomi dan sosial, mempercayakan masa depan pada sesuatu di luar kendali diri bisa terasa menenangkan dibanding menghadapi ketidakpastian.
10. "Aku nggak tahu dan nggak peduli"
Mengaku tidak tahu bukan masalah, tetapi jika diikuti dengan ketidakpedulian, bisa jadi ini mekanisme pertahanan diri.
Mereka mungkin merasa malu atau minder ketika berhadapan dengan orang yang lebih berpengetahuan. Akibatnya, mereka memilih menarik diri dari percakapan yang menantang secara intelektual.
11. "Aku hidup hanya untuk weekend"
Bagi sebagian orang, akhir pekan adalah pelarian dari stres dan rutinitas. Namun, bagi individu dengan IQ rendah, hal ini bisa menunjukkan kurangnya makna hidup.
Mereka lebih memilih hiburan sesaat daripada kegiatan yang menantang secara mental atau bermanfaat jangka panjang.
Berpikir Kritis Itu Perlu
Kecerdasan tidak menentukan nilai manusia. Namun, kemampuan berpikir kritis, terbuka terhadap pengalaman baru, dan reflektif terhadap diri sendiri membantu seseorang berkembang lebih sehat secara sosial dan emosional.
Menumbuhkan rasa ingin tahu dan belajar tanpa takut salah adalah langkah penting untuk meningkatkan kualitas hidup-apa pun skor IQ-nya.
Artikel ini telah tayang di detikHealth. Baca selengkapnya di sini!
(dpw/dpw)