Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, Gede Teja, menyerahkan bantuan kepada masyarakat Klungkung dan Bangli yang terdampak bencana alam di Kantor Bupati Klungkung, Kamis (9/10/2025).
Total 31 penerima manfaat yang hadir untuk secara simbolis diberikan bansos (bantuan sosial). Mereka merupakan masyarakat yang rumah, tembok pekarangan hingga fasilitas umum di desanya yang mengalami kerusakan akibat banjir dan tanah longsor, Rabu (10/9/2025). Dana bansos sudah mendahului diberikan ke rekening masing-masing, Rabu (1/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah terima bantuan 1 Oktober kemarin nggih. Bencana itu menimpa 6-7 kabupaten. Yang relatif aman ketika itu adalah Buleleng dan Denpasar yang paling terdampak. Saya menyampaikan permohonan maaf tidak bisa secara langsung ikut mendampingi teman-teman di kabupaten/kota dalam pelayanan bencana saat itu. Karena sumber daya kami di Provinsi Bali banyak fokus menangani Denpasar," ucap Teja.
Teja menilai Klungkung paling responsif. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klungkung hingga masyarakat dinilai sigap mendata dan melakukan asesmen sehingga Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali bisa segera membantu. Kecekatan pendataan juga terjadi di Kabupaten Bangli dan Tabanan.
Sisi lain, Bupati Klungkung, I Made Satria juga menyatakan apresiasi berbagai pihak yang menjadi garda terdepan dalam evakuasi, pengamanan, dan pemulihan bencana alam. Bansos dari Pemprov kemudian diharapkan menjadi upaya meringankan beban sekaligus mendorong semangat bangkit masyarakat.
"Bantuan ini tidak hanya meringankan beban masyarakat, tetapi juga simbol kehadiran dan kepedulian pemerintah di tengah duka yan dialami. Saya yakin semangat dan optimisme masyarakat untuk bangkit kembali semakin kuat berkat adanya perhatian dari Pemprov Bali," imbuh Satria.
Adapun total nominal yang diserahkan dari program Bali Peduli Bencana sebesar Rp 533 juta untuk wilayah Klungkung yang mana termasuk bantuan senilai Rp 58 juta untuk dua orang yang berasal dari Bangli. Dana Rp 58 juta itu akan dipergunakan untuk memperbaiki Pura Taman dan Subak Tengalin.
Menurut Satria, banjir dan tanah longsor bukan sebatas musibah. Namun, juga sinyal untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana guna mengurangi kerugian lebih besar lagi. Bersamaan dengan itu, Teja juga mengingatkan potensi bahaya pada musim hujan mendatang.
"Hujan lebat kemarin bukan di musim hujan. Malahan, Oktober ini yang mulai musim hujan. Tapi tidak kompak di seluruh wilayah di Bali. Puncaknya, pada Januari-Februari 2026. Nah, berkaca dari kemarin kita harus mitigasi bencana untuk mengurangi sebisa mungkin tidak terulang," imbau Teja.
Seluruh perbekel yang hadir diimbau untuk mengajak masyarakat di desanya melakukan langkah antisipasi berupa pembersihan di jalur-jalur sungai dan drainase, penanaman pohon pada saat Tumpek Wariga hingga rutin mengecek peringatan dini di HP maupun aplikasi BMKG.
(hsa/hsa)