Wamen Giring Sebut Lagu 'Garam dan Madu' Sebagai Ekspresi Budaya Baru

Wamen Giring Sebut Lagu 'Garam dan Madu' Sebagai Ekspresi Budaya Baru

Rizki Setyo Samudero - detikBali
Kamis, 04 Sep 2025 14:34 WIB
Wamen Kebudayaan Giring Ganesha saat menjadi pembicaraΒ dalam ajang CHANDI Summit 2025 di The Meru, Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (4/9/2025). (Foto: Rizki Setyo/detikBali)
Wamen Kebudayaan Giring Ganesha saat menjadi pembicaraΒ dalam ajang CHANDI Summit 2025 di The Meru, Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (4/9/2025). (Foto: Rizki Setyo/detikBali)
Denpasar -

Wakil Menteri (Wamen) Kebudayaan Giring Ganesha memuji lagu Garam dan Madu yang dipopulerkan oleh Tenxi, Jemsii, dan Naykilla. Menurutnya, lagu yang memadukan musik dangdut dengan hip-hop itu sebagai ekspresi budaya baru dari anak muda Indonesia.

Hal itu diungkapkan Giring saat menjadi pembicara dalam ajang CHANDI Summit 2025 di The Meru, Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (4/9/2025). Giring menyebut lagu Garam dan Madu sudah didengarkan ratusan juta kali melalui berbagai platform musik digital.

"Ekspresi budaya baru hadir dan dilahirkan oleh anak-anak budaya Indonesia. Ini adalah salah satu lagu top di Indonesia, yaitu Garam dan Madu. Di Youtube ditonton 142 juta, di Spotify didengarkan 200 juta," kata Giring.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Giring lantas mengajak para peserta yang hadir dalam forum itu untuk mendengarkan cuplikan lagu tersebut. Ia menjelaskan hentakan lagu Garam dan Racun menggunakan kendang tradisional dengan sentuhan musik barat.

ADVERTISEMENT

"Jadi ini sebagai bentuk bahwa anak-anak budaya kita luar biasa. Terbuka, toleran, ya kan? Dan bisa menghasilkan ekspresi budaya baru," imbuh politikus PSI itu.

Menurut Giring, industri kreatif Indonesia lainnya juga sudah beradaptasi dan terbuka dengan budaya baru. Misalkan produksi film dalam negeri yang menurutnya semakin berkualitas.

Mantan vokalis band Nidji itu mencontohkan orang Indonesia yang gemar dengan cerita mistis sehingga memilih menonton film horor. Dia menilai ekspresi budaya juga dapat muncul lewat sinematografi, seperti dilakukan sutradara Joko Anwar lewat film Pengabdi Setan.

"Bagaimana mengadaptasikan cerita-cerita kita untuk di-package agar bisa go international," imbuhnya.

Untuk diketahui, agenda Culture, Heritage, Arts, Narratives, Diplomacy, and Innovations (CHANDI) Summit 2025 digelar di Bali pada 3-5 September 2025. Pertemuan ini menjadi forum penyampaian informasi seputar substansi, agenda, dan arah strategis summit kepada perwakilan kedutaan besar, organisasi internasional, serta mitra strategis lainnya.

CHANDI Summit 2025 diniatkan untuk menegaskan kembali peran budaya sebagai kekuatan dalam menjawab tantangan abad ke-21. Pertemuan ini juga mendorong perdamaian, stabilitas, serta transformasi sosial dan ekonomi.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads