Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Air, Retno Marsudi, menyebut air dapat menjadi solusi atas persoalan perubahan iklim. Menurutnya, isu air sangat erat kaitannya dengan krisis iklim yang tengah dihadapi dunia.
"Apabila kita berhasil menangani masalah air saat ini, maka kita akan mampu (mengurangi) perubahan iklim di masa mendatang," kata Retno dalam kegiatan Forum Investasi Iklim 2025 di Sanur, Denpasar, Bali, pada Kamis (28/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Retno menjelaskan bagi PBB, air menjadi salah satu prioritas atau perhatian. Oleh karena itu, untuk pertama kalinya seorang Sekjen PBB menunjuk seorang utusan khusus bidang air.
"Jadi, posisi saya sebagai utusan khusus adalah yang pertama kali dilakukan dan ini merupakan mandat daripada pertemuan UN Water Conference 2023. Dari situ saja sudah kelihatan bahwa dunia UN memberikan perhatian yang besar terhadap isu air ini," jelasnya.
Retno juga menyinggung soal Bali menjadi tuan rumah World Water Forum ke-10 pada 2024. Event tersebut dinilai oleh dunia sebagai yang paling sukses.
"Di situ lah Bali dan Indonesia juga terlihat atau kelihatan dalam tatanan global bagaimana kita ingin berkontribusi untuk menangani tantangan air yang ada di dunia," sebutnya.
Selain itu, isu air juga akan menjadi agenda penting dalam UN Water Conference 2026. Forum tersebut akan membahas berbagai persoalan, termasuk masalah pembiayaan.
"Saya bertemu dengan teman-teman dari Afrika dan kami bicara mengenai akses terhadap air yang aman. Mereka mengatakan jangankan save drinking water, we don't have any kind of water. Kata-kata itu betul-betul terngiang di benak saya bahwa di sebagian dari dunia jangankan akses terhadap air bersih tapi, any kind of water mereka tidak punya akses," ungkapnya.
Terkait hal tersebut, Retno mengajak agar semua pihak dapat bergerak mulai dari diri sendiri. Serta melalui forum-forum untuk dapat melakukan aksi bersama sehingga dapat menyelesaikan permasalahan dunia.
Di sisi lain, dia menyebut pada konteks global dibutuhkan sebuah inovasi dalam financing terkait persoalan air ini. Misalnya, mulai dengan cara berpartner dengan private sektor.
"Tapi, sekali lagi tadi saya sampaikan hitung-hitungannya harus pas. Dalam artian kami tidak mau bahwa kepentingan kelompok rentan itu kemudian dikorbankan untuk isu ini karena air merupakan kehidupan, kebutuhan yang sangat mendasar," sebutnya.
Retno juga memandang air sebagai bagian hak asasi manusia. Sehingga, dia mendorong agar dilakukan pertimbangan antara aspek perlindungan kebutuhan dasar mengenai air, terutama oleh kelompok rentan dengan kebutuhan financing yang perlu melibatkan private sektor itu betul-betul harus dihitung secara matang.
(nor/nor)