Mengundang orang asing, bahkan menjualnya dalam bentuk tiket, kini mulai menjadi tren di Eropa. Hal tersebut pertama kali diinisiasi oleh perempuan bernama Katia Lekarski. Ide menjual kursi resepsi perkawinan berawal dari anaknya yang mempertanyakan mereka tidak mengundang lebih banyak orang saat menggelar pesta.
Ketika itu, Katia menyadari ada sebagian orang yang jarang diundang ke pernikahan. Wanita itu pun terpikir untuk menyediakan jasa tersebut dengan menjual tiket untuk orang-orang datang ke resepsinya. Selain untuk mempersilakan mereka ikut merayakan hari bahagia, Katia juga butuh uangnya untuk menutup biaya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya Katia, pengantin lain yang mau mengundang menjual kursi di pernikahan mereka untuk orang asing adalah Jennifer dan suaminya, Paulo. Meski sudah bersiap untuk menjamu 100 orang di Paris, tetapi mereka berpikir mengundang beberapa orang lagi agar lebih ramai.
"Aku pikir: 'Wah, itu luar biasa', mengundang orang-orang yang tidak kita kenal di pernikahan kita.. Ini bukan hanya tentang uang, yang sangat kecil dalam hal biaya pernikahan secara keseluruhan meskipun itu akan sedikit membantu dalam hal biaya seperti dekorasi dan gaun. Itu juga karena kami pikir itu bisa menyenangkan dan kami ekstrovert dan terbuka untuk berbagi," kata Jennifer dilansir dari Wolipop.
Bagi para 'penonton', menghadiri pernikahan orang bisa jadi pengalaman baru. "Aku pikir menjual tiket pernikahan kepada orang asing terdengar menarik," ujar Laurène, yang membayar untuk menghadiri pernikahan beberapa orang asing, kepada The Guardian.
"Aku tidak punya keluarga besar, jadi aku tidak bisa menghadiri banyak pernikahan. Senang rasanya bisa merasakan pernikahan dan tradisi yang berbeda meskipun dihadiri orang asing. Aku ingin sekali melihat dekorasi dan musiknya, dan kami akan berpesta di lantai dansa," lanjut Laurene.
Pengantin dapat menyaring orang asing yang menjadi tamunya melalui aplikasi Invitin. Kemudian, di hari H, pengantin tidak perlu berinteraksi dengan mereka selama acara jika tidak mau.
"Sebuah pernikahan memiliki ekosistemnya sendiri di mana para tamu dapat mengobrol satu sama lain atas kemauan mereka sendiri. Di sisi lain, para tamu harus mematuhi aturan ketat termasuk berpakaian pantas, datang tepat waktu, minum secukupnya, dan hanya membagikan foto dari acara tersebut dengan izin," jelas Katia.
Prancis bukan satu-satunya negara yang membayar untuk menghadiri pernikahan makin populer. Di Italia, sebuah perusahaan Wedding Privè mengenakan biaya hingga €5.000 (Rp 94 jutaan) untuk menghadiri pernikahan tradisional sebagai semacam pengalaman mewah.
Acara tersebut biasanya ditawarkan kepada turis kaya dan wisatawan mancanegara. Selagi tamu asing dapat pengalaman baru dan pengantin dapat tambahan modal nikah, situasi ini bisa disebut saling menguntungkan.
Artikel ini telah tayang di Wolipop. Baca selengkapnya di sini!
(hsa/hsa)