I Gusti Ngurah Rai adalah pahlawan nasional asal Bali. Namanya sangat dikenal hingga namanya dijadikan nama bandara, universitas dan stadion di Bali.
Ia lahir pada 30 Januari 1917 di Desa Carangsari, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Ia berasal dari sebuah keluarga yang cukup makmur berdarah bangsawan. Ngurah Rai merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ngurah Rai dikenal sebagai anak yang ramah dan energik yang menyukai permainan di luar ruangan dan berbagai seni bela diri seperti pencak silat dan gulat.
Dia sekolah di sekolah dasar Belanda untuk pribumi, Hollandsch-Inlandsche School. Kemudian, dia melanjutkan sekolahnya ke sekolah menengah Belanda di Malang. Namun, dia tidak menyelesaikan pendidikannya setelah kematian ayahnya pada 1935. Hal itu membuat Ngurah Rai harus kembali ke Bali.
Di Bali, Ngurah Rai tidak melanjutkan pendidikannya. Ia masuk sekolah perwira Korps Prajoda di Gianyar. Kemudian, ia lulus dengan pangkat letnan dua pada 1940.
Kisah Perjuangan Ngurah Rai
I Gusti Ngurah Rai melihat kependudukan Jepang kala itu hanya memperburuk keadaan penduduk Bali. Pada 1944, Ngurah Rai semakin mengecam penjajah. Ia bergabung dengan gerakan bawah tanah anti-Jepang yang mulai terbentuk di Bali selama periode ini dan mulai bekerja sama dengan dinas intelijen sekutu.
Ia menyamar sebagai kepala sel, yang mana sel tersebut terdiri dari sebagian besar temannya dan mantan bawahannya dari Korps Prajoda.
Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya, Ngurah Rai mulai membentuk angkatan militer dan polisi di Bali. Hal itu dirancang untuk melawan pengembalian kekuasaan Belanda. Setelah pembentukan Tentara Keamanan Rakyat oleh Presiden Soekarno, Ngurah Rai membentuk milisi yang sudah terdiri dari 13 kompi.
Milisi yang dibentuk oleh Ngurah Rai akhirnya diintegrasikan ke dalam struktur angkatan bersenjata nasional. Pada 1 Februari, milisi tersebut secara resmi dimasukkan dalam status resimen di divisi VII pasukan darat Republik Indonesia.
Singkat cerita, jasa Ngurah Rai sebagai pemimpin gerakan perjuangan Bali dan kematiannya sejak akhir 1940-an mulai dijunjung oleh masyarakat Indonesia sebagai contoh keberanian, tidak mementingkan diri sendiri, kesetiaan pada tugas militer dan cita-cita perjuangan kemerdekaan negara.
Pada 1954, Ngurah rai secara anumerta dipromosikan menjadi kolonel dan tahun 1975 dengan keputusan Presiden Soeharto Nomor 6 tanggal 9 Agustus 1975, ia dinyatakan sebagai pahlawan nasional Indonesia. Lalu, ia sekali lagi secara anumerta dipromosikan ke pangkat brigadir jenderal, dan juga dianugerahi salah satu bintang militer tertinggi yaitu Bintang Mahaputra tingkat ke-4.
Puluhan monumen telah didirikan untuk Ngurah Rai di berbagai bagian pulau. Sebuah museum Markas Bersama Dewan Perjuangan Rakyat Indonesia Kepulauan Sunda Kecil didirikan di Munduk, Malang.
(nor/nor)