Sosok Herman Johannes: Pahlawan Nasional Asal NTT, Ilmuwan, hingga Peracik Bom

Sosok Herman Johannes: Pahlawan Nasional Asal NTT, Ilmuwan, hingga Peracik Bom

Rizki Setyo Samudero - detikBali
Senin, 04 Agu 2025 09:32 WIB
Prof. Dr. Ir. Herman Johannes. (Wikipedia)
Pahlawan Nasional asal NTT, Prof. Dr. Ir. Herman Johannes. (Wikipedia)
Denpasar -

Herman Johannes merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia asal Nusa Tenggara Timur (NTT). Johannes dikenal sebagai ilmuwan karena pengabdiannya di bidang pendidikan. Tak hanya itu, Herman juga dikenal sebagai peracik bom saat perang kemerdekaan.

Di bidang politik, Herman pernah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) RI pada 1968-1978. Dia memprakarsai pembentukan Perhimpunan Kebangsaan Timor (PKT) pada 1934.

Diketahui, PKT berjuang untuk meninggikan taraf pendidikan dan masyarakat Timor. Selain itu, Johannes juga pernah menjadi perwakilan daerah Sunda kecil untuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Herman meninggal dunia di Yogyakarta pada 17 Oktober 1992. Dia meninggalkan karya-karya yang mengantarkan dirinya mendapatkan banyak penghargaan nasional maupun internasional. Indonesia juga mengabadikan Herman dalam uang koin Rp 100 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

Kiprah Herman Johannes di Bidang Pendidikan

Herman Johannes lahir di Rote, NTT, 28 Mei 1912. Ia merupakan putra keempat dari enam bersaudara.

Bakat akademik Johannes telah terlihat sejak dia masih kecil. Ia mampu menguasai tiga bahasa, yaitu bahasa Rote, Indonesia dan Belanda.

Berkat keterampilannya berbahasa Belanda, Johannes diterima di Europe Lagere School (ELS). Ia lantas melanjutkan pendidikan di MULO Makassar, AMS Batavia, dan THS Bandung.

Saat menjadi mahasiswa, dia sudah menulis karya ilmiah yang dimuat pada majalah de Ingenieur van Nederlandsch Indie. Dia juga merintis berdirinya Fakultas Ilmu Pasti dan Alam (sekarang Fakultas MIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Selain itu, Herman dikenal sebagai salah satu tokoh besar bagi Fakultas TeknikUGM.Pak Jo adalah sapaan akrab Herman di kampus. Ia pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknik UGM, Dekan FMIPA, dan Rektor ke-2 UGM.

Tulisannya tentang bahan dan alat peledak dimuat secara berturut-turut dalam majalah Pertahanan Negara pada 1948. Sejak itu sampai Juli 1983, ia telah menulis sebanyak 153 karya ilmiah.

Bangun Laboratorium Persenjataan

Pada 4 November 1946, Herman diminta untuk melapor ke Markas Tertinggi Tentara di Yogyakarta. Perintah itu disampaikan melalui Surat Perintah yang ditandatangani Kapten Kavaleri Soerjosoemarno.

Saat itu, Herman diminta untuk membangun sebuah laboratorium persenjataan bagi TNI. Musababnya, kondisi Indonesia saat itu sedang dalam krisis persenjataan.

Herman lantas menyanggupi perintah tersebut. Ia memberikan syarat apabila laboratorium berhasil berdiri dan memprodiksi senjata, maka pengelolaannya harus diteruskan oleh orang lain. Sementara itu, Herman menegaskan dirinya akan fokus di dunia pendidikan.

Singkat cerita, laboratorium persenjataan yang dikomandoi Herman berhasil dibangun. Laboratorium yang berada di Sekolah Menengah TinggiKotabaru itu juga berhasil memproduksi berbagai bahan peledak selama perang kemerdekaan. Ia juga berhasil menemukan bahan peledak yang diberi nama Gondorukit.

Selama Agresi Militer Belanda I dan II, Hermawan memanfaatkan keahliannya sebagai fisikawan dan kimiawan untuk terlibat memblokade gerak pasukan Belanda. Pada Desember 1948, Komandan Resimen XXII TNI yang dijabat Letnan Kolonel Soeharto meminta Herman memasang bom di jembatan kereta api Sungai Progo.

Herman turut membantu pasukan Resimen XXII TNI menghancurkan sejumlah jembatan bersama taruna Akademi Militer saat masa Agresi Belanda. Ia juga pernah berjuang saat Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.

Halaman 2 dari 3
(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads