DISCLAIMER: Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental terdekat.
Kasus bunuh diri di Jembatan Tukad Bangkung sudah berulang kali terjadi. Sejak 2018, tercatat sudah lima kali kasus bunuh diri terjadi di jembatan yang berlokasi di perbatasan Desa Pelaga dan Belok/Sidan, Kecamatan Petang, Badung, Bali, itu.
Terbaru, seorang perempuan berinisial KMS tewas akibat ulah pati di Jembatan Tukad Bangkung pada Kamis (3/4/2025). Sederet peristiwa bunuh diri di jembatan setinggi 71 meter itu membuat masyarakat menyebut lokasi itu sebagai jembatan 'horor'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pakar arsitektur, I Nyoman Gede Maha Putra, menilai pemerintah perlu mengambil langkah cepat untuk mengantisipasi kejadian tragis berulang di jembatan tertinggi di Bali itu. Menurut dia, perlu ada intervensi desain terhadap jembatan, misalnya dengan menambahkan pagar tinggi.
"Jembatan bisa dilengkapi dengan pagar yang cukup tinggi serta desainnya tidak memungkinkan orang untuk memanjat. Ketinggian aman untuk pagar supaya sisi jembatan tidak mudah dipanjat itu idealnya adalah 2 meter," ujar Maha Putra, Sabtu (5/4/2025).
Maha Putra mengatakan kasus bunuh diri kerap terjadi di jembatan karena akses untuk melakukan perbuatan itu mudah. Di Amerika Serikat, dia berujar, Jembatan Golden Gate juga menjadi lokasi bunuh diri yang populer. Konon, lebih dari seribu orang telah memilih jembatan yang berlokasi di San Fransisco itu sebagai lokasi bunuh diri.
"Kenapa jembatan? Saya pikir ada beberapa alasannya. Pertama, jembatan mudah diakses tanpa butuh izin khusus. Pelaku leluasa menjangkau tanpa banyak halangan, misalnya jika di gedung akan ada satpam. Alasan kedua adalah kurangnya pengawasan sosial," ucap Maha.
Dosen teknik Universitas Warmadewa (Unwar) Denpasar itu mendorong pemerintah untuk melakukan intervensi demi mengantisipasi kejadian serupa terulang kembali. Termasuk menambah pengamanan dan melakukan pengawasan di sekitar jembatan.
"Lokasi harus dirancang cukup terang dan tidak rimbun. Pemerintah bisa memasang kamera pengawas (CCTV) yang berfungsi untuk memantau kondisi jembatan setiap saat," usulnya.
Menurut Maha, kedua sisi jembatan juga perlu dilengkapi dengan akses darurat ke dasar jembatan. Akses ini, dia melanjutkan, penting untuk digunakan saat terjadi situasi darurat dan membutuhkan tindakan cepat.
Selain itu, tanda-tanda peringatan tentang bahaya melompat dari jembatan juga bisa dipasang di sekitar jembatan. "Untuk Jembatan Tukad Bangkung, karena sudah sering ada kejadian, pemerintah harus mengevaluasi dalam waktu kurang dari sebulan ini. Tindakan ini mungkin bisa menyelamatkan banyak nyawa," pungkasnya.
Pantauan detikBali, pagar jembatan Tukad Bangkung hanya setinggi badan orang dewasa sehingga memungkinkan bagi warga untuk menoleh ke dasar jurang. Pagar jembatan juga hanya dipasangi terali berbahan besi berongga dengan dua batang besi utama yang melintang di sela-selanya.
Diberitakan sebelumnya, KMS ditemukan tewas mengenaskan di dasar Jembatan Tukad Bangkung, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Badung, Kamis (3/4/2025) malam. Ia diduga mengakhiri hidup dengan melompat dari jembatan itu lantaran terlilit utang pinjaman online (pinjol).
Kapolsek Petang, AKP I Nyoman Arnaya, menjelaskan sejumlah saksi sudah dimintai keterangan, terutama keluarga dan berbagai pihak yang sempat berkomunikasi dengan KMS sebelum peristiwa. Polisi juga mengecek riwayat percakapan ponsel KMS.
"Sementara dari hasil pemeriksaan HP korban ditemukan beberapa pesan. Pesan dari pinjol untuk meminta korban membayar utang," ungkap Arnaya, Sabtu.
Polisi masih mendalami motif KMS meminjam uang lewat pinjol. Selain itu, polisi juga mengusut kemungkinan ada pihak lain yang menyebabkan KMS tertekan sehingga memutuskan berutang.
(iws/iws)