Kebiasaan ini sudah dimulai saat Jacqueline masih di usia 30-an. Ia awalnya melakukan olahraga untuk melepas stres. Jacqueline juga pernah berlatih high intensity interval training (HIIT), yakni jenis olahraga intensitas tinggi yang dilakukan selama 10-30 menit.
"Di tahun-tahun sebelumnya, saya beralih ke HIIT untuk menjernihkan pikiran. Tetapi seiring bertambahnya usia, saya merasa latihan itu membuat saya lelah, bukan berenergi," tutur Jacqueline dilansir dari detikHealth.
"Setelah memenuhi syarat sebagai PT (personal trainer), saya mengetahui bahwa HIIT dapat berdampak buruk pada tulang dan sendi seiring bertambahnya usia," sambung Jacqueline.
Meski begitu, Jacqueline tetap rutin berolahraga dengan melakukan sejumlah latihan, terutama latihan untuk mempertahankan massa otot. Latihan yang dijalaninya seperti battle ropes, slam balls, dan angkat beban.
Menurut Jacqueline, kedua latihan itu sangat penting untuk mempertahankan kekuatan otot atau kemampuan seseorang dalam beraktivitas dengan cepat tanpa hambatan.
"Seiring bertambahnya usia, jumlah serat otot tipe 2 yang Anda miliki, yang berfungsi untuk aktivitas pendek dan eksplosif seperti lari cepat dan melompat, akan berkurang. Sama seperti latihan kekuatan memperlambat sarkopenia (atau kehilangan otot), latihan kekuatan dapat membantu mempertahankan serat-serat ini," jelasnya.
Jacqueline rutin melakukan rangkaian latihan kekuatan selama 5-10 menit demi menjaga kekuatan otot dan tubuhnya. Ia bisa berlatih hingga 30 menit seminggu sekali saat kondisinya memungkinkan.
"Sekarang, tujuan saya adalah di usia 70-an nanti bisa tetap beraktivitas, seperti bangun dari bangku dengan cepat, menyebrang jalan, atau menjaga keseimbangan," terang Jacqueline.
Jacqueline merasa latihan kekuatan yang sudah dilakukannya sejak usia 30-an membantunya berlatih dengan lebih mudah. Meski begitu, tidak ada kata terlambat untuk bisa berolahraga dan bugar di usia yang sudah tua ini.
Artikel ini telah tayang di detikHealth. Baca selengkapnya di sini!
(iws/iws)