Batalkan Kebijakan Biden, Trump Bakal Kirim Bom Pesanan Israel

Internasional

Batalkan Kebijakan Biden, Trump Bakal Kirim Bom Pesanan Israel

Yulida Medistiara - detikBali
Minggu, 26 Jan 2025 13:55 WIB
WASHINGTON, DC - JANUARY 23: U.S. President Donald Trump speaks to reporters after signing a series of executive orders in the Oval Office of the White House on January 23, 2025 in Washington, DC. Trump signed a range of executive orders pertaining to issues including crypto currency, Artificial Intelligence, and clemency for anti-abortion activists.   Anna Moneymaker/Getty Images/AFP (Photo by Anna Moneymaker / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)
Presiden AS Donald Trump. (Foto: Getty Images via AFP/ANNA MONEYMAKER)
Bali -

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali membatalkan kebijakan pendahulunya, Joe Biden. Kali ini, Trump memerintahkan militer AS mencabut penangguhan pengiriman pasokan bom seberat 2.000 pon ke Israel. Walhasil, pengiriman bom yang dipesan Israel itu akan segera dilakukan.

"Kami merilisnya hari ini. Dan mereka akan menerimanya. Mereka telah membayarnya dan telah menunggunya untuk waktu yang lama. Bom-bom itu telah disimpan," kata Trump di atas Air Force One, seperti dikutip dari detikNews, Minggu (26/1/2025).

Diketahui, Biden sebelumnya menunda pengiriman bom tersebut. Ia khawatir akan dampaknya terhadap penduduk sipil, khususnya di Rafah, Gaza, selama perang Israel di daerah kantong Palestina tersebut. Sebab, bom seberat 2.000 pon dapat merobek beton dan logam tebal dengan radius ledakan yang luas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun lalu, Reuters melaporkan pemerintahan Biden telah mengirim ribuan bom seberat 2.000 pon ke Israel setelah serangan 7 Oktober 2023 oleh militan Hamas Palestina dari Gaza dan menahan satu pengiriman. AS pun telah mengumumkan bantuan untuk Israel senilai miliaran dolar sejak perang dimulai.

Ketika ditanya mengapa ia melepaskan bom yang kuat itu, Trump menjawab, "Karena mereka membelinya."

Trump dan Biden telah menjadi pendukung kuat sekutu AS, yaitu Israel bahkan ketika AS telah dikritik oleh para pembela hak asasi manusia atas krisis kemanusiaan di Gaza akibat serangan militer Israel. Para pengunjuk rasa telah menuntut embargo senjata, tetapi tidak berhasil.

Seperti diketahui, gencatan senjata Gaza mulai berlaku sepekan yang lalu. Keputusan itu telah menyebabkan pembebasan beberapa sandera Israel yang ditahan Hamas dengan imbalan tahanan Palestina yang ditahan Israel.

Sebelum pelantikannya pada 20 Januari, Trump telah memperingatkan jika sandera yang ditahan Hamas di Gaza tidak dibebaskan. Hamas menyandera sekitar 250 orang selama serangan tahun 2023 di Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang, menurut penghitungan Israel. Serangan itu memicu pertumpahan darah terbaru dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun.

Artikel ini telah tayang di detikNews. Baca selengkapnya di sini!




(iws/iws)

Hide Ads