Sebanyak sembilan warga menjadi korban bencana tanah longsor di Kota Denpasar dan Kabupaten Klungkung, Bali, dalam dua hari berturut-turut. Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta pemerintah daerah untuk mengawasi tanggul dan tebing.
"Monitoring tanggul dan tebing juga diharapkan dapat dilakukan secara intensif," imbau Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam siaran pers, Senin (20/1/2025).
BNPB mengatakan jika terdapat retakan dan rekahan tanggul maupun tebing, instansi terkait diimbau untuk segera mengambil tindakan cepat untuk warga. Yakni dengan menambal atau memerkuat ketahanan tanggul dan tebing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masyarakat juga diharapkan dapat selalu memperbarui informasi prakiraan cuaca dari instansi terkait," imbuh Abdul.
Selain itu, monitoring sungai dan saluran irigasi maupun drainase juga diimbau dilakukan berkala. Jika terdapat penyumbatan aliran sungai maupun saluran air untuk segera mungkin dibersihkan demi mencegah banjir.
"Apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi selama lebih dari dua jam, maka warga yang tinggal di lereng tebing maupun bantaran sungai agar mengungsi ke lokasi yang lebih aman," pungkas Abdul.
Diketahui, longsor pertama terjadi di Banjar Cempaka, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, pada Minggu (19/1/2025) pukul 07.00 Wita. Sebanyak empat orang tewas dan empat lainnya selamat dalam insiden ini. Saat kejadian, mereka sedang bermeditasi di bangunan pasraman yang berada di bawah bukit yang longsor.
Longsor juga terjadi di Jalan Ken Dedes, Ubung Kaja, Denpasar, Senin (20/1/2025). Sebanyak delapan orang menjadi korban, lima di antaranya tewas. Seluruh korban merupakan buruh bangunan. Longsor tersebut menimpa sebuah rumah kos yang menjadi tempat tinggal para korban.
(nor/gsp)