Sebagian besar masyarakat seringkali memancarkan laser ke langit saat mengadakan acara atau event tertentu dengan harapan dapat menunda turunnya hujan. Apakah hal tersebut hanya sebagai sebuah kepercayaan saja?
Untuk mengetahui hal tersebut perlu diketahui terlebih dahulu apa sebenarnya teknologi laser tersebut? Berikut penjelasanya berdasarkan informasi yang detikBali rangkum.
Apa Itu Laser?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari jurnal Kepala Balai Besar MKG Wilayah III, laser adalah alat yang mengemisikan cahaya melalui proses amplifikasi optik. Laser memancarkan foton dalam pancaran yang koheren.
Laser sendiri merupakan singkatan bahasa asing yang terdiri dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation. Berbagai macam manfaat dari laser antara lain:
• bidang industri: sinar laser bermanfaat untuk pengelasan, pemotongan lempeng baja, serta untuk pengeboran.
• bidang astronomi: sinar laser berdaya tinggi dapat digunakan untuk mengukur jarak bumi bulan dengan teliti.
• bidang elektronika: laser solid state berukuran kecil digunakan dalam sistem penyimpanan memori optik dalam komputer.
• bidang komunikasi: laser berfungsi untuk memperkuat cahaya sehingga dapat menyalurkan suara dan sinyal gambar melalui serat optik.
Penerapan Laser di Masyarakat
Dalam jurnal yang sama menyatakan bahwa sesungguhnya yang terjadi di masyarakat adalah penggunaan lampu sorot dalam berbagai kegiatan-kegiatan di areal terbuka. Lampu sorot yang dianggap sebagai laser oleh sebagian besar masyarakat sebenarnya berguna untuk menginformasikan kepada khalayak bahwa di lokasi tersebut sedang dilaksanakan suatu kegiatan atau event.
Lalu Apakah Benar Laser Bisa Tunda Hujan?
Berdasarkan hasil penelitian Staf Stasiun Geofisika Sanglah, I Made Kris Adi, jika diasumsikan lampu sorot yang digunakan memiliki derajat panas 100⁰ C, suhu radiasi yang dipancarkan akan mendekati 0⁰ C pada jarak 2,8 meter. Jika lampu sorot yang digunakan memiliki derajat panas 200⁰ C, suhu radiasi yang dipancarkan akan mencapai 0⁰ C pada jarak 4,5 meter sedangkan lampu sorot yang digunakan memiliki derajat panas 300⁰ C, suhu radiasi yang dipancarkan akan mendekati 0⁰C pada jarak 6,6 meter.
Dengan demikian, membutuhkan lampu sorot dengan derajat panas yang sangat tinggi untuk memecahkan dasar awan. Karena, ketinggian rata-rata dasar awan di wilayah Indonesia khusu Pulau Bali berada pada ketinggian 400-600 meter.
Dapat dibayangkan begitu tingginya derajat panas yang dibutuhkan untuk memecahkan awan-awan hujan tersebut. Bahkan, sebelum mencapai dasar awan masyarakat yang berada di sekitar lokasi pertunjukkan tidak mampu menahan udara panas yang dipancarkan lampu sorot tersebut.
Sehingga berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat kita ketahui bahwa penggunaan laser atau lampu sorot sama sekali tidak berhubungan dengan penundaan hujan.
Semoga artikel ini dapat memberikan informasi dan wawasan baru bagi anda ya detikers!
Artikel ini ditulis oleh Ni Komang Nartini peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/nor)