Pada zaman penjajahan, Indonesia sangat terpuruk dalam bidang pendidikan. Pendidikan pada masa itu hanya diperuntukkan bagi anak-anak bangsawan, sementara masyarakat biasa dari lapisan bawah tidak mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan sama sekali.
Tak heran jika rakyat Indonesia mengalami kesulitan dalam memperoleh peluang yang setara. Diskriminasi pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah Belanda ini terjadi karena penjajah sengaja mempersulit akses pendidikan bagi rakyat Indonesia, dengan tujuan membatasi kemajuan intelektual bangsa Indonesia agar mudah dieksploitasi.
Namun, masyarakat Indonesia tidak tinggal diam. Para pejuang yang beruntung memperoleh pendidikan menciptakan gerakan yang berfokus pada pendidikan rakyat di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka mulai mendirikan sekolah-sekolah rakyat, meningkatkan literasi di kalangan masyarakat bawah, memulai pergerakan, dan mengajarkan nilai-nilai gender kepada masyarakat.
Berikut ini adalah tujuh pahlawan Indonesia yang berdedikasi untuk memajukan pendidikan di Indonesia pada zaman penjajahan.
1. Ki Hajar Dewantara
![]() |
Nama yang satu ini tentu tidak asing lagi. Ki Hajar Dewantara adalah Pahlawan Nasional yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.
Dengan semboyan pendidikan yang terkenal 'Tut Wuri Handayani', Ki Hajar Dewantara, seorang pria Jawa dari keluarga bangsawan, dengan gagah berani menolak sistem pendidikan Belanda yang diskriminatif. Pada masa itu, hanya orang keturunan Belanda dan orang kaya yang dapat menikmati pendidikan.
Sayangnya, kritik tersebut membuatnya diasingkan oleh kolonial ke Belanda. Setelah kembali ke Indonesia, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa. Berkat jasanya dalam dunia pendidikan Indonesia, dia mendapatkan gelar Pahlawan Nasional kedua oleh Presiden Soekarno, dan namanya diabadikan sebagai Kapal Perang Indonesia.
2. RA Kartini
![]() |
Raden Adjeng Kartini Djojo Adhiningrat atau RA Kartini adalah seorang pahlawan yang selalu dikenang atas perjuangannya dalam emansipasi wanita. Perempuan yang lahir di Jepara ini menulis surat kepada kenalannya dari Belanda, yang berisi pentingnya pendidikan untuk membuka wawasan perempuan.
Dia meyakini bahwa perempuan berhak meningkatkan taraf hidupnya dan bahwa perempuan yang cerdas akan memberikan kontribusi besar bagi bangsa. Surat ini kemudian dikenal dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.
3. Dewi Sartika
![]() |
Seperti RA Kartini, perjuangan Dewi Sartika juga berfokus pada pendidikan perempuan. Dewi Sartika merasa resah karena sebagian besar perempuan hanya terbelenggu pada tugas domestik dan tidak diberi kesempatan untuk belajar.
Dari keresahan ini, Dewi Sartika mendirikan sekolah perempuan bernama 'Sekolah Istri' di Bandung pada 1904. Sekolah ini bertujuan untuk membekali perempuan dengan keterampilan seperti menjahit, memasak, dan mengasuh anak. Selain keterampilan dasar, Sekolah Istri juga mengajarkan pendidikan agama.
4. KH. Hasyim Asy'ari
![]() |
Selain dikenal sebagai tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU), KH. Hasyim Asy'ari juga merupakan pendiri Pesantren Tebuireng pada 1899. Pesantren ini menjadi pusat studi Islam terkemuka di Indonesia.
Jasa-jasanya terhadap pendidikan di Indonesia sangat besar. Dengan mempertahankan tradisi Islam Ahlussunnah wal Jamaah, beliau menekankan pentingnya keutuhan umat Islam di Indonesia.
5. KH. Ahmad Dahlan
![]() |
Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, adalah organisasi yang dibentuk oleh Ahmad Dahlan. Tujuan pendirian organisasi ini adalah karena Ahmad Dahlan melihat banyak orang Islam yang masih buta huruf dan tidak memiliki akses pendidikan, khususnya pendidikan Islam yang modern.
6. Dr. Wahidin Sudirohusodo
![]() |
Tanpa Dr. Wahidin, mungkin tidak akan ada organisasi pertama di Indonesia, Budi Utomo. Dr. Wahidin aktif berdiskusi dan bertukar pikiran dengan para pelajar, khususnya pelajar Sekolah Dokter Djawa (STOVIA), yang nantinya akan mendirikan organisasi Budi Utomo sebagai tonggak penting kebangkitan bangsa Indonesia.
7. Soetomo
![]() |
Lahir dengan nama Soebroto Soetomo mencatat sejarah sebagai pendiri organisasi pertama oleh bangsa Indonesia. Ia sekaligus menjadi tonggak sejarah penting perjuangan bangsa melawan kolonialisme Belanda.
Artikel ini ditulis oleh Firga Raditya Pamungkas Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(nor/nor)