Film berjudul Samsara karya Garin Nugroho kembali ditayangkan dalam rangkaian acara Indonesia Bertutur di Nusa Dua, Badung, Bali. Film bisu hitam putih ini menonjolkan unsur mistis Bali dan kehidupan manusia secara umum.
"Temanya adalah magic mysticism realism. Unsur mistisme sangat menonjol. Ini adalah tema yang dapat dinikmati dan dialami oleh semua orang," kata Garin Nugroho di Peninsula Island, Nusa Dua, Bali, Jumat (16/8/2024).
detikBali sempat menonton sekilas film tersebut. Dalam film ini, gaya penyajian mirip dengan film bisu era 1930-an. Disajikan dalam format hitam putih tanpa dialog, film ini hanya diiringi oleh grup gamelan Bali dan musisi elektronik yang mengisi latar belakang musik beserta efek suaranya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Film ini bercerita tentang seorang pemuda miskin di Bali yang diperankan oleh Ario Bayu. Diceritakan Darta, sang pemuda, melakukan serangkaian ritual gaib sebagai hasil perjanjian dengan Raja Monyet untuk mendapatkan restu dari keluarga kekasihnya yang bernama Sinta.
Garin menjelaskan film berlatar belakang Bali era 1930-an ini tidak hanya menampilkan hal-hal gaib seperti hantu dan sejenisnya. Samsara menonjolkan elemen tak kasatmata yang melekat dalam berbagai aspek kehidupan manusia. "Presiden saja kalau nggak ada mistisnya, nggak akan jadi presiden," ucap Garin.
Sebagai contoh, Garin menyoroti bagaimana elemen mistis berperan dalam kehidupan percintaan dan karier manusia di dunia kerja. Film ini mengeksplorasi dunia yang terlihat dan tak terlihat dalam kebudayaan Bali.
"Yang ditonjolkan jelas adalah sifat-sifat dasar manusia dan dunia-dunia yang terlihat dan tidak terlihat, seperti di Bali. Itu yang paling menonjol," jelasnya.
Garin menambahkan pemilihan tema mistisme Bali dalam kehidupan manusia dilakukan karena alasan seni. Menurutnya, unsur mistis selalu hadir dalam setiap bentuk karya seni, mulai dari musik, sastra hingga tarian. Bali, dengan kekuatan mistismenya, memiliki unsur mistis yang sangat kuat dalam semua bentuk karya seninya.
"Secara visual, mistisme di Bali sudah pasti luar biasa. Sastra dan mistisme di Bali juga sangat luar biasa. Jadi, mistisme membawa kita ke dunia yang paling dasar dan dapat disajikan dalam berbagai bentuk seni," katanya.
Film Samsara bisa disebut sebagai film horor, tetapi juga bisa dianggap sebagai film fantasi, tergantung sudut pandang penonton. Karena berkonsep realis, Garin mengemas film ini dengan efek suara dan latar belakang musik yang dimainkan langsung saat penayangan. Penggabungan musik elektronik dan tradisional Bali memberikan dimensi unik pada film ini.
Untuk diketahui, Samsara pertama kali tayang di Singapura pada 10 Mei 2024. Ario Bayu dan penari keturunan Indonesia-Australia, Juliet Widyasari Burnett, adalah dua di antara aktor yang berperan dalam film ini.
Ario Bayu memerankan karakter seorang pria miskin bernama Darta, sedangkan Burnett berperan sebagai Sinta, gadis blasteran Indonesia-Eropa. Kisah cinta Darta dan Sinta menjadi inti cerita dalam Samsara.
Cinta Darta ditolak karena kemiskinannya hingga ia menempuh jalan sesat dengan membuat perjanjian gaib kepada Raja Monyet. Namun, bukannya mendapatkan cinta Sinta, Darta malah mengalami nasib sial.
Sebagai executive producer, Ario Bayu, buka suara soal penayangan perdana Samsara di Singapura. Menurutnya, penayangan di Singapura bertujuan untuk menjangkau pasar internasional dan memperkenalkan budaya Bali.
"Singapura adalah salah satu tempat yang cukup global sehingga dapat meresonansikan budaya Indonesia ke luar negeri. Singapura menjadi portal untuk menyuarakan budaya Bali ke luar," kata Ario Bayu.
Ario menambahkan, dengan penayangan perdana di Singapura, Samsara diharapkan dapat menjangkau lebih banyak penonton internasional. Esplanade-Theatres on the Bay, tempat film ini ditayangkan, memiliki teknologi penayangan film yang mendukung, membuat penonton bisa menikmati film bisu hitam putih berlatar belakang era 1930-an ini dengan sempurna, lengkap dengan gamelan Bali dan musik elektronik sebagai pengisi suaranya.
"Jadi, ini hanya soal timing saja. Relevansinya bukan soal kita (Indonesia) sebagai lokasi penayangan pertama atau terakhir. Itulah mengapa tema (film Samsara) kita kembalikan ke Indonesia," ujar Ario.
Garin Nugroho juga mengungkapkan bahwa Samsara akan tayang di Melbourne, Australia, pada 21 Februari 2025. Film ini akan diikuti dengan penayangan karyanya yang lain, yakni Setan Jawa dan Planet Sebuah Lament (The Planet Lament). "Akan berjalan (tayang) di panggung-panggung besar," kata Garin.
Selain di Australia, Samsara juga akan ditayangkan di Jakarta dan Yogyakarta. Namun, Garin belum menyebutkan kapan tepatnya film ini akan tayang di kedua kota tersebut.
"Jakarta sudah iri (ingin Samsara tampil) dan Jogja juga sudah iri. Maksud saya, keirian itu akan dijawab oleh sponsor," tambahnya.
Untuk diketahui, Samsara karya Garin Nugroho tayang perdana di Esplanade Concert Hall, Singapura, pada 10 Mei 2024. Selama penayangan perdananya, Samsara berhasil menarik lebih dari 1.000 penonton di Singapura.
(iws/iws)