Kemeriahan Festival Layang-layang di Sanur, Pesertanya dari 19 Negara

Denpasar

Kemeriahan Festival Layang-layang di Sanur, Pesertanya dari 19 Negara

I Wayan Sui Suadnyana, Aryo Mahendro - detikBali
Kamis, 15 Agu 2024 22:30 WIB
Layangan kreasi dari 19 negara dalam Denpasar International Kite Festival di Pantai Mertasari, Kamis (15/8/2024). (Aryo Mahendro/detikBali)
Foto: Layangan kreasi dari 19 negara dalam Denpasar International Kite Festival di Pantai Mertasari, Kamis (15/8/2024). (Aryo Mahendro/detikBali)
Denpasar -

Rare Angon Festival bertajuk Denpasar International Kite digelar di Pantai Mertasari, Desa Sanur Kauh, Kamis (15/8/2024). Festival layangan kreasi atau hias itu diikuti peserta dari 19 negara, termasuk Indonesia.

"Hari ini, acaranya Rare Angon Festival dengan tagline Denpasar International Kite Fest. Digelar dua hari, tetapi Rare Angon Festival digelar sampai tanggal 18 Agustus 2024," kata Ketua Panitia Festival Rare Angon 2024 I Gede Pasek Eka Surya Wirawan kepada detikBali di Pantai Mertasari, Kamis (15/8/2024).

Pantauan detikBali, banyak jenis layangan milik peserta festival yang diterbangkan ke udara. Mayoritas layangan berukuran besar. Ada layangan balon (layangan tanpa rangka), layangan olahraga, dan layangan konvensional dengan berbagai bentuk serta warna.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada layangan balon berbentuk beruang hitam, macan, gajah, ular, naga, karakter minions, ikan pari, dan layangan khas Jepang bergambar Samurai. Ada juga layangan karakter wayang milik salah satu peserta dari Indonesia berukuran sekitar 3 meter.

Mayoritas layangan itu dibuat sendiri oleh peserta. Mereka menerbangkan layangannya dengan ketinggian di bawah 100 meter. Maklum, lokasi festival hanya berjarak sekira 9 kilometer (km) dari Bandara Internasional Ngurah Rai. "Jadi, kami punya batas (ketinggian layangan)," kata Wirawan.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, festival itu bertujuan mengenalkan budaya layangan di Bali. Budaya layangan di Bali yang dimainkan banyak orang menjadi atraksi sendiri bagi pelayang internasional yang biasa menerbangkan layangan dengan satu atau dua orang saja.

"Kalau kami yang main layangan, bisa orang banjar yang turun. Itu yang mereka (pelayang internasional) kenapa banyak orang yang turun main layangan semua," katanya.

Layangan kreasi dari 19 negara dalam Denpasar International Kite Festival di Pantai Mertasari, Kamis (15/8/2024). (Aryo Mahendro/detikBali)Foto: Layangan kreasi dari 19 negara dalam Denpasar International Kite Festival di Pantai Mertasari, Kamis (15/8/2024). (Aryo Mahendro/detikBali)

Salah satu peserta festival asal Amerika Serikat, Ron Spaulding, senang dapat berpartisipasi di acara itu. Dia sudah 10 kali mengikuti festival layangan di Bali.

"Saya memang petualang festival layangan. Supaya, saya bisa mengenalkan diri saya sebagai pelayang Amerika Serikat," kata Ron.

Ron pada festival itu menerbangkan tiga layangan balon. Bentuknya berupa layangan gajah, layangan lingkaran yang berputar, dan layangan segi empat seperti parasut.

Dia mengatakan layangan jenis balon lebih mudah diterbangkan saat anginnya tidak terlalu kencang dan hanya butuh satu orang saja. Hanya saja, layangan balon yang tidak ada rangka di dalamnya, tergolong lebih berat saat diterbangkan ketimbang layangan dua dimensi atau dengan rangka bambu atau fiber karbon. Layangan jenis itu lebih cocok untuk angin kencang.

"Inflatable kite (layangan balon) lebih mudah diterbangkan karena termasuk jenis layangan angin pelan. Hanya, lebih berat saja. Tapi, layangan biasa (dengan rangka) itu lebih asik karena bisa bermanuver," kata Ron.

Gadis Widiyati (63), pelayang dari Asosiasi Layangan Singapura, antusias mengikuti festival itu. Dia tak pernah melewatkan festival layangan di Bali sepanjang karirnya 30 tahun menggeluti layangan.

"Saya mengajar orang membuat atau menjahit layangan. Saya juga tidak pernah absen ikut festival layangan di Bali," kata Gadis.

Menurutnya, main layangan tidak hanya soal menerbangkannya saja. Ada unsur kerja sama tim saat menerbangkan layangan, terutama menerbangkan layangan berukuran besar.

"Saya pembuat layangan. Filosofinya banyak, layangan itu. Ada yang pegang talinya, layangannya, dan ada yang melihat situasi sekitar. Ada teamwork," katanya.




(hsa/hsa)

Hide Ads