Sekretaris Daerah (Sekda) Bali Dewa Made Indra bicara terkait rencana pembangunan underpass Tohpati hingga simpang menuju Rektorat Universitas Udayana (Unud) Jimbaran. Ia mengatakan anggaran pembangunan underpass akan memakan biaya cukup besar.
"Underpass biayanya pasti cukup besar, tapi nggak apa-apa nanti kan anggarannya bisa kami gotong royong antara pemerintah kabupaten, provinsi, dan pusat," ujar Indra di kantor Gubernur Bali, Kamis (8/8/2024).
Pembangunan underpass dinilai menjadi salah satu cara mengatasi kemacetan yang terjadi di Denpasar dan Badung. "Tentu ada beberapa solusi yang bisa kami lakukan mengatasi kemacetan lalu lintas bisa dengan rekayasa lalu lintas, bisa juga membuat fly over, bisa underpass itu semua sedang dipelajari bagian mana paling mendesak lalu dengan metode apa mengatasinya," ucap pria asal Buleleng itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan Kalaksa BPBD Bali itu menuturkan bahwa masih membutuhkan waktu untuk mengkaji pembangunan underpass ataupun fly over. "Dan jangan sampai kami membuat sesuatu tapi tidak menyelesaikan secara signifikan, persoalan kemacetan itu studinya harus baik," tandas Indra.
Sebagai informasi, sejumlah titik persimpangan di Jalan Bypass Ngurah Rai, Bali, bakal dibangun underpass. Persimpangan jalan tersebut, yakni Tohpati, Bali Beach Sanur, Pesanggaran, hingga simpang menuju Rektorat Unud Jimbaran.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) P2LLAJ Dinas Perhubungan Bali, Muhammad Sofyan, mengungkapkan pembangunan sejumlah underpass tersebut berdasarkan volume lalu lintas yang melebihi cycle time (siklus waktu) normal 130 detik setiap simpang. Ia mencontohkan siklus waktu lampu merah di Simpang Pesanggaran, Denpasar, yang lebih dari 130 detik.
"Kalau lebih berarti masuk kepada metode pengaturannya ke level tinggi. Kami punya empat metode pengaturan simpang dari prioritas, traffic light, bundaran, dan fly over," ujar Sofyan saat ditemui detikBali di kantor Dinas Perhubungan Bali, Selasa (6/8/2024).
(nor/nor)