Vice President Governance Risk and Compliance PT Whitesky Aviation I Gede Bambang Narayana mengungkapkan helikopter yang jatuh di kawasan Pantai Suluban, Desa Pecatu, Kuta Selatan, Badung, Bali, telah mendapat persetujuan terbang dari AirNav. Menurutnya, pilot juga sudah berkomunikasi dengan petugas AirNav bahwa helikopter tersebut terbang di ketinggian 1.000 meter.
"Jadi ketika pilot itu take off, dia lapor (ke AirNav), naik ke ketinggian sekian. AirNav yang ngarahin semua. Bukan pilot maunya sendiri," kata Bambang saat ditemui Suluban, Sabtu (20/7/2024).
Selain sudah mendapat lampu hijau dari AirNav, Bambang mengatakan kondisi helikopternya juga dalam keadaan baik dan laik terbang. Helikopter yang dibeli pada 2018 itu tercatat memiliki jam terbang hanya 300 jam dengan rata-rata terbang 40 jam sebulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pilotnya juga sudah jam terbang tinggi. Di atas 1.000 (jam)," imbuhnya.
![]() |
Bambang membeberkan helikopter tersebut take off untuk melakukan tur wisata dari helipad di kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) pukul 15.33 Wita pada Jumat (19/7/2024). Helikopter tersebut mengangkut dua warga negara asing (WNA) dan tiga warga negara Indonesia (WNI).
"Rencana terbangnya itu dari GWK, ke Uluwatu. Terus ke GWK lagi. Rencananya (terbang) 10 menit," kata Bambang.
Nahas, baru terbang selama empat menit, helikopter tipe BELL 505 itu terjerat tali layang-layang. Helikopter itu terjatuh pun ringsek di antara tebing di kawasan Pantai Suluban.
Kini, Bambang sedang menunggu klaim dari asuransi atas kerusakan helikopter senilai USD 1,7 juta itu. Menurutnya, masih ada sisa satu helikopter tipe yang sama untuk melayani tur wisata di kawasan GWK.
"Karena kalau tidak ada asuransi nggak boleh terbang. Pilot juga nggak mau terbang. Nah, nanti pihak asuransi akan ke sini melihat (kondisi helikopternya). Mereka akan menilai apakah total loss (rusak total) atau bisa diperbaiki," pungkasnya.
(iws/iws)