Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi melantik tiga wakil menteri (wamen) baru di Kabinet Indonesia Maju. Ketiga wamen itu adalah Thomas Djiwandono sebagai Wamen Keuangan, Sudaryono jadi Wamen Pertanian, dan Yuliot Tanjung ditunjuk jadi Wamen Investasi.
Thomas yang dilantik oleh Jokowi sebagai Wamen Keuangan merupakan keponakan dari presiden terpilih Prabowo Subianto. Ia merupakan anggota Tim Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran.
Pengamat politik dari Universitas Udayana (Unud), Efatha Filomeno Borromeu, menyinggung perihal transaksi politik dalam penunjukkan Thomas sebagai Wamenkeu. Meski demikian, Efatha menilai hal semacam itu lumrah dalam politik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, ini merupakan transaksi politik yang juga menjadi hak prerogatif Jokowi untuk menunjuk orang-orang dekat Prabowo. "Otomatis hal (transaksi) ini terbaca sangat jelas sekali kita perhatikan dan kita lihat," ujar Efatha saat dihubungi detikBali, Kamis (18/7/2024).
Efatha menilai penempatan Thomas merupakan hal yang tepat, mengingat Sri Mulyani kemungkinan besar tidak menjadi Menteri Keuangan lagi di kabinet Prabowo-Gibran. Langkah ini menjadi kesempatan bagi Thomas untuk mempelajari ritme siklus perekonomian Indonesia dan seluruh aspek pengelolaan strategi khusus yang dilakukan Sri Mulyani.
Efatha melihat Prabowo perlu dibantu untuk masa kepemimpinan lima tahun ke depan oleh orang-orang kepercayaannya. Alasan itu pula, menurut Efatha, yang menyebabkan Prabowo memilih keluarga sebagai orang yang dipercaya untuk mendapatkan jabatan yang strategis.
"Ini akan ada transaksi politik yang harus dibayarkan Pak Prabowo dari hasil dukungan-dukungan yang didapatkan," lanjut dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unud itu.
Bagi Efatha, apabila Prabowo tidak selektif dalam memilih orang untuk menjadi pendampingnya, bisa saja akan menjadi bumerang bagi dirinya dan Gibran ke depan. "Hal ini tidak lepas suatu percontohan politik yang sudah dilakukan oleh Pak Jokowi dalam memilih orang-orang yang loyal dan tegak lurus kepada beliau," bebernya.
Pria berdarah Timor Leste ini juga melihat strategi dari Jokowi ini dapat menjadi contoh dan warisan bagi Prabowo dalam menjaga kekuasaan serta power sharing yang cukup stabil. "Dan penempatan-penempatan yang strategis ini dilakukan dengan cukup matang karena Pak Prabowo punya suatu ambisi yang cukup," tandasnya.
(hsa/iws)