Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung memerintahkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mangutama menambah jaringan pipa untuk mengatasi permasalahan air bersih di Kecamatan Kuta Selatan. Keterbatasan jaringan pipa ke wilayah itu dinilai membuat suplai air bermasalah.
"Kami sudah perintahkan tadi, (PDAM Tirta Mangutama) segera ambil langkah-langkah karena persoalannya ada di jaringan. Lakukan segera untuk untuk mendukung air ke (Badung) selatan," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Badung I Wayan Adi Arnawa dalam keterangannya, Senin (3/5/2024).
Penambahan jaringan pipa sebagai solusi jangka menengah atas krisis air bersih di Kuta Selatan. Selain itu, Pemkab Badung juga meminta PDAM Tirta Mangutama menambah pompa air pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) Estuary Dam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, PDAM Tirta Mangutama juga ditugaskan untuk menambah reservoir serta memasang pipa transmisi dari IPA Estuary ke Unit Pengolahan Air (UPA) Siligita. Reservoir adalah tempat menampung air sebelum didistribusikan kepada masyarakat.
Adi Arnawa menargetkan penanganan itu bisa teratasi Juli 2024 untuk tahap awal. Dari penjelasan PDAM Tirta Mangutama, kata Adi, diperkirakan suplai air bertambah sekitar 70 liter per detik ke wilayah Kuta Selatan.
"Sekarang silakan dengan skema apakah dengan skema B2B (business to business) dan lain sebagainya, silakan. Kami serahkan kepada PDAM dengan jajarannya untuk ambil langkah-langkah seperti itu," kata pejabat asal Pecatu, Kuta Selatan, ini.
Adi Arnawa mengungkapkan seluruh wilayah Kuta Selatan idealnya membutuhkan suplai air bersih hingga 2.000 liter per detik. Jumlah itu untuk di wilayah timur, seperti Jimbaran, Nusa Dua, hingga Kutuh, maupun wilayah barat, yakni Ungasan, Pecatu, hingga Jimbaran bagian bawah atau bukit barat.
Namun, IPA Estuary Dam yang dikelola PDAM Tirta Mangutama baru meningkatkan produksi air bersih dari 500 liter per detik menjadi 750 liter per detik pada 2024. Pemerintah Badung meminta agar kapasitas air bisa mencapai 1.000 liter per detik.
Pemkab Badung berharap naiknya kapasitas produksi ini bisa memenuhi kebutuhan air di kawasan Kuta dan Kuta Selatan. "Perkembangan selatan ini makin masif. Seiring kunjungan wisatawan datang ke Bali, tingkat investasi yang semakin masif di daerah kawasan Pecatu dan sebagainya ini. Mau tidak mau kami harus segera menyiapkan infrastruktur (air) ini," jelas Adi Arnawa.
Sebelumnya, ironi terjadi di Badung, Bali. Meski dikenal sebagai daerah terkaya di Pulau Dewata, masih banyak warga Badung yang kesulitan akses mendapatkan air bersih. Padahal, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Badung 2024 mencapai Rp 9,5 triliun.
Kondisi ini terjadi di beberapa kawasan di Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Meski layanan air produksi PDAM Tirta Mangutama, perusahaan pelat merah milik Badung, sudah masuk ke wilayah ini, nyatanya beberapa warga masih sulit menutupi kebutuhan air saban hari.
Wilayah Kuta Selatan sebagian besar merupakan lahan bukit berkapur yang kering. Sehingga sumber air hampir tak ditemukan di wilayah ini. Warga di kawasan ini memilih membeli air tangki jika sewaktu-waktu suplai air PDAM macet.
"(Kalau air PDAM macet) Biasanya warga beli air tangki satu hari dikirim (butuh) rata-rata 2-3 tangki. Harganya Rp 300 ribu per tangki kapasitas 5.000 liter. Ya mencukupi untuk satu minggu," kata Made Kardiana, warga Banjar Tambyak, Desa Pecatu, Kamis (23/5/2024).
Tidak mengherankan jika warga di Kuta Selatan, bahkan hampir seluruh warga di Pecatu punya bak penampungan air. Selain membeli air tangki seharga Rp 300 ribu, warga memanfaatkan air hujan.
(iws/iws)