Pelaksana Tugas Ketua DPW PPP Bali Idy Muzayyad mengakui partainya tak mendapat manfaat coattail effect atau efek ekor jas karena mendukung Ganjar-Mahfud. Suara partai malah tergerus.
"Memang ada faktor karena pemilu pilpres dan pileg bersamaan kan ada coattail effect, yang berimplikasi pada parpol (partai politik) pengusung capres. Nah, coattail effect itu, ya namanya efek bisa positif bisa negatif. Bagi PPP terus terang belum positif," ungkap Idy Muzayyad kepada detikBali, Sabtu (23/3/2024).
Dia melihat beberapa partai yang mengusung capres lain mendapat efek ekor jas yang positif. "Dukung capres 01, partai pengusungnya naik. Ini memang tidak terjadi di kami," ungkapnya.
Ketua DPP PPP Bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan (OKK) Wilayah III, itu menyampaikan hal tersebut akan menjadi bagian dari evaluasi di pemilu ke depan.
"Misal kalau memang (pemilu) masih bebarengan ya kami harus pilih usungan capres-cawapres yang memang kira-kira bisa memiliki efek positif ke kami," ucapnya.
PPP Salah Langkah
Pengamat politik dari Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas), I Nyoman Subanda, mengungkap penyebab PPP tak bisa menembus ambang batas parlemen 4 persen. Subanda mengatakan PPP salah langkah mendukung Ganjar-Mahfud.
"Perkiraan orang, yang (partai bernuansa) Islam akan ke Anies Baswedan, tapi PPP malah ke Ganjar dan berkoalisi dengan PDI Perjuangan," katanya kepada detikBali, Kamis (21/2/2024).
Menurut Subanda, PPP merupakan partai Islam dengan basis massa Islam tradisional. Dengan mengusung Ganjar-Mahfud serta berkoalisi dengan PDIP -partai nasionalis-, PPP kehilangan konstituennya. Padahal, pendukung PPP sudah mengakar kuat.
"Bisa saja basis-basis tradisional PPP yang sudah mengakar kuat identitasnya itu nggak memilih partai Islam lain," ungkap Subanda.
Subanda menerangkan gagalnya PPP ke Senayan mengejutkan publik. Apalagi, PPP merupakan salah satu partai lama seperti Golkar dan PDIP.
"PPP itu partai berpengalaman dan punya basis massa yang tradisional dan sekarang dikemas jadi modern," paparnya.
PPP Tunggu Keajaiban
Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP NTB Mohammad Akri merespons partainya yang tak lolos parliamentary thershold (PT) atau ambang batas parlemen di Pileg 2024. Saat ini, pihaknya meminta seluruh pihak menghormati proses yang tengah dilakukan DPP PPP. Terutama terkait upaya melakukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Akri mengaku DPW PPP NTB saat ini berharap ada keajaiban agar kader partainya tetap bisa duduk di Senayan.
"Keputusan malam ini. Mudah-mudahan ada keajaiban. Masih ada langkah lain. Ini ranah DPP bagaimana ambang batas parlemen ini bisa masuk," harap Akri, Kamis (21/3/2024).
Baca juga: Terjerembap Sandiaga Uno Bersama PPP |
Anggota DPRD NTB itu mengaku Provinsi NTB telah maksimal menyumbangkan suara untuk Pileg DPR RI. Sebagaimana diketahui, untuk Pileg DPR RI dapil NTB II Pulau Lombok, PPP sebetulnya berhasil mengamankan kursi jika lolos ke Senayan.
Bahkan, suara akumulatif PPP berada di urutan ke empat dengan raihan 173.716 suara. Adapun pemilik suara terbanyak yakni Wakil Ketua Umum PPP Ermalena dengan 52.747 suara. Sementara untuk dapil NTB I Pulau Sumbawa, PPP mengoleksi 17.483 suara.
"NTB maksimal memberikan suara. Kemudian kalau tidak masuk PT berarti urusan dapil (provinsi) lain," terang Akri.
Akri enggan berspekulasi perihal alasan mengapa PPP tak lolos PT untuk pertama kali dalam sejarah. Namun, dirinya tak menampik bahwa koalisi dukungan di pilpres kepada paslon yang kalah (Ganjar Pranowo-Mahfud Md) bisa jadi salah satu alasan PPP tersingkir dari parlemen.
"Ini masalahnya tidak tahu ini apa efek pilpres atau apa. Tapi ia bisa jadi (efek pilpres)," papar ketua Fraksi PPP DPRD NTB itu.
(dpw/gsp)