Lima Teks Khotbah Jumat Selama Ramadan

Lima Teks Khotbah Jumat Selama Ramadan

Rusmasiela Mewipiana Presilla - detikBali
Jumat, 15 Mar 2024 11:40 WIB
Ilustrasi Salat
Foto: Ilustrasi salat Jumat. (Getty Images/iStockphoto/mustafagull)
Denpasar -

Ramadan adalah bulan penuh berkah. Setiap ibadah yang kita tunaikan niscaya akan dilipatgandakan, termasuk salat Jumat. Salat Jumat merupakan salat yang diwajibkan untuk umat muslim laki-laki.

Dalam pelaksanaannya, salat Jumat selalu identik dengan khotbah. Menurut KBBI, khotbah berarti pidato. Dalam konteks ini, khotbah merupakan pidato yang berisi tentang ajaran agama (Islam) yang dilakukan saat sebelum salat Jumat dimulai.

Orang yang melakukan khotbah disebut khatib. Selama orang tersebut memenuhi persyaratan untuk menjadi khatib, maka siapapun bisa untuk memberikan khotbah Jumat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Syarat untuk menjadi khotib adalah :

1. Berakal sehat

ADVERTISEMENT

2. Suci dari hadas besar dan kecil

3. Menutup aurat

4. Laki-laki

5. Memahami syarat, rukun, serta adab khotbah


Jika Anda ingin menjadi khatib namun masih bingung untuk membawakan materi apa yang akan dibawakan. Berikut ini contoh khotbah Jumat yang dikutip dari laman NU Online dan Kemenag RI:


1. Mempersiapkan Bekal Sebelum Kematian

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang insya Allah selalu berada dalam naungan rahmat dan hidayah Allah SWT. Tak henti-hentinya kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam; karunia yang teramat besar yang Allah karuniakan kepada hamba-hamba-Nya. Semoga kita selalu termasuk yang mendapatkan hidayah-Nya serta berada dalam keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat kita.

Dan tentunya kita bersyukur kepada Allah atas nikmat berbagai kehidupan yang masih diberikan kepada kita. Sehingga pada kesempatan ini kita masih dapat beribadah kepada-Nya, dapat mengingat-Nya, serta memuji-Nya.

Pujian hanya layak dimiliki oleh Allah. Alhamdulillah; segala puji hanya milik Allah. Sungguh tidaklah pantas bagi manusia untuk mengharapkan pujian, tidak pantas bagi manusia untuk merasa telah berjasa, karena sungguh sejatinya segala pujian hanya milik Allah semata.

Pada kesempatan yang mulia ini, kami selaku khatib mengajak kepada hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT, takwa dalam arti senantiasa berupaya dan berusaha untuk selalu menghadirkan Allah dalam setiap situasi dan kondisi dengan cara senantiasa berzikir dan melaksanakan segala perintah-Nya. Takwa dalam arti kita senantiasa melibatkan Allah dalam setiap persoalan yang kita hadapi dengan cara berdoa, memohon pertolongan dan bermunajat kepada-Nya. Sehingga akan menimbulkan ketentraman dan ketenangan dalam setiap kehidupan kita.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Al-Quran, Surat Ali Imran, ayat 102)

Dan tentunya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah tak henti-hentinya kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya.

Sidang salat Jumat yang dirahmati Allah SWT

Dalam khutbah Jumat singkat ini, mari kita merenung sejenak tentang apa yang terjadi di sekitar kita saat ini, di mana kita sedang menjalani masa pandemi Covid 19 yang sudah berjalan lebih dari setahun. Sudah banyak orang yang meninggal, tidak sedikit di antara mereka adalah Saudara kita, tiba-tiba sahabat kita meninggal dunia, siapa saja dan kapan atau di mana saja bisa meninggal dunia.

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِ

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.

Kematian adalah sesuatu yang pasti kita hadapi. Sesuatu yang menjadi gerbang dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat adalah kematian.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Dalam Surat Al-Baqarah ayat 28, Allah berfirman:

كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

Dalam tafsir Ibn Katsir, dijelaskan bahwa ayat ini menjelaskan akan kekuasaan Allah dan sungguh aneh orang yang ingkar kepada Allah sementara manusia awalnya tiada, lalu Allah menjadikannya ada di muka bumi ini. Ayat ini juga menunjukkan bahwa kita semua pasti mati. Dan kita semua pasti akan dibangkitkan kembali setelah kematian itu.

Jamaah salat Jumat yang dirahmati Allah SWT

Maka apa saja kewajiban kita dalam kehidupan ini sebagai persiapan diri kita sebelum menghadapi kematian? Tentunya ada banyak hal. Namun setidaknya ada tiga hal yang akan kita bahas pada kesempatan berharga ini.

Pertama, beramal sebaik mungkin. Dalam surat Al-Mulk ayat 1-2, Allah berfirman:

تَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌۙ ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

1. Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. 2. Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Seperti apakah amalan yang terbaik itu? Salah satu indikatornya adalah, pekerjaan itu dilakukan dengan istiqamah. Dalam hadis riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

فَإِنَّ خَيْرَ الْعَمَلِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

Artinya; sesungguhnya sebaik-baik pekerjaan adalah yang rutin (berkelanjutan), meskipun itu sedikit.

Beramal sebaik mungkin juga berarti bahwa pekerjaan itu kita lakukan dengan seikhlas mungkin, semaksimal mungkin dan dengan sesempurna mungkin. Baik dalam interaksi kita kepada Allah maupun kepada sesama manusia, dalam tiap amal kita patrikan dalam diri kita bahwa bisa jadi itu adalah amal terakhir kita.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Yang kedua, menyiapkan amal yang terus mengalir pahalanya. Di antara yang dapat kita persiapkan adalah dengan memperbanyak amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta mendidik anak kita menjadi anak yang saleh yang dapat mendoakan kita kelak. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: ((إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ))؛ رواه مسلم

Artinya: diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak shalih yang selalu mendo`akan orang tuanya. (HR. Muslim).

Yang ketiga, berdoa agar diberikan husnul khatimah. Apakah itu husnul khatimah? Di antara tanda utama husnul khatimah ialah apabila ia mengucap kalimat laa ilaaha illallaah di akhir hayatnya. Dalam sebuah hadith shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda:

‏" مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ ‏"‏

"Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah 'Laa ilaaha illallaah' maka dia akan masuk Surga."

Indikator lainnya dari seorang yang husnul khatimah apabila ia mengerjakan pekerjaan baik di akhir hidupnya.

قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم ‏"‏ إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ ‏"‏ ‏.‏ فَقِيلَ كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ ‏"‏ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ الْمَوْتِ‏" ‏"

Rasulullah SAW bersabda: Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan membuatnya beramal. Para sahabat bertanya; Bagaimana membuatnya beramal? beliau menjawab: Allah akan memberikan taufiq padanya untuk melaksanakan amal shalih sebelum dia meninggal. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Selain berusaha dengan segenap amal saleh untuk mencapai husnul khatimah, kita juga harus selalu berdo'a agar Allah mewafatkan kita dalam keadaan husnul khatimah.

Akhirnya, semoga kita menjadi hamba Allah yang berhasil dalam mempersiapkan kehidupan kita, yang mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. dan Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang wafat dalam keadaan husnul khatimah.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.
أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

2. Istidraj, Jebakan Kenikmatan yang Membinasakan

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ الْمُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt, Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Hari ini, kita berkumpul di majelis Jumat ini untuk bersama-sama beribadah dan merenungi nikmat serta anugerah yang telah dikaruniakan kepada kita.

Sejenak, mari kita hentikan kesibukan kita untuk mengingat bahwa setiap napas yang kita hirup, setiap langkah yang kita ambil, dan setiap rezeki yang kita nikmati adalah rahmat-Nya yang tak terhingga. Mari kita ungkapkan dengan ucapan 'Alhamdulillahirabbil alamin'. Hal ini dilakukan dengan harapan agar kita tidak terjerumus dalam lembah istidraj.

Istidraj adalah pemanjaan agar lebih terjerumus kepada kehinaan, demikian penjelasan Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy dalam Tafsir Al-Qur'an Al-Majid Al-Nur.

Seseorang yang sedang diuji dengan istidraj akan mengira bahwa berbagai kenikmatan yang dimiliki adalah kemuliaan dari Allah, padahal Allah sedang menghinakan perlahan-lahan dan bahkan membinasakan. Dia selalu berbuat maksiat dan tidak beribadah namun Allah berikan kemewahan dunia. Allah memberikan harta yang berlimpah padahal dia tidak pernah bersedekah. Allah karuniakan rezeki berlipat-lipat padahal jarang shalat, tidak senang pada nasihat ulama, dan terus berbuat maksiat.

Hidupnya dikagumi, dihormati, padahal akhlaknya rusak, langkahnya diikuti, diteladani dan diidolakan, padahal bangga mengumbar dosa dan maksiat. Dia sangat jarang diuji dengan sakit padahal dosa-dosanya menggunung. Tidak pernah diberikan musibah padahal gaya hidupnya penuh jumawa, meremehkan sesama, dan angkuh.

Allah berikan keluarga yang sehat dan cerdas padahal dia memberi makan dari harta hasil yang haram. Hidup bahagia penuh canda tawa padahal banyak orang yang dia zalimi. Kariernya terus menanjak padahal banyak hak orang yang diinjak-injak. Semakin tua semakin makmur padahal berkubang dosa sepanjang umur.

Dalam Alquran Allah mengingatkan:

وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ، وَاُمْلِيْ لَهُمْۗ اِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ

"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh, rencana-Ku sangat teguh" (QS Al-'Araf [7]: 182-183).

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Istidraj itu berasal dari إستدرج- يستدرج- إستدراجا (istadraja-yastadriju-istidrâjan) yang berakar kata dari درج (daraja) yang secara bahasa berarti tangga, meningkat, sedikit demi sedikit, tahap demi tahap, ataupun perlahan-lahan. Sedangkan secara istilah istidraj berarti kenikmatan materi yang diberikan kepada seseorang yang secara lahir semakin bertambah, tetapi kenikmatan yang bersifat batin semakin dikurangi atau dicabut, sementara ia tidak menyadarinya.

Secara lahiriah kemewahan duniawi Allah berikan, namun secara batiniah perintah ketakwaan (ittaqullah) ia abaikan. Uraian tersebut diperkuat oleh Rasulullah saw melalui hadits yang berbunyi:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: إِذَا رَأَيْتَ اللّٰهَ يُعْطِى الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ. ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللّٰهِ صلى الله عليه وسلم (فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

"Dari Uqbah ibn Amir dari Nabi saw, beliau bersabda: 'Jika kamu melihat Allah memberikan kemewahan dunia kepada hamba-Nya yang suka melanggar perintah-Nya, maka itulah yang disebut istidraj." Kemudian beliau membaca firman Allah surat al-An`am ayat 44: "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa." (HR. Ahmad)

Buya Hamka, dalam Tafsir Al-Azhar jilid 3, menjelaskan bahwa istidraj menurut QS Al-An'am ayat 44 bermakna dikeluarkan dari garis lurus kebenaran tanpa disadari. Allah swt memperlakukan apa yang dia kehendaki, dibukakan segala pintu kesenangan hingga orang tersebut lupa diri.

Bila dianalogikan, ibaratnya tidak ingat bahwa sesudah panas, pasti ada hujan; sesudah lautan tenang, gelombang pasti datang. Mereka dibiarkan berbuat maksiat dengan hawa nafsunya hingga tersesat jauh. Lalu, siksaan Allah datang sekonyong-konyong.

Allah melakukan pembiaran atas maksiat yang dia lakukan. Memberikan banyak kesenangan yang melalaikan hingga pada saatnya Allah akan mencabut semua kesenangan sampai dia termangu dalam penyesalan yang terlambat. Hal ini juga terjadi pada zaman dahulu, istidraj menimpa pada diri Fir'aun dan Qarun.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Fir'aun diberikan kekuasaan tetapi tetap jumawa. Akhirnya Allah tenggelamkan ia karena kepongahannya. Ia menjadi manusia yang sombong dan menentang bahkan mengaku sebagai Tuhan. Akhirnya ia mati ditenggelamkan di dalam laut bersama pasukannya ketika mengejar Nabi Musa.

Qarun adalah salah satu orang yang hidup pada zaman Nabi Musa As. Awalnya ia adalah orang miskin yang tidak punya apa-apa. Kemudian diajarkan kepadanya oleh Nabi Musa tentang cara mengelola emas. Dalam waktu singkat, ia pun menjadi kaya raya dengan mempunyai banyak emas dan harta melimpah. Akan tetapi, lambat laun ia mulai lupa kepada Allah.

Qarun dengan kelalaiannya pun dibinasakan dengan ditelan bersama harta-hartanya. Makanya, kalau hari ini ada yang menemukan harta tertimbun dalam tanah, orang-orang akan menyebutnya sebagai harta karun, dengan dinisbatkan kepada harta Qarun yang ditelan bumi. Sebagaimana firman Allah SWT:

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

"Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan" (QS Ali-Imran: 178).

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Istidraj bisa terjadi kepada siapa saja, baik orang awam maupun ahli ibadah. Orang mukmin akan merasa takut dengan istidraj, yakni kenikmatan semu yang sejatinya murka Allah SWT. Namun sebaliknya, orang-orang yang tidak beriman akan beranggapan bahwa kesenangan yang mereka peroleh merupakan sesuatu yang layak didapatkan.

Biasanya, istidraj diberikan kepada orang-orang yang mati hatinya. Mereka adalah orang yang tidak merasa bersedih atas ketaatan yang ditinggalkan dan tidak menyesal atas kemaksiatan yang terus dilakukan.

Secara psikologis, orang yang tertimpa istidraj, perilakunya sangat terlena dengan semua yang ia punya, sehingga lupa bahwa semuanya hanyalah titipan sementara. Dia lupa bersyukur atas nikmat yang diberikan, begitu juga dia gemar melakukan kemaksiatan tanpa merasa berdosa.

Dan menganggap nikmat yang Allah Swt berikan merupakan sebuah anugerah dan kebaikan untuknya. Ketika hal ini terjadi, maka akan berakibat nantinya mendapatkan siksaan dari arah yang tidak disangka-sangka. Maka dari itu, kita perlu meminta pertolongan kepada Allah SWT dan juga mengasah keimanan agar terus meningkat sehingga menyadari hakikat nikmat dan siksaan.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah

Cara termudah untuk membedakan kesenangan yang datangnya dari kemurahan Allah dengan istidraj adalah ketakwaan. Jika orang tersebut taat dalam beribadah, bisa jadi nikmat yang diterima adalah kemurahan Allah. Begitupun sebaliknya, apabila orang tersebut lalai dalam ibadah bisa jadi itu merupakan istidraj.

Bagi siapa saja yang saat ini sedang diliputi kebahagiaan, sedang merasakan rezeki yang lancar, kenaikan jabatan atau pun kebahagiaan lainnya, kiranya perlu mawas diri dan waspada karena bisa jadi saat ini dia sedang teridentifikasi mengalami istidraj.

Bagaimana cara mengenalinya? Berikut ini adalah ciri-ciri istidraj yakni: (1) nikmat dunia yang semakin bertambah, namun keimanannya semakin menurun, (2) mendapat kemudahan hidup meski terus menerus bermaksiat, (3) rezeki selalu bertambah, meski terus lalai dalam ibadah, (4) semakin kaya, namun semakin menjadi kikir, dan (5) jarang sakit, namun kerap berlaku sombong.

Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan oleh Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam al-Hikam, yakni:

خِفْ مِنْ وُجُوْدِ إِحْسَانِهِ إِلَيْكَ وَدَوَامِ إِسَاءَتِكَ مَعَهُ أَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ اسْتِدْرَاجاً سَنَسْتَدْرِجُهُم مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ

"Takutlah pada perlakuan baik Allah kepadamu di tengah durhakamu yang terus-menerus terhadap-Nya. Karena, itu bisa jadi sebuah istidraj, seperti firman-Nya, 'Kami meng-istidraj-kan mereka dari jalan yang mereka tak ketahui'."

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa ketika seseorang mendapatkan kenikmatan, baik nikmat materi maupun non materi, hendaklah ia bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh zat pemberi nikmat, dan bukannya lupa kepada-Nya. Dan segera bersyukur kepada-Nya, baik secara lisan, perbuatan maupun keyakinan dalam hati. Realisasi syukur itu bisa berupa semakin rajin beribadah, bersedekah maupun perilaku-perilaku yang bermanfaat bagi orang lain.

Begitu bahayanya istidraj, sampai-sampai Umar bin Khattab pernah berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu menjadi mustadraj (orang yang ditarik dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan)."

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْ

3. Ringkasan Fiqih Puasa


اَلْحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّالزَّمَانِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِوَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: شَهْرُرَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَفَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍۢ فَعِدَّةٌۭ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَوَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah, ttakwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Karena itu, Khatib mengawali khutbah singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata'ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan

Hadirin sidang jama'ah shalat Jum'at rahimakumullah Hukum wajib puasa Ramadhan termasuk ma'lum minad din bidh dharurah, artinya hukumnya telah sama-sama diketahui oleh ulama dan orang awam dari kalangan umat Islam. Kewajiban puasa Ramadhan telah tetap dengan dalil Al-Qur'an, hadits dan ijma'. Allah ta'ala berfirman:


فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ


Maknanya: "Karena itu, barangsiapa di antara kalian mendapati bulan itu, maka berpuasalah." (QS Al-Baqarah: 183).


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: بُنِيَ الْإسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَّاإلهََّ إلا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ الْبَيْتِ، وصَوْمِ رَمَضَانَ (رواهُ البُخاريُّ) Artinya, "Islam dibangun atas lima perkara, yaitu bersaksi bahwa tiada sesuatu apapun yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, membayar zakat, haji ke Baitullah, dan puasa Ramadhan." (HR Al-Bukhari).

Karenanya, barangsiapa yang mengingkari kewajiban puasa Ramadhan, maka ia telah mendustakan agama dan melepaskan diri dari agama yang mulia ini. Kecuali apabila ia baru masuk Islam atau seperti orang yang tumbuh hidup di daerah yang jauh dari kaum Muslimin dan belum pernah mendengar sama sekali hukum wajib puasa Ramadhan. Seseorang yang dipertemukan oleh Allah dengan bulan Ramadhan dan dimudahkan berpuasa Ramadhan, hendaklah ia memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya atas nikmat ini. Karena puasa adalah ketaatan dan kewajiban yang agung.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah, dikarenakan seorang muslim tidak boleh melakukan sesuatu sehingga ia mengetahui apa yang Allah halalkan dan haramkan darinya, maka dalam kesempatan khutbah yang singkat ini, Khatib akan menyampaikan beberapa hal penting seputar hukum-hukum puasa. Hal itu agar setiap dari kita mengetahui apa yang dibutuhkan terkait ilmu tentang ibadah yang mulia ini.

Hadirin jamaah salat Jumat rahimakumullah, puasa Ramadhan diwajibkan atas setiap muslim yang mukallaf (baligh dan berakal). Tidak sah dilakukan oleh perempuan yang haid dan nifas, dan diwajibkan bagi keduanya mengqadha'. Boleh bagi musafir untuk tidak berpuasa Ramadhan dengan syarat-syarat tertentu meskipun tidak terasa berat baginya berpuasa. Dibolehkan juga untuk tidak berpuasa bagi orang sakit yang ada harapan sembuh, tapi ia merasa berat berpuasa dengan rasa berat yang tidak tertahankan, dan wajib baginya mengqadha'.

Perempuan hamil dan menyusui yang tidak berpuasa karena mengkhawatirkan janinnya; mengkhawatirkan gugurnya janin atau khawatir jika puasa maka air susunya berkurang sehingga membahayakan bayi, maka keduanya diwajibkan mengqadha' dan membayar fidyah dalam mazhab Syafi'i. Sedangkan dalam mazhab Hanafi, keduanya tidak diwajibkan fidyah. Adapun jika keduanya mengkhawatirkan kondisi dirinya, bukan kondisi janin atau bayinya, maka hanya diwajibkan qadha'. Orang yang tidak kuat puasa disebabkan usianya yang telah renta atau sakit menahun yang tidak ada harapan sembuh, maka wajib baginya fidyah.

Fidyah adalah ukuran satu mud (kurang lebih 7 ons beras), yakni satu cakupan dua telapak tangan ukuran sedang dari makanan pokok daerah setempat. Dalam mazhab Hanafi, orang yang tua renta yang tidak mampu berpuasa dibolehkan dikeluarkan fidyahnya berupa nominal uang senilai makanan siang dan makanan malam yang mengenyangkan untuk setiap hari yang ditinggalkan puasanya. Dalam mazhab Hanafi pula, sah jika fidyah itu dibayarkan di awal bulan untuk satu bulan ke depan, atau diakhirkan pembayarannya di akhir bulan untuk satu bulan yang telah lewat.

Hadirin, hal seperti itu yang dilakukan oleh banyak kalangan pada masa sekarang adalah sesuai dengan pendapat ini. Perbedaan pendapat di kalangan ulama adalah keluasan dan kelonggaran bagi umat Islam. Hadirin rahimakumullah Puasa memiliki dua rukun. Pertama, niat. Tempatnya adalah hati. Karenanya tidak disyaratkan untuk diucapkan dengan lisan. Niat diwajibkan pada setiap hari bulan Ramadhan karena setiap hari adalah ibadah tersendiri seperti halnya dua shalat yang dipisah dan disela dengan salam. Dalam puasa wajib, disyaratkan tabyit dan ta'yin dalam niat.

Tabyit adalah menjatuhkan niat di malam hari, yaitu waktu antara maghrib dan dan terbitnya fajar. Sedangkan ta'yin adalah menentukan apakah puasa yang dilakukan adalah puasa Ramadhan, nazar atau kafarah misalkan. Barangsiapa yang tidak berniat puasa Ramadhan di malam hari sampai masuk waktu shalat shubuh, maka ia tidak boleh makan, minum dan melakukan seluruh hal yang membatalkan puasa sampai tiba waktu maghrib, dan wajib baginya mengqadha'nya. Hal ini dalam mazhab Syafi'i.

Sedangkan dalam mazhab Hanafi, bagi orang yang belum niat puasa Ramadhan di malam hari, sah baginya berniat setelah terbitnya fajar dan sebelum pertengahan hari selama ia belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum. Sementara dalam mazhab Maliki, niat puasa Ramadhan cukup dilakukan di malam pertama Ramadhan untuk satu bulan seluruhnya.

Kedua, menahan diri dari seluruh perkara yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Di antara hal yang membatalkan puasa adalah setiap benda yang masuk ke rongga badan melalui lubang yang terbuka. Lubang-lubang di badan yang dikategorikan terbuka adalah hidung, mulut, qubul, dubur dan telinga. Mata tidak termasuk. Karenanya, tidak batal puasa seseorang yang meneteskan cairan di matanya. Begitu juga tidak batal seseorang yang tidur sepanjang hari. Tidak batal puasa seseorang yang makan atau minum dalam keadaan lupa dan seseorang yang memasukkan obat ke tubuhnya melalui lubang yang tidak terbuka, seperti suntik di otot atau urat kulit. Sedangkan memasukkan obat melalui lubang kelamin atau lubang dubur, maka hal itu membatalkan puasa.

Batal puasa seseorang yang muntah dengan sengaja, yaitu seseorang yang ingin memuntahkan apa yang ada di perutnya dengan memasukkan jarinya atau bulu ayam ke dekat tenggorokan. Adapun seseorang yang muntah dengan tidak disengaja, maka puasanya tidak batal dengan syarat ia tidak menelan kembali air ludahnya yang bercampur dengan muntahan.

Tidak batal puasa seseorang yang menelan ludahnya yang murni (tidak bercampur dengan apapun) selama air ludah masih berada di dalam mulut. Sedangkan apabila ludah bercampur dengan darah atau bercampur dengan sesuatu yang dimasukkan ke dalam mulut, lalu ditelan, maka hal itu membatalkan puasa.

Batal puasa juga seseorang yang dengan sengaja menelan kembali dahak yang telah melewati makhraj huruf ح , artinya telah sampai ke dalam mulut. Adapun jika belum melewati makhraj ح lalu ditelan kembali, maka tidak membatalkan puasa.

Di antara perkara yang membatalkan puasa adalah riddah. Riddah adalah memutus iman dengan ucapan, perbuatan atau keyakinan. Maka barangsiapa yang melakukan salah satu jenis riddah: ucapan, perbuatan atau keyakinan, maka ia telah keluar dari Islam, menjadi sirna seluruh amal kebaikannya dan batal puasanya.

Riddah adalah seperti mencaci Allah, mencaci agama Islam, mencaci salah satu malaikat atau nabi. Begitu juga melecehkan syiar-syiar Allah, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Begitu pula mendustakan sesuatu yang telah tetap dalam syariat. Barangsiapa yang melakukan riddah, maka ia telah keluar dari agama, batal puasanya, wajib baginya kembali ke dalam Islam dengan dua kalimat syahadat, menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sampai maghrib jika ia berada di siang hari Ramadhan, dan wajib baginya mengqadha' puasanya langsung pada hari kedua bulan Syawal.

Terakhir, Khatib menasihatkan kepada kita semua untuk menuntaskan belajar ilmu agama yang fardhu ain seputar puasa kepada guru yang terpercaya dan bersanad sehingga puasa kita betul-betul berlandaskan ilmu dan sesuai dengan tuntunan syariat. Jangan sampai salah seorang di antara kita termasuk mereka yang disebutkan oleh baginda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits berikut:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْعُ وَرُبَّ قَاِئمٍ ليَسْ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا الَّسهَرُ


Artinya: "Betapa banyak orang yang berpuasa, ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar, dan betapa banyak orang yang melakukan qiyamul lail, ia tidak memperoleh apa-apa kecuali bergadang." (HR An-Nasa'i dan lainnya). Hadirin yang dirahmati Allah. Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa berkah bagi kita semua. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

4. Menyadari Waktu Terus Berlalu dan Usia Makin Berkurang


اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ يَحْشُرُنَا فِي الْمَحْشَرِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُالْجَبَّارُ وَأَشْهَدُ اَنَّ حَبِيْبَنَا وَ نَبِيَّنّا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah


Segala puji milik Allah swt, Tuhan yang yang telah menciptakan alam dan seisinya. Syukur kita sudah sepantasnya selalu terucap, karena banyak anugerah termasuk nikmat tak terhingga telah Allah swt berikan kepada kita semuanya. Terutama nikmat iman, Islam, juga nikmat sehat dan sempat untuk beribadah kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama.


Shalawat dan salam marilah kita senantiasa haturkan kepada Rasulullah Muhammad saw. Dan semoga juga mengalir kepada keluarganya, sahabatnya, tabiin, dan kepada kita semuanya. Kelak di hari akhir kita tentu berharap menjadi umat yang memperoleh syafaat Nabi Muhammad saw. Amin.


Jamaah Jumat rahimakumullah


Tidak lupa Alfaqir mengajak kepada hadirin semua, tak terkecuali kepada diri saya sendiri untuk selalu meningkatkan takwa kepada Allah swt. Ajakan ini bermakna bahwa kita harus terus berupaya sekuat tenaga untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dengan cara memacu semangat kita dalam beribadah. Taat atas perintah-perintah-Nya dan tunduk atas segala hal yang telah dilarang Allah swt. Dengan begitu, arti takwa benar-benar bermakna untuk kita, memiliki efek positif, berubah menjadi hamba lebih baik lagi

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah


Kita perlu menyadari bahwa waktu ini terus berlalu dan tidak akan pernah kembali. Pada kesempatan yang sama, sebetulnya porsi usia kita makin berkurang. Itulah sebabnya penting sekali memanfaatkan waktu sebaik mungkin, lebih-lebih tidak pernah melewatkannya, kecuali berikhtiar mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Iman dan takwa adalah sebagai bekal terbaik kita di dunia ini sebelum harus kembali kepada Sang Khaliq.


Ada satu maqalah mengenai pentingnya tidak menyia-nyiakan waktu ini. Sekaligus menjadi pengingat penting untuk kita semua.


لَنْ تَرْجِعَ الأَياَّمُ الَّتِيْ مَضَتْ


Artinya, "Tidak akan pernah kembali hari-hari (waktu) yang telah berlalu


Ini adalah peringatan bagi kita semua khususnya untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Waktu terus mengalir, umur terus berkurang. Melewatinya secara sia-sia tak akan dapat terlunasi selamanya. Hari Jumat barangkali akan datang lagi pada minggu-minggu berikutnya, namun Jumat hari ini dan yang sudah lewat tak akan pernah terulang kembali. Itulah mengapa waktu diibaratkan seperti pedang; bila tak pandai menggunakannya ia akan melukai pemiliknya.


Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah


Menyadari tentang waktu yang tak akan pernah berulang, maka tidak ada pilihan lain kecuali mengisinya dengan segala hal yang bermanfaat. Hidup ini sejatinya hanya menunggu waktu, sementara kita tidak pernah tahu kapan waktu itu akan tiba. Yang pasti usia kita terus berkurang terkikis oleh pergantian waktu. Oleh karena itu, di sisa usia yang diberikan Allah ini mari kita gunakan sebaik-baiknya dengan amal saleh. Kematian tidak pernah memihak dan berkompromi terhadap usia. Anak-anak, tua, muda bila waktunya sudah tiba, kita tidak bisa berbuat apa-apa.


Rasulullah saw pernah ditanya oleh para sahabat perihal paling baik dan buruknya manusia. Kemudian Nabi menjelaskan bahwa manusia terbaik adalah mereka yang oleh Allah diberikan umur panjang, kemudian digunakan untuk melakukan kebaikan. Sebaliknya, paling buruk manusia adalah mereka yang diberikan umur yang panjang, namun panjangnya umur tersebut digunakan untuk keburukan. Hadits ini sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab dalam karyanya Lathaiful Ma'arif fima li Mawasimil 'Am minal Wazhaif, nabi bersabda:


وَفِي التِّرْمِذِي عَنْهُ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ سُئِلَ: أَيُّ النَّاسِ خَيْرٌ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ. قِيْلَ: فَأَيُّ النَّاسِ شَرٌّ؟ قَالَ: مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَ سَاءَ عَمَلُهُ


Artinya, "Dalam riwayat Imam at-Tirmidzi, dari Rasulullah saw bahwa ia pernah ditanya: siapakah paling baiknya manusia? Nabi menjawab: orang yang dikaruniai umur panjang dan baik (benar) perbuatannya. Ditanyakan lagi: Dan siapakah paling jeleknya manusia? Nabi menjawab: orang yang panjang umurnya dan jelek perbuatannya."

Dari hadits ini dapat dipahami, bahwa umur yang panjang tidak hanya menjadi nikmat dari Allah swt, tetapi juga menjadi penentu kebaikan dan keburukan manusia. Mereka yang dikaruniai umur panjang, kemudian umur tersebut digunakan untuk mengerjakan kebaikan, memperbanyak ibadah, dan terus konsisten dalam ketaatan, maka termasuk dalam golongan paling baiknya manusia. Pasalnya mereka telah dikaruniai umur panjang dan berhasil menggunakannya untuk kebaikan.

Begitu juga sebaliknya, orang yang dikaruniai umur panjang oleh Allah namun tidak ada tambahan kebaikan sama sekali dalam hidupnya, justru selalu melakukan keburukan, kemaksiatan, melanggar perintah-perintah Allah, dan tidak pernah menunaikan kewajiban-Nya, maka orang ini termasuk dalam golongan orang-orang yang buruk.

Oleh karena itu, marilah jadikan setiap waktu yang terus berlalu ini sebagai momentum untuk merenungi hakikat umur yang telah diberikan oleh Allah swt. Sudahkah tambahan umur juga menjadi perantara untuk menambah kebaikan, menambah ibadah dan ketaatan? Atau justru sebaliknya, kemaksiatan terus bertambah dan kejelekan terus dilakukan.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah

Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam salah satu karyanya mengatakan, bahwa bertambahnya umur dan kebaikan menjadi barometer keimanan seseorang. Karena orang-orang yang beriman akan terus bertambah kebaikannya seiring dengan bertambahnya umur. Dalam kitab Lathaiful Ma'arif dijelaskan:


فَالْمُؤْمِنُ الْقَائِمُ بِشُرُوْطِ الْإِيْمَانِ لَا يَزْدَادُ بِطُوْلِ عُمْرِهِ إِلاَّ خَيْرًا وَمَنْ كَانَ كَذَلِكَ فَالْحَيَاةُ خَيْرٌ لَهُ مِنَ الْمَوْتِ


Artinya, "Maka orang beriman yang menunaikan semua ketentuan-ketentuan iman, tidak akan bertambah dari panjangnya umur selain (juga bertambah) kebaikan. Dan, siapa saja yang bisa seperti ini, maka hidup (di dunia) lebih baik baginya daripada mati." (Ibnu Rajab, Lathaiful Ma'arif fima li Mawasimil 'Am minal Wazhaif, [Kairo, Darul Hadits: 2002], halaman 302).

Karena itu, Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita semua agar senantiasa berdoa kepada Allah, menjadikan hidup di dunia sebagai ajang untuk selalu menambah kebaikan. Adapun lafal doanya adalah sebagai berikut:


اللهم اجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِيْ فِي كُلِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

Artinya, "Ya Allah, jadikanlah kehidupan ini sebagai nilai tambah bagiku dalam semua kebaikan, dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagiku dari segala kejahatan." (HR Muslim, dalam kitab Lathaiful Ma'arif fima li Mawasimil 'Am minal Wazhaif, halaman 303).

Demikian khutbah Jumat singkat ini. Semoga bisa menjadi perantara untuk memacu diri meningkatkan kebaikan, ketaatan, dan menjauhi larangan-larangan Allah swt. Mari kita isi waktu demi waktu yang terus berjalan ini dengan hal-hal yang bermanfaat, sebagai bagian dari ikhtiar kita mendekatkan diri kepada Allah.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْوَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ

5. Lima Amalan untuk Meraih Lailatul Qadar


اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي نَزَّلَ الْقُرْآنَ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ لَيْلَةُ الْقَدْرِخَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَاَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ كِتَابِهِ الْكَرِيْم: اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةٍ مُّبٰرَكَةٍ اِنَّا كُنَّا مُنْذِرِيْنَ


Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah Melalui mimbar ini, khatib mengajak kepada jama'ah muslim semuanya untuk senantiasa meningkatkan kualitas takwa dan rasa syukur kita kepada Allah swt yang telah memberikan beribu nikmat, diantanya nikmat iman dan takwa. Sehingga kita sebagai hamba patut untuk terus meningkatkan dan menguatkan ketakwaan dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya. Ketakwaan adalah perantara untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah swt dan juga sesama manusia pada umumnya. Kita sebagai manusia patut bertakwa karena takwa adalah tiket untuk mendapatkan ampunan Allah swt sehingga takwa menjadi pemicu agar kita bisa menjalankan ibadah sebagai tugas utama yang diberikan di dunia.

Rasa syukur juga perlu kita kuatkan, karena Allah swt sudah memberikan banyak nikmat kepada kita semua sampai tidak sanggup untuk menghitungnya. Rasa syukur adalah bentuk nyata penciptaan manusia sebagai hamba lemah yang selalu menunggu pertolongan dan perlindungannya.

Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah

Pada kesempatan khutbah ini, khatib mengajak kepada diri sendiri dan jamaah sekalian untuk memperbanyak ibadah menjelang akhir bulan Ramadhan ini dengan berzikir, salat sunnah, dan memperbanyak sedekah terhadap sesama. Tentu kita semua tidak asing dengan nasihat dan anjuran untuk meningkatkan kualitas ibadah di akhir bulan Ramadan, sebab akhir bulan Ramadan terdapat sebuah momen istimewa yaitu sebuah malam yang memiliki kemuliaan yang pahalanya lebih dari seribu bulan.

Momen tersebut adalah malam Lailatul Qadar yang selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di dunia. Malam yang memiliki keutamaan lebih dari seribu bulan tersebut waktunya dirahasiakan oleh Allah swt untuk menguji keikhlasan kita dalam beribadah, namun Rasulullah saw memberikan tanda-tanda terjadinya malam tersebut di sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadan. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Sayyidatina Aisyah:


عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ


Artinya, "Rasulullah saw meningkatkan kesungguhan (ibadahnya) di sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), hal yang tidak beliau lakukan pada (hari) lainya," (HR. Muslim, Ibnu Majah, Khuzaimah dan Ahmad).

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ


Artinya, "Dari Aisyah ra berkata" Rasulullah saw (ketika) memasuki sepuluh terakhir Ramadhan beliau menghidupkan malam itu, membangunkankeluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya."


Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah Malam Lailatul Qadar tidak hanya memiliki keistimewaan lebih utama dari seribu bulan namun juga memiliki kemuliaan karena Al-Qur'an turun pada malam tersebut. Diturunkannya Al-Qur'an pada malam Lailatul Qadar menjadi momentum untuk kembali merenungi penciptaan manusia yang sebenarnya dan pembebasan dari kezaliman yang terjadi sebelum Alquran diturunkan. Allah swt berfirman dalam surat Al-Qadr ayat 1 yang berbunyi: إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ Artinya, " Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam Lailatul Qadar."

Dengan demikian, dari ayat dan hadits di atas, kita sebagai seorang hamba sudah seharusnya mencari bekal untuk kehidupan di akhirat kelak, sehingga memperbanyak ibadah di malam mulia ini sangat dianjurkan untuk menunjukan sikap kehambaan kita dengan memperbanyak ibadah. Setidaknya ada lima amalan agar dapat meraih keistimewaan malam mulia tersebut.

Pertama, mendirikan salat sunnah dengan istiqomah terutama salat sunnah yang dianjurkan seperti salat Tahajud dan salat Tasbih dengan berjamaah. Salat sunnah yang dilakukan pada malam hari yaitu dalam waktu antara setelah shalat isya dan subuh memiliki banyak keutamaan, di antaranya adalah kesempatan terkabulnya doa. Oleh karena itu, amalan salat sunnah malam ini sangat dianjurkan untuk dilakukan menjelang akhir Ramadan.

Kedua, perbanyaklah berzzikir kepada Allah swt dan berdoa untuk meminta ampunan. Amalan ini bisa mengantarkan kita untuk meraih keutamaan malam Lailatul Qadar, karena berdzikir adalah perintah dari Allah swt yang difirmankan dalam surat Al-A'raf ayat 205:


وَٱذْكُر رَّبَّكَ فِى نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ ٱلْجَهْرِ مِنَ ٱلْقَوْلِ بِٱلْغُدُوِّ وَٱلْءَاصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ ٱلْغَٰفِلِينَ


Artinya, "Ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan hati dan rasa takut pada waktu pagi dan petang dengan tidak mengeraskan suara, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah." (QS Al-A'raf: 205).

Dari ayat di atas dapat kita ambil hikmahnya bahwa sesibuk apapun kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Namun alangkah baiknya untuk tetap berdikir kepada Allah SWT kapan pun dan di manap un kita berada.

Ketiga, amalan yang dianjurkan untuk meraih keutamaan Lailatul Qadar adalah melakukan iktikaf di masjid. Iktikaf berarti berdiam diri di masjid dengan niat tertentu. Rasulullah saw juga melakukan hal tersebut sebagaimana yang disebutkan oleh Sayyidatina Aisyah:

عَنْ عَائِشَة كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى يَتَوَفَّاهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ

Artinya, "Dari Aisyah ra, ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw melakukan i'tikaf setelah tanggal dua puluh Ramadhan hingga akhir hayatnya," (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Keempat, bersedekahlah dengan ikhlas. Umat Islam sangat dianjurkan untuk saling membantu sesama muslim oleh karena itu dianjurkan bersedekah. Terutama bersedekah di sepuluh hari terakhir bulan penuh berkah ini sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw.


عَنْ أَنَسٍ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ صَدَقَةُ رَمَضَانَ.


Artinya, "Dari Anas ra ia berkata, bahwa Rasulullah saw pernah ditanya, apakah sedekah yang paling utama? Ia menjawab sedekah di bulan Ramadhan." (HR Al-Baihaqi).

Hadits di atas menunjukkan betapa besarnya balasan untuk orang yang melakukan sedekah di akhir bulan Ramadhan terutama pada sepuluh hari terakhir menjelang perginya bulan Ramadhan.


باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

*Artikel ini ditulis oleh Rusmasiela Mewipiana Presilla, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.*




(hsa/hsa)

Hide Ads