Pemerintah Kota (Pemkot) Denpasar memetakan sejumlah titik rawan banjir. Berbagai titik itu di antaranya Jalan Raya Puputan, Jalan Moh Yamin, Jalan Tukad Batanghari Selatan, hingga Jalan Gunung Salak.
Sejumlah titik tersebut selalu mengalami banjir saat musim penghujan karena mendapat kiriman sampah dalam jumlah besar dari hulu sehingga menyumbat aliran air ke hilir. Banjir di berbagai titik itu juga karena meluapnya air Tukad Teba serta Tukad Mati karena intensitas hujan yang tinggi di hulu.
"Pencegahan banjir diintensifkan secara paralel, terus menerus sampai akhir tahun, dimulai dari Januari sampai Desember 2024," ujar Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Denpasar Gandhi Dananjaya Suarka saat dihubungi detikBali, Rabu (13/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun upaya pencegahan yang dia maksud di antaranya melakukan pembersihan sungai, saluran drainase perkotaan, gorong-gorong, dan parit pada permukiman. Setiap harinya ada 90 personil yang bertugas dan dibagi pada empat kecamatan di Denpasar.
Gandhi menuturkan, selama periode Januari 2024 hingga saat ini, tercatat ada empat kali kejadian banjir di Denpasar. Di antaranya di Jalan Raya Puputan dan Moh Yamin yang disebabkan oleh adanya sampah kiriman dari hulu dan batang pohon yang menghambat laju air di gorong-gorong.
Kemudian di Jalan Tukad Gangga yang disebabkan oleh tumpukan sampah yang menghambat laju air serta di Jalan Gunung Salak dan Jalan Gunung Rinjani disebabkan tumpukan sampah di gorong-gorong dan meluapnya Tukad Teba.
"Jalan Tukad Batanghari Selatan karena masuknya sampah, lumpur, dan limbah domestik menjadi satu di gorong-gorong," sebutnya.
Disinggung soal rencana drainase vertikal di beberapa titik rawan banjir di Denpasar, Gandhi menyebut tidak akan bisa terwujud dan akan sia-sia. Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian oleh tim konsultan.
"Ternyata tipe tanah di Denpasar adalah tanah tipe lanau kepasiran yang penyerapan air hanya 0,014 liter per detik. Artinya lambat sekali menyerap air ke dalam tanah. Tanah lanau kepasiran itu tanah yang jenuh, tidak bisa menyerap air hujan dengan baik," jelasnya.
Terkait hal tersebut, untuk mengatasi banjir ke depan, pihaknya akan melakukan rekonstruksi saluran drainase dengan memperbesar dan memperdalam penampang. Harapannya bisa menambah daya dukung dan daya tampung limpasan air hujan.
Dinas PUPR Denpasar juga memperbaiki tanggul drainase dan tanggul sungai yang rusak agar laju debit air bisa maksimal tertampung saat curah hujan tinggi. Upaya lain yang dilakukan juga dengan membersihkan sampah dan sedimentasi setiap hari di saluran drainase dan sungai dengan memasang jaring sampah, serta melibatkan tenaga pembersihan dan penggelontoran Dinas PUPR Kota Denpasar.
"Membuat sodetan di beberapa titik banjir untuk membagi limpasan air hujan agar tidak berkumpul pada satu titik saluran drainase saja. Dengan terbaginya air, kemungkinan terjadinya genangan banjir akan bisa diminimalisir," paparnya.
Selain itu, sambung Gandhi, Dinas PUPR Denpasar juga akan selalu melibatkan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, kelurahan/desa, komunitas peduli sungai, dan masyarakat dalam menjaga, melindungi, dan melestarikan sungai untuk mencegah banjir di musim penghujan. Gandhi mengaku akan terus mengedukasi masyarakat melalui kelurahan/desa terkait pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.
(hsa/dpw)