Viral Atap Rumah Beterbangan di Nusa Dua, Begini Penjelasan BMKG

Viral Atap Rumah Beterbangan di Nusa Dua, Begini Penjelasan BMKG

Agus Eka - detikBali
Sabtu, 02 Mar 2024 21:25 WIB
BPBD Kabupaten Badung masih terus mendata rumah warga yang terdampak angin kencang, Sabtu (2/3/2024). (Dok BPBD Badung)
BPBD Kabupaten Badung masih terus mendata rumah warga yang terdampak angin kencang, Sabtu (2/3/2024). (Dok BPBD Badung)
Badung -

Video yang merekam detik-detik angin kencang hingga atap rumah beterbangan di wilayah Nusa Dua, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, viral di media sosial. Sejumlah video menarasikan kerusakan rumah itu terjadi akibat angin puting beliung.

Terkait itu, Balai Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tidak mengamati adanya pusaran angin puting beliung seperti disebutkan dalam video yang beredar pada Jumat (1/3/2024) itu. BMKG menyebut yang terjadi di kawasan Nusa Dua ketika itu hanya angin kencang.

"Angin kencang ini biasanya dapat disebabkan oleh hembusan arus vertikal yang berasal dari awan kumulonimbus," kata prakirawan BMKG Wilayah III Denpasar Kadek Setiya Wati, Sabtu (2/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awan kumulonimbus, Setia Wati menjelaskan, sangat tergantung pada kondisi atmosfer dan ketersediaan uap air di atmosfer. Menurutnya, wilayah Bali masih dalam periode musim hujan sehingga potensi untuk tumbuhnya awan kumulonimbus juga masih tinggi.

"Tiga hari ke depan, Bali masih dalam periode musim hujan. Maka potensi hujan disertai petir, kilat, disertai angin kencang berdurasi singkat masih dapat terjadi di sebagian besar wilayah Bali," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Ia mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap dampak cuaca ekstrem seperti genangan air, banjir. dan pohon tumbang. Demikian pula bagi warga yang beraktivitas di pesisir seperti nelayan dan pelaku wisata bahari untuk mewaspadai potensi tinggi gelombang laut.

"Potensi tinggi gelombang laut dapat mencapai 2 meter di perairan selatan Bali. Kami imbau masyarakat dapat memperhatikan informasi BMKG, khususnya peringatan dini cuaca atau iklim ekstrem untuk langkah mitigasi," pungkas Setiya Wati.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads